Wednesday 13 February 2019


"I do not stand by in the presence of evil!"- Alita

Plot

Setting cerita terjadi 300 tahun setelah peristiwa "The Fall", dimana bumi sudah bukan tempat yang nyaman lagi untuk dihuni. Satu-satunya tempat impian bagi mayoritas orang adalah Zalem, kota yang mengambang di langit, yang dipercayai merupakan kota yang dipenuhi kebahagiaan. Di suatu hari, Dr. Ido (Christoph Waltz) membawa pulang bagian inti bermukakan wanita muda di kumpulan barang bekas, tepat di bawah Zalem. Dengan kemampuannya dalam mereparasi, Ido pun memberikan tubuh baru kepada gadis tersebut yang sebenarnya ingin diberikan kepada putrinya. Gadis cyborg ini kelak diberi nama Alita (Rosa Salazar). Alita sendiri sebenarnya memiliki kehidupan sebelumnya, namun sayangnya Alita tidak mampu mengingatnya dengan jelas. Alita pun menjalani kehidupan baru nya bersama Ido, sembari perlahan waktu berjalan, kelak Alita akan menyadari masa lalu serta identitas diri sebenarnya.



Review

Astro Boy dengan bernarasikan Elysium. Hal ini seketika saja terlintas di benak saat Alita terbangun di pagi hari dengan tubuh barunya, serta saat Ido menceritakan mengenai kota mengapung, Zalem. Nuansa cyberpunk jelas begitu kental terasa dengan banyaknya orang yang bagian tubuhnya terdiri dari mesin ditambah kondisi dystopia nya. Organ tubuh mesin tersebut jelas bukan untuk sekedar gaya-gayaan, tetapi telah menjadi kebutuhan primer bagi mereka dalam bertahan hidup. Baik sebagai pekerja, tukang kebun, atau para kriminal. Tidak hanya itu terdapat pula dunia hiburan olahraga bernama Motorball, yang tampaknya dikhususkan untuk mereka, para cyborg, akibat dari permainannya yang brutal dan mempertaruhkan nyawa.

Dunia Battle Angel memang menyimpan banyak sekali layer yang bisa diceritakan. Namun sutradara, Robert Rodriguez, yang kini bekerja sama dengan James Cameron yang membantu dalam penulisan naskah juga produser, memilih untuk lebih memfokuskan cerita pada protagonist utama kita, Alita. Kita akan diajak untuk berkenalan dengan Alita yang seolah baru lahir kembali dengan tubuh barunya. Seraya menjalani hidup nya dengan Dr. Ido, Alita secara perlahan mencoba mengingat masa lalunya. Rodriguez-Cameron pun menceritakan hubungan Alita bersama Ido yang seketika saja menganggap Alita sebagai pengganti anaknya, serta Hugo (Keean Johnson) yang kelak akan menjadi kekasihnya. Bersamaan pula, ancaman mengintai Alita, dimana Vergo (Mahershala Ali), orang yang paling berpengaruh di kota Iron City, yang menganggap keberadaan Alita mulai mengancam. Lambat laun, Alita akan menyadari bila masa lalunya berkaitan erat dengan kota Zalem.

Battle Angel begitu ambisius untuk mengangkat semua isu tersebut, yang menyebabkan penceritaan kurang fokus dan semuanya terasa tanggung atau hambar. Hubungan Alita bersama Ido dan Hugo pun tidak berhasil hingga mampu membuat penonton perduli dan terikat emosi, walau sebenarnya kisah mereka memiliki potensi yang besar sekali untuk membuat penonton terhanyut ke dalam dramanya, terutama hubungan ayah-anak pada kisah Ido dan Alita. Hadirnya Alita diharapkan mampu menggantikan peran sebagai putrinya yang tewas akan suatu kejadian. Walau hanya sekedar "pengganti", namun Ido memberikan kasih sayang dan perhatian sepenuhnya kepada Alita. Bisa dimengerti, bila Ido tidak ingin mengalami kehilangan untuk kedua kalinya sehingga menciptakan sikap protektif terhadap Alita, walau secara subtil, Ido telah mengetahui siapa sebenarnya Alita. Tentu saja sikap protektif Ido tersebut tidak bisa menghentikan rasa ingin tahu Alita, apalagi kenangan masa lalu nya mulai merasuki sistem inti dari Alita. Narasi ayah-anak ini tentu bukan hal baru, tetapi masih lah efektif untuk menghadirkan cerita yang mengikat nan sentimentil. Bayangkan saja gejolak perasaan yang harus Ido tanggung setiap kali Alita menghadapi kondisi yang membahayakan dirinya. Saya begitu mengharapkan adanya momen-momen kedekatan mereka berdua sehingga membuat saya dan npenonton lainnya perduli akan hubungan mereka berdua. Sayang sekali, potensi drama ini tersia-siakan. Cameron yang dibantu oleh Laeta Kalogridis juga di kursi penulis naskah seolah enggan untuk memperdalam hubungan mereka berdua demi narasi-narasi lainnya. 

