Thursday, 20 July 2017



21 Juli 2017. Yap, mari sambut comeback salah satu sutradara terbaik saat ini, Christopher Nolan, dengan karya terbarunya, Dunkirk. Sebelum saya mengulas Dunkirk, mungkin akan lebih baik bila kita kembali mengenang semua karya Nolan sebelumnya lewat review singkat saya di bawah ini.

Following (1998)



Film debut Nolan yang juga menyajikan beberapa DNA Nolan yang juga akan hadir di film-filmnya yang akan datang. Alur cerita non-linear, detil cerita yang menyimpan peranan penting dalam menyimpan jawaban di akhir cerita dan tentu saja berbagai kejutan yang hadir pada tiap kesempatan yang tak terduga. Following bagaikan sebuah bukti, terutama bagi para penggemar muda seperti saya yang telat menonton film Nolan bila Nolan adalah sutradara yang memiliki visi luar biasa dalam hal penulisan cerita. Andai saja Following didanai dengan budget kisaran film Hollywood, mungkin saja Following akan ditilik oleh ajang Academy Awards. Twist ending berlapis nya juga merupakan penguat bagi saya bila Master Twist sebenarnya bukanlah M. Night Shyamalan, melainkan adalah Nolan.

8,25/10

Memento (2000)



Following memang karya yang tidak bisa diremehkan dari Nolan, namun dengan budget yang begitu tipis ditambah dengan tidak adanya nama-nama berkelas di jajaran aktornya, membuat Following sedikit terabaikan. Barulah di Memento, seorang Christopher Nolan mulai mencuri perhatian dunia perfilman berkat disokongi nama-nama yang sudah terkenal sebelumnya, yaitu Guy Pearce dan Carlie Anne-Moss. Memento terkenal dengan plot nya yang terlihat kacau tak beraturan, namun setelah beberapa menit kemudian penonton menyadari bila plot tersebut memegang kunci yang penting dalam kepentingan penceritaan. Selain memaksa penonton untuk merasakan penderitaan yang dialami karakter Leonard Shelby, alur cerita itu memiliki nilai substansi dalam menambah dosis tragedi nya kala jawaban di akhir cerita terungkap.

9/10

Insomnia (2002)



Memento ibaratkan gerbang pembuka bagi Nolan untuk terjun ke dunia Hollywood, namun Nolan tidak gegabah untuk menangani film-film berbudget raksasa. Nolan masih tertarik untuk membuat film dengan budget kecil, serta tidak ketinggalan kembali memasang karakter utama dengan gangguan kondisi psikologis. Nolan pun memutuskan meremake film asal Finlandia, yaitu Insomnia. Dari judulnya saja jelas bila karakter utamanya mengidap penyakit susah tidur, akibat berbagai tekanan yang dialami juga kesulitan beradaptasi di daerah Alaska yang tidak mengenal malam hari kala memasuki musim dingin. Insomnia memiliki jajaran aktor kelas wahid semacam Al Pacino, Robin Williams dan Hillary Swank. Berkat Insomnia pula lah, Al Pacino membuktikan dirinya belum kehilangan tajinya sebagai aktor yang memiliki pendalam pada karakter. Al Pacino sempurna memainkan seorang Will Dormer yang terlihat begitu kacau dengan tatapan mata sayu yang ia pancarkan setiap tampil di layar. Selain Al Pacino yang menjadikan Insomnia sebagai ladang pembuktian, Nolan juga membuktikan bila dirinya juga memiliki kapabilitas dalam meramu film yang nihil akan plot non linear dan twist di akhir cerita, walau memang harus diakui hal itu sedikit mengurangi kesenangan kala ekspektasi dari penonton dini seperti saya yang telah menonton Memento dan Inception.

8/10

Batman Begins (2005)



Petualangan Nolan di dunia Hollywood dimulai, dan tidak tanggung-tanggung Nolan langsung diberikan tugas untuk menghidupkan kembali superhero favorit semua orang, the cape crusader, Batman, yang seperti telah kita ketahui bersama sempat mati suri “karir” nya di dunia perfilman akibat hancurnya Batman & Robin garapan Joel Schumacher. Nolan mencoba sedikit meleburkan gaya penceritaannya pada Batman Begins, seperti alur yang kembali non linear pada awal-awal penceritaan, dan pendekatan yang lebih mendalam pada sosok Bruce Wayne sebelum memutuskan untuk menggunakan kostum serba hitamnya dalam patroli malam harinya. Sosok Batman saja baru ditampilkan setelah satu jam durasi berjalan, namun berkat itu juga kehadiran pertama Batman beraksi meninggalkan kesan yang begitu mendalam. Adegan “I’m Batman” yang ada di Begins masih tetap merupakan salah satu momen favorit saya di semua film Nolan. Keputusan Nolan yang lebih memilih untuk mendalami karakter Bruce Wayne dibanding adegan aksinya ternyata berbuah manis karena para penggemar baik penggemar Batman ataupun bukan menyukai keputusan Nolan tersebut. Adegan aksinya walau pun sedikit, tetapi digarap begitu apik dan berkelas, seperti car chase nya yang menjadi ladang debut Batcar yang jauh lebih garang. Sebuah awal yang sempurna untuk mengawali dari trilogy yang di masa akan datang bakal tetap dikenang selamanya.

