"Look at you. Look at you. Sakit lo"- Bayu
Story
Nomura (Kazuki Kitamura) merupakan tipikal pria idaman para wanita. Dia eksekutif kaya, berkharisma dan juga pandai bergaul dengan wanita. Namun siapa yang menyangka bila ia memiliki hobi membunuh perempuan yang ia ajak ke rumahnya. Tidak hanya itu, setiap pembunuhan yang ia lakukan selalu ia unggah ke sebuah website. Salah satu penggemar Nomura adalah Bayu (Oka Antara), mantan jurnalis yang hancur karirnya akibat menulis artikel mengenai salah satu pejabat ternama, Dharma (Ray Sahetapy). Dampak akan dipecatnya Bayu berimbas akan ketidak harmonisan dengan sang istri, Dina (Luna Maya) sehingga mereka tinggal terpisah. Akibat suatu kejadian, Bayu terinspirasi akan "kegiatan" Nomura, dan mengeluarkan sisi gelap dalam dirinya.
Review
Bagaimana mendeskripsikan sebuah
film yang bagus? Bila pertanyaan itu diajukan kepada saya, saya akan menjawab
dengan sederhana, film yang mampu membuatmu tenggelam dalam ceritanya dan
meninggalkan kesan ketika film berakhir. Dengan naskah cerita yang berkualitas,
penonton pun akan merasa terikat sehingga tidak mempermasalahkan berbagai segi
teknis lainnya, seperti sinematografi, CGI atau aspek lainnya. Walau durasi nya
panjang pun, penonton tidak merasakan jenuh sedikitpun disebabkan bagaimana
pintarnya sutradara merepresentasikan apa yang telah penulis naskah buat
(Dwilogi The Godfather merupakan contoh yang bagus). Setelah naskah cerita yang
jempolan, kesan yang akan didapatkan setelah menonton pun hampir pasti di dalam
genggaman. Penonton akan mendiskusikannya, sehingga tidak jarang penonton rela
menonton dua-tiga kali hanya ingin mendapatkan jawaban yang sebenarnya. Dan itu
yang dimiliki Killers karya Mo Brothers yang brilian ini.
Sesuai dengan tag line di poster
film, naskah yang ditulis Timo Tjahjanto dan Takuji Ushiyama ini mengajak
penonton untuk melihat bahwa manusia pasti memiliki sisi buruk dalam dirinya,
dan dalam film ini sisi buruk yang diangkat adalah keinginan untuk membunuh. Diperlihatkan
juga kedua karakter utama dalam Killers memiliki motif berbeda dalam menjalankan
“pekerjaan sampingan” mereka itu. Nomura memiliki masa lalu yang buruk sehingga
ingin ia lampiaskan dengan membunuh setiap wanita yang ia ajak ke rumahnya.
Rasa kesepian pun turut menyelimuti Nomura, dengan alasan itu pula ia sering
meng-upload video membunuhnya untuk bisa menemukan seseorang yang sama
atau bisa mengerti akan hobi nya tersebut. Berbeda dengan Bayu yang ingin
menuntaskan dendam pribadinya sehingga ia bisa hidup tenang dengan keluarga
kecilnya. Dalam menjalankan aksi membunuh pun kedua karakter begitu bertolak
belakang. Nomura yang telah memiliki pengalaman sangat teliti ketika sebelum,
saat atau pun sesudah membunuh korbannya. Bayu, yang sebelumnya hanya lah
jurnalis biasa dan mulai melakukan aksi membunuh seperti Nomura karena suatu insiden,
melakukan aksinya dengan natural dan selalu mengalami sebuah gangguan.
Sebagai film bergenre Psychological
Thriller, tentu Mo Brothers tidak lupa untuk pula menyoroti keadaan psikis
karakternya, dan dalam hal ini keadaan psikis Bayu yang disoroti lebih jauh.
