Tuesday, 13 June 2017


"I'm finished. I'm not a writer, I'm a middle school English teacher. Well, the world doesn't give a shit what I have to say. I'm unnecessary. Ha! I'm so insignificant I can't even kill myself."- Miles

Plot

Miles (Paul Giamatti) dan Jack (Thomas Haden Church) melakukan perjalanan ke California dengan mengunjungi berbagai perkebunan anggur dan sekaligus mencicipi wine disana.  Perjalanan ini juga merupakan rangka menenangkan diri untuk Miles yang sedang merasa bosan dengan profesinya dan Jack yang ingin bersenang-senang sebelum dirinya menikah.




Review

Ada daya tarik tersendiri kala menyaksikan sebuah film yang memusatkan narasinya pada studi karakter di dalam nya. Memang, umumnya film bertemakan seperti ini cenderung datar karena hanya mengandalkan sebuah kejadian yang tidak terlalu di dramatisir, dan dialog-dialog apa adanya sehingga butuh sedikit kesabaran untuk melewatinya, namun berkat itu juga ceritanya lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga mudah penonton mengerti apa yang sedang dialami para tokohnya. Film seperti ini memang bukan diniati untuk sebuah hiburan ala film superhero, tetapi bisa digunakan untuk mewakili sebagian besar penonton yang mungkin pernah mengalami kejadian yang sama seperti pada karakter yang terlibat. Dan inilah Sideways, hasil direksi dari Alexander Payne yang mengadaptasi dari novel bikinan Rex Pickett, mengajak kita untuk mengikuti perjalanan dua sahabat dalam rangka liburan sebelum kembali dihadapi dengan rutinitas sehari-hari.

Liburan ini jelas memiliki motif yang lebih dari itu. Jack ingin bersenang-senang sebelum di sabtu mendatang dirinya akan menikah, dan Miles mencoba menenangkan dirinya yang tengah mengalami kejenuhan dalam bekerja, seraya mencoba menghilangkan bayang-bayang mantan istrinya.  Miles merupakan pusat penceritaan dan merupakan perwakilan bagi kita yang tengah mengalami kebosanan di usia tanggung dan juga untuk kita yang belum move on dari sang mantan. Saya yakin, hampir sebagian besar penonton pernah mengalami apa yang tengah dihadapi Miles, sehingga inilah daya tarik utama Sideways, yaitu begitu sedikit celah yang diantara Miles dan penonton. Kita seperti menjadi orang ketiga yang juga ikut dalam liburan Miles dan Jack. 

Miles sendiri merupakan pria depresif akibat perceraiannya dengan sang istri, yang mengakibatkan dirinya menjadi pesimistis terhadap apapun yang dihadapinya, bahkan ia sulit untuk mengambil kesempatan yang sebenarnya kesempatan tersebut bisa ia raih dengan mudah. Seperti rencana penerbitan novelnya, dan terutama hubungannya dengan Maya. Walau Maya merupakan wanita yang bisa dibilang memenuhi kriteria Miles akan wanita serta Maya menunjukkan ketertarikan yang lebih dengan Miles, tetapi Miles tetap waspada dan cenderung menjaga jarak dengan Maya, sebelum Miles benar-benar tertarik dengan Maya. Salah satu momen favorit saya adalah kala Miles dan Maya bercengkerama di malam hari. Ada atmosfir yang intim dari tatapan mereka berdua, meski arah pembicaraan sama sekali tidak mengarah kesana, namun penonton merasakan itu. Saya pribadi lumayan gemes melihat Miles yang memperlihatkan sikap mau tapi malu untuk mengambil kesempatan yang ada di depan matanya. Pada momen itu juga Maya bermonolog mengenai wine, yang ironisnya seolah menyinggung kehidupan yang sedang dialami Miles, atau juga mungkin Maya sedang menyinggung dirinya sendiri. Brilian.