8,5/10

The Prestige (2006)



Tidak berlangsung lama dari kesuksesan Batman Begins, Nolan kembali dengan kisah yang penuh intrik. Kali ini, ladang bermainnya adalah dunia sulap yang, ya penuh intrik, dan juga kebusukan-kebusukan atau pengorbanan yang dilakukan oleh sang pelakon sulap. Dengan karya adaptasi novel nya yang pertama kali ini, Nolan memperlihatkan bagaimana totalitas dari sang pemeran di atas panggung seperti pesulap bisa merusak kehidupan tidak hanya dirinya sendiri, juga meluas kepada orang yang telah terlanjur tenggelam kedalam kehidupan mereka. Karena The Prestige menceritakan mengenai sulap, maka tidak heran banyak sekali berbagai kejutan dan kelokan yang hadir di menit-menit kala narasi berjalan. Cerita mengenai rivalitas dua karakter utamanya yang saling mensabotase acara sulap satu sama lain pun sangat menarik diikuti, terlebih dua karakter itu dibawakan oleh Christian Bale dan Hugh Jackman yang pada karir perfilman mereka juga memerankan karakter superhero. Namun keputusan Nolan yang banyak menghadirkan kejutan tersebut memunculkan banyak pertanyaan yang tak terjawab, apalagi Nolan juga membelokkan genre film ini sendiri dari psychological thriller biasa ke ranah science fiction yang kurang bisa ditangkap oleh logika akibat pendekatan realistis Nolan sebelumnya. Namun untungnya rangkaian cerita rivalitas tadi, intrik demi intrik dibelakang layar sulap yang dihadirkan, serta tentu twist akhir yang membuat saya menganga, mampu menutupi kekurangan film yang dianggap sebagai film terlemah Nolan ini.

8/10

The Dark Knight (2008)



9,5/10

Inception (2010)



Sukses luar biasa yang diraih Nolan dan Warner Bros. Lewat The Dark Knight tidak hanya mengangkat nama Nolan ke jajaran para sutradara terbaik, tetapi juga menambah jumlah fanbase Nolan. Karya-karya selanjutnya dari Nolan pun pastinya telah ditunggu oleh mereka, dan dua tahun selanjutnya, Nolan kembali dengan karya yang kabarnya telah ia kerjakan satu dekade sebelumnya. Warner Bros mengabulkan mega proyek Nolan ini sebagai wujud hadiah kepada Nolan. Dari berbagai detil sekecil apapun yang hadir pada penceritaan membuktikan bila Nolan memang begitu teliti serta hati-hati dalam menulis Inception. Inception merupakan film yang memiliki aspek yang lengkap, mulai dari penceritaan yang kuat, sinematografi yang memanjakan mata, serta adegan aksi yang menegangkan. Oh tidak lupa juga dentuman musik memorable Hans Zimmer yang kini banyak di contoh di film-film lainnya. Cerita mengenai mimpi yang terdiri berbagai tingkat berisiko dalam meninggalkan plot hole yang begitu banyak, namun berkat ketelitian Nolan itu lah, Inception tidak mengalami hal tersebut. Salah satu karya klasik yang kembali dihadirkan oleh Nolan, dan juga Inception terkenal dengan ending di akhir nya yang memunculkan berbagai diskusi yang tak berkesudahan.

9/10

The Dark Knight Rises (2012)



Sudah menjadi rahasia umum bila film ketiga dari suatu trilogi bagaikan ditempeli suatu kutukan. Kutukan yang mana hasil akhir film ketiga selalu tidak memuaskan. Matrix Trilogy, Spiderman versi Raimi, Back to the Future, bahkan trilogi klasik macam The Godfather pun berakhir sama. Dengan kenyataan itu, sudah wajar bila para penggemar harap-harap cemas dalam menyambut The Dark Knight Rises, terlebih film sebelumnya, The Dark Knight meraih kesuksesan luar biasa yang tentunya sulit untuk disaingi. Ekspektasi penonton, terutama penggemar yang kelewat tinggi pun turut berdampak pada The Dark Knight Rises, yang membuat film ini tidak sedikit yang tidak menyukainya. Padahal The Dark Knight Rises masih memiliki semangat yang sama dengan dua film sebelumnya. Bila di The Dark Knight pesona Batman atau Bruce Wayne sedikit dibayangi akan kehadiran The Joker, di film ini kembali sosok Bruce Wayne menjadi sorotan utama, meski berbagai nama-nama baru bermunculan disini, namun tetap, The Dark Knight Rises menceritakan bagaimana usaha Bruce untuk bangkit dari semua kehilangan yang ia alami. Masih diisi dengan jajaran aktor/aktris yang tengah di puncak karir yang kesemuanya tampil apik, The Dark Knight Rises adalah penutup yang sempurna dari salah satu trilogi terbaik sepanjang sejarah.

8,5/10

Interstellar (2014)



Selesai berurusan dengan dunia superhero, Nolan pun memutuskan untuk mengangkat kisah orisinil hasil pemikirannya bersama sang adik, Jonathan Nolan. Kini ladang bermain Nolan adalah dunia luar angkasa. Tentunya menarik dinantikan bagaimana Nolan menyajikan dunia luar angkasa tersebut berdasarkan versinya, setelah dirinya berhasil dalam menyuntikkan sisi realistis pada dunia mimpi di Inception. Salah satu keunggulan utama Intersettlar tentu saja mengenai visual effect nya yang sangat memanjakan mata, dari black hole, dimensi kelima versi Nolan, serta planet yang diisi dengan lautan tanpa daratan, semuanya terlihat indah. Interstellar juga tidak hanya berisikan misi menyelamatkan bumi saja, tetapi ada unsur keluarga pula yang diangkat, yang membuktikan bila Nolan juga mahir dalam menyajikan drama yang mampu mengajak penonton untuk bermelodrama. Matthew McCounaghey yang pada tahun sebelumnya menyabet Oscar, bermain dengan sangat baik. Tidak spesial, tetapi masih karya yang mulia dari Nolan

8/10

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!