"I have nothing to prove to you"- Carol Danvers
Plot
Kegagalannya dalam suatu misi penyelamatan sebagai Starforce dari planet Kree, Vers (Brie Larson) ditahan oleh kawanan Skrull yang dipimpin oleh Talos (Ben Mendelsohn). Vers berhasil kabur, namun upaya kaburnya tersebut malah membuat dirinya mendarat ke bumi. Penampilannya yang mencolok serta pendaratannya yang "unik" sukses membuat Vers menarik perhatian, tidak terkecuali para agen S.H.I.E.L.D yang salah satunya adalah Nick Fury (Samuel L. Jackson) dan Phil Coulson (Clark Gregg). Tidak hanya itu, Talos beserta anggota Skrull lainnya pun berhasil mengikuti Vers hingga ke bumi dan berupaya untuk menemukan Vers dengan kekuatan penyamaran mereka. Sementara itu, anggota Starforce lainnya yang dipimpin Yon-Rogg (Jude Law) berusaha menyelamatkan Vers.
Review
Melalui tulisan saya sebelumnya, saya telah mengungkapkan akan keraguan saya akan kualitas akhir dari film ini. Keraguan saya didasari akan rumor agenda-agenda politiknya yang turut menjadi bahan marketing dari pihak Marvel atau Disney. Sudah bukan rahasia umum lagi jika penonton kurang menyukai unsur politik dicampur adukkan dalam sebuah film. Tengok saja backlash yang diterima The Ghostbuster hingga Star Wars: The Last Jedi. Tidak hanya itu, berbagai kontroversi pun ikut mengiringi film ke 21 dalam sejarah MCU ini seperti pernyataan tidak penting dari artis pemeran Captain Marvel itu sendiri, Brie Larson hingga keputusan Rotten Tomatoes yang menghilangkan skor Want to See di website mereka. Walaupun begitu, semua drama ini sepertinya tidak menghentikan Captain Marvel untuk menorehkan kesuksesan dalam finansial. Sampai tulisan ini saya buat, angka box office dari Captain Marvel cukup fantastis. Lalu bagaimana dengan kualitas film nya itu sendiri?
Jujur, saya merupakan salah satu "fans" yang sedikit antipati dengan film ini sehingga saya pun memasuki studio 2 di Cinema 21 Palembang Square dengan ekspektasi serendah mungkin. Dan percaya atau tidak, berkat hal tersebut, ternyata mampu membuat saya cukup menikmati Captain Marvel, walau saya akui, Captain Marvel mungkin adalah salah satu film terlemah dari MCU.
Poin kelemahan Captain Marvel adalah di awal-awal durasi, dimana Vers masih menjalani tugasnya sebagai anggota dari Starforce. Disini saya mendapati narasinya kurang menarik atensi, ditambah lagi karena memang saya tidak terlalu paham dengan dunia atau universe Marvel itu sendiri. Kita mendapati jika Vers sudah memiliki kekuatan super, namun Vers masih kesulitan dalam mengendalikan kekuatan tersebut. Selain itu, ia juga kesulitan dalam mengendalikan emosinya sehingga berulang kali Yon-Rogg mengingatkan dirinya untuk bisa lebih tenang. Adegan aksi penyelamatannya pun cenderung biasa saja. Rasa bosan pun seketika menyerang saya, dan entah berapa kali saya harus menguap akibat rasa bosan tersebut.
Duo sutradara Anna Boden-Ryan Fleck pun mulai menemukan ritme penceritaan kala Vers menginjakkan kaki nya di planet Bumi. Apalagi dengan kehadiran sosok Samuel L. Jackson dengan balutan CGI di muka untuk membuatnya terlihat jauh lebih muda sontak mulai perlahan merebut atensi saya. Kawanan Skrull yang mampu menyamar secara sempurna pun turut menambah bumbu penceritaan, sehingga cerita Vers dalam memburu mereka terasa menarik. Di awal misi Vers di Bumi juga memberikan kita suguhan aksi baku hantam di kereta api yang jelas lebih baik dibandingkan di sekuen aksi di awal.
Unsur "buddy cop" antara Vers dan Fury juga begitu kental terasa saat mereka mulai bekerja sama dalam mencari Skrull. Untuk pertama kalinya dalam sejarah MCU, kita menyaksikan sosok Fury sebagai comic relief. Interaksi nya bersama kucing Goose, yang telah mencuri perhatian bahkan semenjak kemunculannya di trailer, berhasil menjadi highlight dalam film ini.