Miles juga mewakili bagi mereka yang memiliki antusias terhadap sesuatu namun tidak bisa dibawa ke ranah yang bisa menghasilkan uang. Lihat Miles, memiliki ketertarikan dan bahkan bisa dibilang ahli mengenai wine, tetapi malah berprofesi sebagai seorang guru biasa. Kala dirinya diajak Jack untuk membuka bisnis wine, Miles tidak telalu serius menganggap ajakan tesebut. Menyedihkan bukan, bila suatu passion yang sebenanya sangat bepotensi untuk mendulang keuntungan, namun jatuhnya hanya menjadi sebuah passion. Untungnya di kala fase kehidupannya yang sedang menurun, Miles memiliki teman seperti Jack yang sangat mengerti mengenai diinya. Oke, Jack mungkin brengsek bila bekaitan dengan peempuan, tetapi Jack merupakan teman yang dibutuhkan oleh Miles. Jack merupakan pria yang easy going, mampu menjadi pendengar yang baik dan selalu mencoba mengangkat Miles dari jurang keputusasaannya. Dan serius, tidak ada yang lebih menenangkan saat melihat Jack selalu mengajak Miles untuk melihat sisi positif nya di setiap kesialan menghampiri.
Saya tidak terlalu mengikuti hasil karya Payne. The Descendants adalah satu-satunya film Payne yang pernah saya cicipi. Tetapi setelah usai menonton Sideways, tampaknya saya mulai mengerti kekuatan Payne, yaitu menyelipkan adegan yang menyentuh di dalam kesederhanaan. Seperti misal di durasi akhir saat Miles bersedia membantu Jack. Miles yang sebelumnya tidak terlalu menggubris keliaran Jack dalam urusan perempuan, untuk perrtama kalinya dalam perjalanan, Miles bersedia membantu Jack. Dan supaya momen-momen tersebut berhasil di praktekkan, Payne jelas membutuhkan kekuatan akting dari artisnya. Giamatti dan Thomas Haden Church yang mendominasi di tiap menit film, sukses memperlihatkan sebuah hubungan bromance yang indah dan juga saling mengisi. Tidak ada sama sekali lontaran-lontaran dialog diantara mereka yang membosankan. Giamatti yang sering mengisi peran pendukung, membuktikan bila dirinya memiliki kualitas aktor yang bisa ditaruh sebagai aktor utama. Tidak sulit memang bagi Giamatti dalam memerankan Miles yang gloomy, namun tetap saja apa yang ditampilkannya sangat menawan disini, terutama kala Giamatti memainkan mimik muka kala bercengkerama dengan mantan istrirnya. Saya pribadi menyukai setiap kali Giamatti menanggapi dengan raut muka tidak senang atau juga tidak tenang saat Jack atau karakter lainnya menyinggung novel tulisannya yang belum jelas akan diterbitkan atau tidak. Sulit dipercaya dengan kualitas akting seperti ini, Giamatti tidak mendapatkan nominasi aktor terbaik di ajang Academy Awards saat itu. Haden Church yang malah mendapatkan nominasi di kategori aktor pendukung, mampu mengimbangi Giamatti dengan keluwesannya serta kharisma yang ia pancarkan yang mudah saja bagi penonton mengerti mengapa Jack bisa menggaet wanita dengan mudahnya. Bahkan tampaknya berkat penampilan Haden Church jugalah, Sideways begitu enak dinikmati dan durasi 126 menit tidak menjemukan. Haden Church pun juga brilian saat beradegan emosional. Adegan yang awalnya begitu lucu berkat kesialannya, bertransformasi menjadi sedikit heartbreaking melihat Jack yang memohon-mohon untuk meminta bantuan Miles. Kejutan menyenangkan juga melihat performa Virginia Madsen yang berhasil memerankan Maya sebagai sosok wanita dewasa yang menyenangkan dan penuh pengertian. Wajar saja seorang Miles bisa jatuh hati dengan Maya.

Sayangnya Sideways bukanlah sajian yang akan dengan mudahnya menggaet penonton kasual. Sideways berjalan dengan sunyi dan memang berfokus pada tiap karakternya sehingga mungkin akan terdengar membosankan. Sayang karena Sideways merupakan film yang mampu mewakili sebagian besar orang yang pastinya pernah mengalami fase kehidupan seperti Miles. Tidak semua orang bisa menulis, menghasilkan karya seperti film untuk mewakili apa yang mereka rasakan, dan karena itulah bagi saya, Sideways adalah salah satu film yang harus ditonton. Dan bukti saya mencintai film ini adalah dengan menulis review sesegera mungkin supaya sensasi menyenangkan saat menonton Sideways masih melekat.

8,75/10

Categories: , ,

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!