Praktis, keputusan ini pun mengorbankan pula karakter Dr. Ido yang seolah terlupakan ketika film mulai bergerak lebih dari setengah durasi. Minim letupan konflik atau adu mulut antara mereka berdua. Bentrokan rasa kasih sayang dari Ido yang menghadirkan sikap protektif dan jati diri sebenarnya Alita ini sebenarnya mampu memperkaya ceritanya, tetapi sekali lagi sayang, tidak ditampilkan. Bila kisah Ido-Alita saja tidak mampu mengikat saya, maka saya rasa tidak perlu diperjelas lagi bagaimana pendadapat saya akan kisah romansa Alita dan Hugo. Universe dalam kisah Alita memang belum dieksplor terlalu dalam oleh Rodriguez karena cerita ini tampaknya akan diceritakan kembali di sekuelnya. Maka dari itu, saya bisa mengerti jika penjelasan mengenai The Fall, kota Zalem, kondisi kehidupan sosial saat itu dan tetek bengek lainnya hanya diceritakan sekilas saja.

Karakter Alita disini sudah barang pasti akan membuat para feminisme orgasme. Walau dengan sosoknya yang kecil tersebut, Alita mampu mengajar musuh-musuhnya yang mungkin ukuran tubuhnya berkali-kali lipat dari dirinya. Dengan sejarah hidup Alita sebelumnya, mudah saja untuk memahami mengapa begitu luar biasa kemampuan bela dirinya. Rosa Salazar mungkin kurang mulus dalam memerankan Alita di porsi drama. Ekspresi dari Alita juga cukup mengganggu untuk saya, mungkin hal ini dipengaruhi pula oleh kenyataan bila muka dari Alita merupakan balutan dari CGI. Namun dalam memerankan adegan aksi, Rosa Salazar berhasil menjalankan tugasnya dengan brilian, yang seketika saja mengingatkan saya pada karakter Laura di film Logan. Rodriguez begitu paham dalam menerapkan sekuen aksi yang menghibur. Ambil contoh seperti debut Alita di arena Motorball, yang dilanjutkan ke adegan kejar-kejaran ala parkour. Minor complaint disini mungkin adalah minimnya ketegangan yang tercipta karena penonton merasa sangat yakin Alita lah yang akan muncul sebagai pemenang di setiap konflik pertarungan. Bahkan rasa terancam pun sama sekali tidak terasa ketika Alita beradu jotos dengan Grewishka (Jackie Earle Haley) yang konon merupakan anak buah terkuat Nova, pemimpin kota Zalem. SPOILER AHEAD!!!!*** Disini Alita begitu overpowered sehingga musuh-musuhnya terlihat begitu lemah sekali, bahkan Grewishka. Literally, Alita mampu menguasai kota Iron City dengan kekuatan dirinya sendiri, yang sekali lagi, mengurangi ketegangan setiap adegan laga nya. ***SPOILER END!!!! Tetapi dengan melihat hasil akhir disini, saya bisa bilang Rodriguez telah menciptakan adegan-adegan aksinya yang memanjakan mata. Hal ini tentu dibantu pula dengan penggunaan bijak akan CGI nya sehingga menampilkan kualitas special effect yang mengagumkan berkat budget nya yang "hanya" $ 200 juta.

Dunia dalam kisah Alita masih menyimpan banyak sekali kisah yang bisa diangkat. Dengan hal tersebut pula berimbas pada naskah nya yang mencoba mengangkat beberapa isu sekaligus, sehingga tidak fokusnya cerita begitu terasa. Hal ini mungkin menjadi kelemahan yang cukup mengganggu, namun untuk sajian film aksi yang dibingkai dengan kualitas special effect kelas wahid, Battle Angel tetaplah sajian yang menghibur. Potensi sekuel pun sudah pasti telah direncanakan dengan endingnya yang menggantung dengan menyimpan kisah pemberontakan atau revolusi di film selanjutnya. Tentu saja saya berharap di film selanjutnya, Nova serta kekuasaan atau kekuatannya merupakan lawan yang setara untuk Alita. 

7/10



0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!