Monday, 15 February 2016





"Nothing will make sense to your American ears, and you will doubt everything that we do, but in the end you will understand."- Alejandro

Plot


    Setelah penemuan mengerikan dalam misi penggerebekan sebuah rumah yang dicurigai milik salah satu pemimpin kartel narkoba, Kate Macer (Emily Blunt) ditugaskan pergi ke Mexico untuk menangkap orang yang bertanggung jawab akan kasus tersebut. Bersama dengan penasihat CIA (Josh Brolin) serta salah satu agen misterius Alejandro (Benicio Del Toro), Kate pun berangkat ke berangkat ke dalam sebuah misi yang mungkin saja tidak pernah ia bayangkan.



Review


Sudah menjadi hal yang lumrah bila semakin kita mengetahui dunia yang sebenarnya, semakin sulit pula untuk kita mempertahankan sebuah idealisme dalam suatu pekerjaan. Dunia yang penuh intrik, konspirasi, dan segala macam hal yang membuat kita berpikir, dunia yang kita tempati ini secara tidak langsung telah menganut hukum rimba. Yang lemah akan tertindas, serta yang kuat akan semakin digdaya. Sicario, sebuah drama slow burning thriller menceritakan hal tersebut. Setelah menonton film yang berdurasi lebih kurang 121 menit ini gw menangkap ada sedikit kemiripan Sicario dengan film keluaran tahun 2011 The Ides of March yang disutradarai oleh George Clooney. Protagonis utamanya memiliki kemiripan, yaitu karakter yang masih ‘hijau’ serta naif dalam profesinya. Bedanya, Dennis Villeneuve mengambil tema narkoba sebagai ladang bermainnya.

Satu keahlian yang mungkin juga menjadi trademark dari seorang Dennis Villeneuve adalah bagaimana dia mampu meracik sebuah film yang faktanya bergerak perlahan namun tetap memiliki daya tarik untuk tetap diikuti tanpa sedikitpun kebosanan menghampiri. Tidak percaya? Silahkan lihat Incendies (tetap masih pencapaian terbaik dari sang sutradara) dan Prisoners. Kedua film tersebut memiliki durasi dua jam lebih, namun anehnya penonton (khususnya gw) sama sekali tidak merasa jenuh dengan apa yang ditampilkan oleh Villeneuve. Apa rahasianya? Bumbu utama yang menjadi faktor mengapa film Villeneuve begitu nikmat untuk disantap walau bertempo lambat adalah kepiawaian sang sutradara dalam menyembunyikan misteri yang ada di dalamnya. Ya, Villeneuve memanjakan penontonnya dengan menutup misteri rapat-rapat di awal, lalu seiring dengan bergeraknya narasi Villeneuve tidak segan-segan untuk menebarkan beberapa clue dan hingga akhirnya misterinya terkuak di menit terakhir. Dan itu pula yang Villeneuve lakukan dalam karya terbarunya ini. Berhasilkah? Absolutely fucking yes.

Dari drama pencarian orang tua dan saudara yang penuh akan kegetiran, drama penculikan, lalu hingga misteri dopphelganger yang mind blowing, misteri apa lagi yang ditawarkan sang sutradara dalam Sicario? Pertama, tentu saja misi yang diemban oleh Kate Macer itu sendiri. Kita berada dalam posisi yang sama dengan Kate, sama sekali tidak mengetahui tujuan misi tersebut kecuali penggerebekan gembong kartel narkoba. Tetapi menit demi menit narasinya berjalan, satu per satu Dennis memberikan beberapa jawaban dan kita pun sadar bahwa misi ini tidak sesederhana itu. Namun beberapa penonton yang mengharapkan sajian penuh action mungkin akan tertipu, apabila bagi mereka yang belum pernah menikmati karya-karya Dennis sebelumnya. Setelah opening yang cukup mendebarkan, praktis hanya ada dua action secquence. Tetapi action nya sendiri di sajikan dengan cara yang berkelas dan tidak kosong. Dengan bantuan dari Roger Deakins sebagai sinematografer, Dennis pun menangkap berbagai sudut-sudut kota Juarez yang tidak bersahabat. Momen yang paling keren adalah momen setelah Alejandro mengucapkan “welcome to Juarez”. Dennis pun cukup memperhatikan hal-hal kecil dalam menggambarkan betapa berbahayanya kota Juarez dengan menangkap beberapa gambar dimana penduduk kota terlihat biasa saja dengan kekerasan, polisi yang ramai berpatroli di jalan ataupun suara desingan peluru yang ada. Dan misteri selanjutnya serta yang paling mengganggu pikiran para penonton adalah, who the hell Alejandro is??

Karakter Alejandro sendiri digambarkan pria yang pelit bicara, intimidatif sehingga gw mengerti bila Kate cukup tidak tenang bila ada sosok Alejandro di dekatnya. Dan Benicio Del Toro berhasil dengan gemilang dalam memerankan sosok Alejandro. Gw akui masih sedikit mengikuti filmography Del Toro, tetapi gw yakin ini adalah salah satu peran terbaiknya. Praktis, Del Toro dengan Alejandro-nya cukup menenggelamkan Emily Blunt serta Josh Brolin yang juga bermain bagus. Emily Blunt sendiri adalah pilihan yang tepat memerankan sosok Kate Macer, sebuah agen wanita yang terlihat tangguh walaupun berada dalam kumpulan para pria, dan lewat tatapan matanya, Emily Blunt mampu menggambarkan sosok rapuh dari Kate setelah mengetahui berbagai kejadian-kejadian yang membuat keyakinannya selama ini goyah. Josh Brolin juga tidak bisa diremehkan dengan perannya sebagai analis CIA Matt Graver yang seenaknya serta oportunis.

8/10

Categories: , ,

2 comments:

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!