Hingga pada momen terungkapnya masa lalu Vers yang sebenarnya merupakan penduduk asli Bumi dengan nama Carol Danvers, akhirnya saya sepenuhnya benar-benar terikat dengan narasi Captain Marvel. Momen terungkapnya jati diri tersebut berhasil membangun jembatan emosi saya terhadap salah satu karakter yang terlibat. Dugaan berhasil dikelokkan, dari tidak menyukai berbalik mendukung berkat twist nya yang efektif. Lashana Lynch sebagai Maria berhasil menyuntikkan hati akan penceritaan. Hubungan persahabatan antara Carol dan Maria cukup sukses memberikan suatu momen emosional tersendiri. Interaksi antara Carol dan anak Maria, Monica (Akira Akbar) juga memberikan kita kesempatan untuk melihat sisi lembut dari Carol. Sayang memang hubungan Carol bersama anggota Starforce lainnya, terutama dengan Yon-Rogg yang merupakan partner terdekatnya tidak dieksplor lebih jauh.
Mengenai sekuen aksinya bisa dibilang tidak ada yang terlalu memorable walau masih ampuh untuk memanjakan mata, termasuk sekuen aksi terakhir yang terlampau singkat. Oh ya, mendekati akhir, duo Anna-Ryan berhasil "menipu" ekspektasi kita dengan menampilkan salah satu momen lumayan kocak yang sepertinya diniati sebagai tribute untuk Indiana Jones. Nuansa 90an juga ikut terasa berkat adanya soundtrack dari No Doubt dan Nirvana. Mengenai lagu Come As You Are nya Nirvana, saya sedikit merasa penempatan lagu nya sedikit keliru, tidak ngeblend dengan cerita yang sedang berlangsung. Yah, hanya komplain kecil saja sih.
Para "haters" Brie Larson tentu akan gigit jari melihat aktingnya sebagai Carol disini. Larson berhasil membuktikan jika dirinya piawai dalam mengekspresikan emosi, dari sorotan mata hingga pada sunggingan senyumnya. Dirinya pun bisa menjalin chemistry yang meyakinkan dengan karakter-karakter lainnya, terutama tentu saja dengan Fury dimana ia tampak begitu percaya diri dalam bertukar dialog dengan Samuel L. Jackson, sehingga untuk saya, tidak sulit untuk menyukainya. Samuel L. Jackson sendiri tidak perlu diragukan lagi talenta komedik nya yang selalu tepat sasaran. Namun, jika harus memilih yang terbaik, saya memilih Ben Mendelsohn.
Dalam Captain Marvel, ada suatu kilasan cerita mengenai kisah hidup Carol Danvers yang kerap kali jatuh bangun untuk bisa melakukan sesuatu. Namun, tidak perduli berapa kali ia terjatuh, Carol tidak pernah berhenti untuk bangkit dan mencoba kembali, seolah ia menyadari jika semuanya akan berakhir jika ita tetap terbaring di tanah. Momen tersebut pun diikuti dengan berhasilnya Carol menguasai sepenuhnya akan kekuatan. Momen ini juga seolah merefleksikan pada situasi tidak mengenakkan yang diterima film ini dalam masa mendekati perilisan. Tidak perduli dengan segala keraguan hingga cemoohan yang ada, Captain Marvel membuktikan dengan hasil akhir nya yang jauh dari kata mengecewakan. Bukan yang terbaik dalam MCU tentu saja, namun film ini berhasil menjalankan misinya untuk mengenalkan salah satu superhero terpenting di The Avengers: Endgame nanti dengan sosok Captain Marvel yang likeable, serta humanis. Tentu saya masih keberatan sih jika Captain Marvel yang menghentikan Thanos nantinya.
Jujur, saya merupakan salah satu "fans" yang sedikit antipati dengan film ini sehingga saya pun memasuki studio 2 di Cinema 21 Palembang Square dengan ekspektasi serendah mungkin. Dan percaya atau tidak, berkat hal tersebut, ternyata mampu membuat saya cukup menikmati Captain Marvel, walau saya akui, Captain Marvel mungkin adalah salah satu film terlemah dari MCU.
Poin kelemahan Captain Marvel adalah di awal-awal durasi, dimana Vers masih menjalani tugasnya sebagai anggota dari Starforce. Disini saya mendapati narasinya kurang menarik atensi, ditambah lagi karena memang saya tidak terlalu paham dengan dunia atau universe Marvel itu sendiri. Kita mendapati jika Vers sudah memiliki kekuatan super, namun Vers masih kesulitan dalam mengendalikan kekuatan tersebut. Selain itu, ia juga kesulitan dalam mengendalikan emosinya sehingga berulang kali Yon-Rogg mengingatkan dirinya untuk bisa lebih tenang. Adegan aksi penyelamatannya pun cenderung biasa saja. Rasa bosan pun seketika menyerang saya, dan entah berapa kali saya harus menguap akibat rasa bosan tersebut.
