Monday, 8 May 2017


 "Not all opinions are equal. And some things happened, just like we say they do. Slavery happened, the Black Death happened. The Earth is round, the ice caps are melting, and Elvis is not alive"- Deborah Lipstadt

Plot

Deborah Lipstadt (Rachel Weisz) adalah seorang sejarawan yang pula merangkap sebagai penulis yang kerap mengisikan bukunya fakta-fakta berkenaan sejarah holocaust yang juga diiringi dengan pendapat-pendapatnya mengenai  beberapa pihak yang menyangkal akan terjadinya peristiwa kelam tersebut. Salah satu orang yang kena sasaran kritiknya adalah David Irving (Timothy Spall) yang tidak hanya menyangkal dengan keras akan peristiwa holocaust, namun juga menjadikan holocaust sebagai bahan candaannya di setiap pidatonya. Irving yang tidak terima dengan tulisan dari Deborah pun menuntut Deborah dan membawa kasus tersebut ke pengadilan tinggi Inggris.




Review

Kebanyakan film yang mengangkat isu holocaust akan menampilkan kekejaman pihak Jerman dalam membunuh tiap orang yang menganut keyakinan Yahudi, dan biasanya film-film seperti ini tidak jarang berhasil menarik perhatian para kritikus, tidak terkecuali para juri Academy Awards. Life is Beautiful, The Schindler's List hingga The Pianist merupakan contoh kuat bagaimana film bertemakan holocaust memudahkan jalan untuk cukup mendominasi dalam ajang penghargaan perfilman. Maka saya cukup terkejut saat film Denial ini tidak terlalu menyeruak ke permukaan, dan jangankan membicarakan peruntungan film ini mengenai piala penghargaan, Denial pun cukup mengenaskan apabila menyinggung pendapatan nya. Kita bisa berpendapat bila Denial tidak memiliki aktor yang memiliki nama besar di dalamnya (Rachel Weisz sedikit terlupakan pada dekade ini), tetapi kalau menilik ke belakang, topik berkenaan holocaust selalu menarik perhatian, apalagi dengan embel-embelnya yang mengangkat cerita film ini berdasarkan kisah nyata yang benar-benar dialami oleh Deborah Lipstadt dimana Deborah menuangkan pengalamannya melawan David Irving lewat buku nya yang berjudul History on Trial: My Day in Court with "Holocaust Denier". Dan ini murni pendapat saya sendiri, film yang disutradarai Mick Jackson ini adalah film bertopik holocaust yang saya butuhkan. 

Saya bukannya menampik dan menyangkal keras seperti apa yang dilakukan David Irving lakukan baik di film ini maupun di dunia nyata, tetapi saya rasa pertanyaan dasar seperti "is the holocaust really happened?" patut ada di benak kita, karena harus diakui fakta-fakta yang merujuk akan kebenaran peristiwa tragedi kemanusiaan tersebut sangat minim sehingga tidak sedikit yang menyusun-menyusun teori dan mencoba membuktikan bila holocaust hanyalah kebohongan besar yang dirajut oleh kaum Yahudi (dan maaf ketidaktahuan saya, ternyata menyangkal kebenaran peristiwa holocaust langsung di cap anti-semit loh). Perdebatan yang tak kunjung usai inilah yang membuat Denial pada awalnya merupakan alternatif yang cukup tepat dalam hal membuka pandangan yang baru lewat fakta-fakta yang mungkin akan diungkapkan dalam pergerakan narasi, yang jelas memancing rasa antusias saya semenjak dari menit pertama. Well, pada awalnya.

Denial jelas film bertipe courtroom dan tidak disangkal memang di dalam adu argumen di ruang sidang pada film ini terungkap beberapa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin ada di benak kalian selama ini, seperti konsep ruang penjara Auschwitz yang diyakini tempat pembunuhan massal yang dilakukan prajurit Jerman terhadap umat Yahudi. Ada juga permainan logika dengan mengulik pernyataan-pernyataan dari David Irving. Namun sayangnya adegan courtroom yang ada tidak terlalu dominan dalam durasi film 110 menit ini karena Mick Jackson lebih memilih mengisi kebanyakan durasi film Denial dengan pendekatan strategi dari pihak advokat yang membela Deborah. Memang, pembicaraan strategi tersebut menghantarkan penonton untuk melihat pendalaman sosok dari Deborah yang kerap kali kontra dengan strategi dari pembela nya, terutama dengan dua pemimpin pihak kuasa hukum tersebut yaitu Anthony Julius (Andrew Scott) dan Richard Rampton (Tom Wilkinson) yang melarang Deborah melakukan testimoni di pengadilan. Tetapi jujur saja fakta-fakta yang diungkapkan dalam film ini belum cukup memuaskan rasa dahaga saya karena masih banyak misteri-misteri yang menyelimuti peristiwa holocaust. Adegan courtroom terakhir sebelum pembacaan keputusan akhir pun cukup membingungkan dengan memperlihatkan twist halusnya.

