"I'll tell you what. How about... you and I... go in there right now and show her who's running the show?"- John White
Plot
Vicki (Ashleigh Cummings) memiliki hubungan yang buruk dengan sang ibu, Maggie (Susie Porter) yang memilih untuk pergi dari rumah dan berpisah dengan suaminya, Trevor (Damian de Montemas). Pada malam natal, Maggie melarang Vicki untuk pergi ke pesta akibat masalahnya di sekolah. Tidak menggubris perkataan sang ibu, Vicki pergi diam-diam dan di tengah jalan, dirinya bertemu dengan pasangan kekasih Evelyn (Emma Both) dan John White (Stephen Curry). Evelyn dan John White menawarkan tumpangan kepada Vicki, tanpa mengetahui bila pasangan tersebut memiliki "pekerjaan" sampingan yaitu menculik dan membunuh para gadis remaja.
Review
Apa yang Anda pikirkan pertama kali saat melihat poster Hounds of Love diatas? Drama berbumbu seksual (a.k.a film semi)? Percintaan? Apapun perkiraan kalian, yang jelas poster tersebut terlihat sedikit artistik dan juga seperti menggambarkan film-film surreal berkat warna ungu tua nya (itu ungu kan?). Tidak terpikirkan bila film ini adalah sebenarnya film thriller penculikan yang cukup kental dengan grafis kekerasannya, dan sang sutradara Ben Young dalam karya debutnya ini menyelipkan kisah disfungsional pada pasangan Evelyn dan Ben.
Belum cukup dengan hal itu, Young pun menambahkannya dengan beberapa sub plot seperti masa lalu Evelyn, dan hubungan buruk pada pasangan Trevor dan Maggie. Sayangnya Ben Young masih perlu dalam merangkai narasinya ketika diaplikasikan ke dalam layar perfilman. Dosa Young adalah meninggalkan beberapa pertanyaan pada penonton kala Hounds of Love berakhir. Seperti misal apa alasan Maggie meninggalkan Trevor, di saat bersamaan penonton menyaksikan sosok Trevor sebagai ayah yang bertanggung jawab dan menghormati Maggie. Masa lalu Evelyn pun hanya terucap lewat dialog-dialog yang dilontarkan oleh dirinya dan John. Dan pertanyaan terbesar adalah apa tujuan John dan Evelyn dalam melakukan penculikan dan pembunuhan? Mengapa korban-korbannya adalah gadis-gadis remaja? Begitu banyak pertanyaan yang ditinggalkan Young sehingga ketika Hounds of Love berakhir ada ketidakpuasan dalam diri saya dan hal itu cukup mengganggu.
Berbagai subplot yang dibiarkan tak terjawab itu cukup berpengaruh dengan karakterisasi para tokoh di dalam film yang berasal dari Australia ini. Contohnya sosok Maggie hanya terlihat ibu yang egois yang memaksakan kehendaknya kepada Vicki, yang membuat penonton tidak turut merasakan kesedihan atas kehilangan yang dialami Vicki karena bila saya ada di posisi Vicki mungkin saya akan melakukan hal yang sama. Apa yang patut dibanggakan dari seorang ibu yang kabur dari suaminya yang jelas memiliki banyak aspek positif yang dimilikinya. Kompleksitas yang dimiliki oleh Evelyn pun diniati supaya tokoh ini tidak jatuh ke dalam tipe stereotip karakter antagonist satu dimensi. Sesungguhnya tidak masalah akan niat ini, tetapi bila semua backstory mengenai dirinya tidak diceritakan dengan gamblang, tentu susah untuk penonton bersimpati terhadap karakter ini.
Mungkin Ben Young masih kesusahan dalam penulisan naskah, tetapi dalam menyajikan adegan beraromakan thriller mencekam, Ben Young menunjukkan kebolehannya. Dirinya tidak pelit-pelit dengan adegan kekerasan, bahkan walaupun tidak terlalu frontal diperlihatkan, ada adegan kekerasan terhadap binatang disini. Keuntungan dari kompleksitas yang dimiliki Evelyn pun cukup mengganggu akan pikiran penonton yang bertanya mengenai apa yang akan dilakukan Evelyn selanjutnya setelah setiap apa yang dilakukan Vickie dalam usahanya melarikan diri. Secquence terakhir pun cukup mendebarkan kala nyawa Vickie berada di ujung tanduk di saat segala keadaan telah benar-benar tidak mendukungnya untuk bisa bebas. Musik yang digarap Dan Luscombe juga turut andil dalam membangun suasana horor. Memang Hounds of Love tidak memiliki kedalaman naskah yang mumpuni, tetapi bila dilihat dari sisi thriller, Hounds of Love bukanlah pilihan yang buruk untuk kalian yang menyukai genre sejenis.
Mungkin Ben Young masih kesusahan dalam penulisan naskah, tetapi dalam menyajikan adegan beraromakan thriller mencekam, Ben Young menunjukkan kebolehannya. Dirinya tidak pelit-pelit dengan adegan kekerasan, bahkan walaupun tidak terlalu frontal diperlihatkan, ada adegan kekerasan terhadap binatang disini. Keuntungan dari kompleksitas yang dimiliki Evelyn pun cukup mengganggu akan pikiran penonton yang bertanya mengenai apa yang akan dilakukan Evelyn selanjutnya setelah setiap apa yang dilakukan Vickie dalam usahanya melarikan diri. Secquence terakhir pun cukup mendebarkan kala nyawa Vickie berada di ujung tanduk di saat segala keadaan telah benar-benar tidak mendukungnya untuk bisa bebas. Musik yang digarap Dan Luscombe juga turut andil dalam membangun suasana horor. Memang Hounds of Love tidak memiliki kedalaman naskah yang mumpuni, tetapi bila dilihat dari sisi thriller, Hounds of Love bukanlah pilihan yang buruk untuk kalian yang menyukai genre sejenis.
setuju banget lah... pertanyaan2 sperti itu sangat menggangg... dan aga heran juga dengan Kim dan Mick
ReplyDelete