Duo sutradara Anna Boden-Ryan Fleck pun mulai menemukan ritme penceritaan kala Vers menginjakkan kaki nya di planet Bumi. Apalagi dengan kehadiran sosok Samuel L. Jackson dengan balutan CGI di muka untuk membuatnya terlihat jauh lebih muda sontak mulai perlahan merebut atensi saya. Kawanan Skrull yang mampu menyamar secara sempurna pun turut menambah bumbu penceritaan, sehingga cerita Vers dalam memburu mereka terasa menarik. Di awal misi Vers di Bumi juga memberikan kita suguhan aksi baku hantam di kereta api yang jelas lebih baik dibandingkan di sekuen aksi di awal.
Unsur "buddy cop" antara Vers dan Fury juga begitu kental terasa saat mereka mulai bekerja sama dalam mencari Skrull. Untuk pertama kalinya dalam sejarah MCU, kita menyaksikan sosok Fury sebagai comic relief. Interaksi nya bersama kucing Goose, yang telah mencuri perhatian bahkan semenjak kemunculannya di trailer, berhasil menjadi highlight dalam film ini.
Hingga pada momen terungkapnya masa lalu Vers yang sebenarnya merupakan penduduk asli Bumi dengan nama Carol Danvers, akhirnya saya sepenuhnya benar-benar terikat dengan narasi Captain Marvel. Momen terungkapnya jati diri tersebut berhasil membangun jembatan emosi saya terhadap salah satu karakter yang terlibat. Dugaan berhasil dikelokkan, dari tidak menyukai berbalik mendukung berkat twist nya yang efektif. Lashana Lynch sebagai Maria berhasil menyuntikkan hati akan penceritaan. Hubungan persahabatan antara Carol dan Maria cukup sukses memberikan suatu momen emosional tersendiri. Interaksi antara Carol dan anak Maria, Monica (Akira Akbar) juga memberikan kita kesempatan untuk melihat sisi lembut dari Carol. Sayang memang hubungan Carol bersama anggota Starforce lainnya, terutama dengan Yon-Rogg yang merupakan partner terdekatnya tidak dieksplor lebih jauh.
Mengenai sekuen aksinya bisa dibilang tidak ada yang terlalu memorable walau masih ampuh untuk memanjakan mata, termasuk sekuen aksi terakhir yang terlampau singkat. Oh ya, mendekati akhir, duo Anna-Ryan berhasil "menipu" ekspektasi kita dengan menampilkan salah satu momen lumayan kocak yang sepertinya diniati sebagai tribute untuk Indiana Jones. Nuansa 90an juga ikut terasa berkat adanya soundtrack dari No Doubt dan Nirvana. Mengenai lagu Come As You Are nya Nirvana, saya sedikit merasa penempatan lagu nya sedikit keliru, tidak ngeblend dengan cerita yang sedang berlangsung. Yah, hanya komplain kecil saja sih.
Para "haters" Brie Larson tentu akan gigit jari melihat aktingnya sebagai Carol disini. Larson berhasil membuktikan jika dirinya piawai dalam mengekspresikan emosi, dari sorotan mata hingga pada sunggingan senyumnya. Dirinya pun bisa menjalin chemistry yang meyakinkan dengan karakter-karakter lainnya, terutama tentu saja dengan Fury dimana ia tampak begitu percaya diri dalam bertukar dialog dengan Samuel L. Jackson, sehingga untuk saya, tidak sulit untuk menyukainya. Samuel L. Jackson sendiri tidak perlu diragukan lagi talenta komedik nya yang selalu tepat sasaran. Namun, jika harus memilih yang terbaik, saya memilih Ben Mendelsohn.
Dalam Captain Marvel, ada suatu kilasan cerita mengenai kisah hidup Carol Danvers yang kerap kali jatuh bangun untuk bisa melakukan sesuatu. Namun, tidak perduli berapa kali ia terjatuh, Carol tidak pernah berhenti untuk bangkit dan mencoba kembali, seolah ia menyadari jika semuanya akan berakhir jika ita tetap terbaring di tanah. Momen tersebut pun diikuti dengan berhasilnya Carol menguasai sepenuhnya akan kekuatan. Momen ini juga seolah merefleksikan pada situasi tidak mengenakkan yang diterima film ini dalam masa mendekati perilisan. Tidak perduli dengan segala keraguan hingga cemoohan yang ada, Captain Marvel membuktikan dengan hasil akhir nya yang jauh dari kata mengecewakan. Bukan yang terbaik dalam MCU tentu saja, namun film ini berhasil menjalankan misinya untuk mengenalkan salah satu superhero terpenting di The Avengers: Endgame nanti dengan sosok Captain Marvel yang likeable, serta humanis. Tentu saya masih keberatan sih jika Captain Marvel yang menghentikan Thanos nantinya.
0 komentar:
Post a Comment