Aspek ini pula lah yang merupakan keunggulan utama Killers. Dihimpit oleh
permasalahan keluarga, kerjaan dan ingin lepas dari pandangan sebelah mata dari
ayahnya Dina, Bayu merasakan tekanan yang hebat hingga memaksa dirinya untuk
mengambil jalan pintas demi keinginan yang selalu diidam-idamkan. Namun akibat
pekerjaan barunya itu juga lah pikiran Bayu mulai terganggu yang membuatnya
sering berhalusinasi dan kehidupannya pun mulai diambang kehancuran. Ketika
semuanya telah berjalan terlalu jauh untuk kembali, orang-orang yang ada di
sekitar Bayu pun ikut terseret akan apa yang telah Bayu perbuat. Third act yang
ditampilkan Mo Brothers bisa jadi merupakan salah satu penutup terbaik yang
dimiliki perfilman Indonesia. Susah dibayangkan bagaimana kondisi salah satu
karakter setelah semuanya terjadi, dan hal itu pula yang cukup menghantui
penonton kala black screen muncul di layar. Mengenai adegan thriller
action nya, Mo Brothers juga tidak mengecewakan. Mo Brothers kembali
membuktikan bila adegan mencekam dan mampu menggedor jantung penonton tidak
perlu skala yang besar dan melibatkan budget tinggi. Terbukti hanya dengan
memanfaatkan mobil taksi dan gedung tak terpakai ternyata telah lebih dari
cukup untuk memperlihatkan sebuah sajian aksi yang berkelas, namun favorit saya
adalah adegan on-foot chase scene yang terjadi dalam lorong hotel yang digarap
dengan sederhana, namun begitu keren dan tentu nya menggedor jantung. Sangat
Brilian. Semuanya semakin lengkap dengan musik hasil garapan Fajar Yuskemal dan
Aria Prayogi yang mampu menaikkan adrenalin dan juga menambah kesan ironi untuk
adegan di akhir nya.
Yang cukup mengejutkan adalah
bagaimana Mo Brothers masih sempat-sempatnya memasukkan kritik akan fenomena
masyarakat yang begitu tak terpisahkannya dengan gadget. Isu yang
diangkat ini begitu dekat dengan apa yang terjadi sekarang dimana orang jauh
lebih memilih untuk mengabadikan suatu kejadian, ketimbang memanggil pihak
berwajib untuk menangani kejadian itu. Hebatnya lagi, adegan yang ditampilkan
tidak maksa dan masuk dalam penceritaan.
Killers bukan tanpa kekurangan.
Kekurangan terbesar adalah begitu flat nya Kazuki Kitamura ketika harus
memerankan akting dalam kadar drama. Percakapannya dengan Rin Takanashi begitu
datar sehingga tidak salah bila penonton jauh lebih memilih apabila sub plot
untuk karakter Nomura dihilangkan saja. Namun tidak masalah karena Kitamura
membayar lunas akan akting datarnya tersebut kala karakter nya masuk ke dalam
mode pembunuh psikopat. Sentuhan black comedy yang ada di Killers juga
semuanya melibatkan karakter Nomura. Selain adegan menit terakhir, adegan saat
Nomura diinterogasi oleh polisi setempat pun mampu memunculkan kelucuan
tersendiri.
Mengenai akting, Oka Antara tentu
saja yang terbaik. Boleh saja Reza Rahardian atau Abimana Setya saat ini
dianggap sebagai aktor kelas atas saat ini, namun bila berbicara akting, Oka
mungkin tidak kalah bila dibandingkan dengan mereka berdua. Sebagus-bagusnya
Reza Rahardian, dia belum terlalu menonjol kala harus bermain dalam film bernuansa
thriller. Oka Antara telah menerjuni dunia akting film berbagai genre.
Percintaan? Ada Hari untuk Amanda dimana ia berakting sangat baik disitu (ada
Reza Rahardian juga). Thriller? Oka menunjukkan totalitasnya. Ketika
adegan aksi dia perankan dengan brilian, pun juga dengan adegan drama nya
dimana Bayu yang mulai terganggu keadaan psikisnya mampu dipresentasikan oleh
Oka Antara dengan sangat bagus. Momen terbaik nya tentu saja ketika semua
karakter utama dipertemukan dalam gedung tak terpakai itu. Marah, kesedihan,
penyesalan, serta ketakutan semua terangkum dalam ekspresi Oka, menunjukkan
bahwa akting nya patut diperhitungkan.
Tidak banyak film Indonesia yang
mampu membuat saya terdiam, merenung, sembari membatin “bagaimana nasib si A
ya?” setelah menonton. Mungkin baru Laskar Pelangi yang mampu membuat saya
merasakan sensasi itu, dan list pun bertambah dengan judul film Killers yang
dengan briliannya mampu membuat saya terikat akan cerita serta karakternya yang
menyebabkan saya tidak mampu menahan diri untuk memberikan rating tinggi
dibawah ini.
0 komentar:
Post a Comment