Tetapi flaws di atas jangan langsung menggoda kalian untuk menyematkan film buruk pada Denial karena sebenarnya Denial adalah film yang bagus, bahkan saya cukup menyukainya. Hal ini dikarenakan Denial didukung dengan penulisan naskah yang baik dari David Hare serta penampilan prima dari tiga pelakon utamanya. Naskah David Hare mungkin tidaklah secerdas naskah Aron Sorkin yang menjadikan tiap dialog sangat adiktif kala mendengarnya, namun Hare jelas telah mempelajari dengan baik buku yang ditulis Deborah. Hare membuat strategi-strategi persiapan menghadapi sidang yang sebenarnya cukup rumit, menjadi terlihat lebih mudah dan bisa diikuti hanya dengan bermodalkan atensi yang cukup dari kita. Dialog-dialog yang ada baik kala karakter-karakternya berinteraksi di kehidupan hari-hari ataupun saat karakternya beradu mulut di persidangan sangat efektif  danbisa dikatakan sederhana dengan minus analogi atau istilah-istilah rumit lainnya. Di kursi penyutradaraan, Mick Jackson terlihat apik menjaga pacing cerita di tengah adu mulut yang terjadi, walau harus diakui cukup mengganggu di bagian konklusi karena adanya editing yang sebenarnya tidak terlalu perlu.

Tiga aktor utamanya juga memiliki andil dalam menjadikan Denial terasa enak untuk diikuti. Timothy Spall sukses membuat karakter David Irving terlihat menyebalkan, namun sesaat kemudian kala dirinya terdesak akan pernyataan Richard, ada rasa simpati yang bisa saya berikan untuknya berkat ekspresi tercekatnya. Cukup disayangkan screen time nya terbilang minim. Rachel Weisz pun seolah membuktikan bila dirinya belum kehilangan sentuhan dalam berakting, bahkan mungkin bisa dibilang ini adalah akting terbaiknya semenjak ia mendapatkan piala Oscar di film The Constant Gardener. Lihatlah ekspresi kegelisahannya saat setiap kali David Irving mengeluarkan pernyataannya, atau kelegaannya setiap kali Irving terpojok. Ekspresi maupun gestur subtil yang ia keluarkan berhasil menjaga perhatian penonton tetap tertuju kepada Deborah walau karakter Deborah sama sekali tidak mampu mengeluarkan pernyataan di dalam medan perang sidang. Weisz pun brilian dalam memperlihatkan seorang Deborah Lipstadt yang cukup kera kepala namun di sisi bersamaan terlihat rapuh dan tertekan akan kasus yang bagi dirinya sangat personal ini. Saat Deborah diam demi kemenangan inilah karakter Richard Rampton bersinar yang terbantu pula dengan penampilan memukau dari aktor senior Tom Wilkinson. Richard Rampton terlihat begitu wibawa berkat nada suara Wilkinson yang tenang namun pasti dan tajam menusuk dalam melontarkan pernyataan-pernyataannya.

Sayang memang film yang sebenarnya berbeda dari tipikal film bertemakan holocaust ini tidak terlalu menarik perhatian para pecinta film. Walau memang fakta yang diangkat tidak terlalu banyak, namun dengan adanya Denial, mata penonton bisa terbuka bila di luar sana masih banyak pihak-pihak yang meragukan kejadian holocaust, bahkan neo-Nazi pendukung Hitler pun jumlahnya masih banyak. Belum mampu begitu meyakinkan saya akan peristiwa Holocaust, namun dengan naskah serta penyutradaraan yang baik dan tidak ketinggalan performa hebat dari tiga lead actors nya, Denial deserves more recognition.

7,75/10



Categories: , ,

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!