Monday 1 May 2017


"We are what we believe we are"- The Beast

Plot

Pemuda pengidap penyakit berkepribadian ganda (James McAvoy) menculik tiga gadis muda yaitu Casey (Anna Taylor Joy), Claire (Haley Lu Richardson) dan Marcia (Jessica Sula) tanpa adanya alasan yang jelas. Di waktu senggangnya, pria tersebut sering berkunjung ke ahli psikologi bernama Dr. Karren Fletcher (Betty Buckley) untuk berkonsultasi atau sekedar mengobrol.




Review

Setelah mencoba meninggalkan dunia thriller yang sebenarnya merupakan ladang bermainnya dan berakhir dengan mengenaskan, akhirnya M. Night Shyamalan sadar diri dan kembali ke ladang bermain sang sutradara supaya tidak segera ditinggalkan oleh penggemar setianya. The Visit yang rilis dua tahun lalu merupakan langkah pertama dari sutradara sebagai tanda dari comeback panjang yang telah dinanti-nanti oleh penggemarnya. Walau tanggapan dari kritikus mengenai film tersebut tidak terlalu memuaskan, tetapi paling tidak dengan film tersebut menunjukkan kembali kalau Shyamalan belum kehilangan sentuhan lama nya. Maka ketika rencana pembuatan film Split mulai terendus, apalagi terdengar kabar bila film terbarunya ini melibatkan karakter yang memiliki 23 kepribadian di tubuh satu orang, secara otomatis Split sangat dinantikan oleh para penggemar film sembari menebak-nebak twist apa yang akan terjadi di dalam Split.

Sebenarnya film mengenai karakter yang mengidap penyakit kepribadian ganda bukanlah inovasi yang baru karena 14 tahun lalu ada Identity yang mengambil cerita mengenai tokoh yang memiliki 10 kepribadian. Sempat terpikir memang twist yang ada di Split bakalan tidak akan jauh dari twist yang ditawarkan oleh James Mangold di Identity tersebut. Namun tampaknya saya terlalu meremehkan Shyamalan karena Split cukup berbeda dengan Identity. Bila ada yang sama, selain cerita tokoh pengidap DID (Dissociative Identity Disorder), yaitu cara Shyamalan menggedor narasi Split dengan menunjukkan kejar-kejaran antar pelaku dengan tiga korbannya.  Tetapi jangan salah, Shyamalan tetaplah Shyamalan ketika membicarakan mengenai bagaimana ia menggulirkan plot nya. Shyamalan tetap menggulirkan plot filmnya dengan perlahan seperti film-film yang ia sutradarai dengan genre sejenis sebelumnya, malah cenderung terlalu perlahan bahkan, yang jujur seringkali membuat saya kebosanan saat menontonnya.  Padahal kala mengetahui sinopsisnya berdekatan dengan ilmu psikologi, saya telah memasang ekspektasi saya akan sajian film yang berat narasinya.  Tetapi dialog-dialog berbau ilmu psikologi tersebut, ditambah jalan ceritanya yang begitu lambat sering menggoda saya untuk menyerah menonton film ini.

Di dalam Split juga memiliki 3 narasi yang seolah berdiri-diri sendiri, terutama cerita masa kecil Casey, yang akhirnya akan bertemu di akhir cerita. Dalam 117 menit, ada cerita usaha dari 3 gadis untuk kabur dari jeratan penculik, pertemuan antar dokter-pasien dan itu tadi, masa kecil Casey yang ternyata memiliki misi tersembunyi dari Shyamalan untuk mengakhiri kisahnya. Dalam perjalanan narasinya itu, sedikit demi sedikit kita mempelajari mengenai penyakit yang diidap oleh karakter yang diperankan secara brilian oleh McAvoy tersebut, bersamaan juga dengan motifnya dalam menculik tiga gadis belia tersebut. Nuansa horor tetap mencekam, suasana klaustrofobik pun juga terasa saat Shyamalan memindahkan narasinya ke usaha tiga gadis itu mencoba kabur, walau memang keseruannya tidak terlalu mampu mencengkram atensi saya.  Hingga kala Split mulai mendekati akhir kisahnya, barulah keseruan cukup terasa dengan adegan kejar-kejarannya. Shyamalan juga membalut adegan kejar-kejaran itu dengan menggabungkan beberapa elemen, seperti klaustrofobik, gelapnya pencahayaan untuk meningkatkan kengerian yang ada, hingga keputusan Shyamalan yang secara mengejutkan tidak terlalu pelit dengan darah. Oh, tidak lupa juga Shyamalan mengungkapkan fakta berkenaan dengan cerita masa lalu pemuda tersebut. Split pun ditutup dengan mengejutkan, yang mengundang beberapa spekulasi berkenaan dengan film-film Shyamalan selanjutnya.

Dibebani dengan pekerjaan berat, rupanya malah memberikan kesempatan bagi James McAvoy menunjukkan kemampuan aktingnya. Bukanlah perihal mudah dalam memerankan beberapa kepribadian yang berbeda. Yang paling memorable mungkin adalah saat ia memerankan karakter Hedwig yang childish, lengkap juga dengan jaket kuningnya yang membuat Hedwig sangat nempel di benak saya. Kehebatan McAvoy terlihat saat dia memperlihatkan beberapa kepribadian sekaligus dalam durasi yang singkat. Perhatikan transformasinya dari kepribadian A ke B dengan sangat halus. Tidak hanya McAvoy, aktris muda Anna Taylor Joy (she's really hot here, btw) pun kembali membuat saya kagum dengan bakat aktingnya yang tidak bisa diremehkan. Bukan tidak mungkin dirinya akan mengikuti karir bagaikan Jennifer Lawrence dengan mendapatkan piala Oscar di usia yang cukup muda bila Anna tetap membintangi film yang memiliki naskah yang kuat.

Split jelas langkah comeback sempurna dari Shyamalan dan merupakan hadiah penantian yang indah dari dirinya untuk para penggemarnya yang tetap setia dan percaya dengan kemampuan Shyamalan. Dengan penampilan kuat dari McAvoy dan Anna Taylor Joy, serta penceritaan yang cukup rapi dari Shyamalan, lengkap dengan atmosfir horor nya yang cukup kental, Shyamalan berhasil memperbaiki nama nya yang sempat tercoreng beberapa tahun lamanya dan saya pribadi sangat menantikan rencana besar Shyamalan yang ia ungkapkan di detik-detik akhir dalam film ini.

7,75/10

Lanjutkan membaca bila kalian telah menonton film ini dan tidak mengerti mengenai shocking revealed yang dilakukan Shyamalan mengakhiri kisah Split

Apabila kalian memang tidak mengerti apa maksud dari ending nya yang berhasil membuat saya teriak "HOLY SHIT!", saya sarankan tontonlah film Shyamalan berjudul Unbreakable yang dirilis tahun 2000. Genre nya sedikit mengenai superhero tetapi dengan rasa yang berbeda. Saya sangat menantikan bagaimana Shyamalan menyatukan kisah dua film ini, dan jangan tanya lagi antisipasi saya mengenai bertemunya karakter David Dunn dan Kevin. Tertarik juga karakter pengaruh Mr. Glass dan Casey di sekuelnya nanti.
Categories: , ,

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!