Tuesday, 27 December 2016



Plot

 Pada tahun 1920-an dimana Jepang menguasai wilayah Korea Selatan, terdapat sebuah kelompok bernama Righteous Brotherhood yang dipimpin oleh Jung Chae-san (Lee Byung-Hun) yang mampu memberikan perlawanan sengit akan pemerintahan Jepang sehingga pihak Jepang mengutus salah satu polisi kewarganegaraan Korsel yang bekerja pada Jepang, yaitu Lee Jung-Chol (Song Kang-Ho) untuk mendekati salah satu tangan kanan Chae-san, yaitu Kim Woo-Jin (Gong Yoo).








Review





Susah untuk menentukan mana film mengenai mata-mata terbaik di antara Infernal Affairs dan The Departed. Di satu sisi, Infernal Affairs tetaplah pelopor bagaimana sebuah film mengenai mata-mata harus dibuat sehingga berakhir dengan brilian, di sisi lain saya jauh lebih menikmati sajian yang dibuat ulang oleh Martin Scorsese dengan The Departed nya yang menurut saya jauh lebih emosional. Tetapi satu hal yang pasti, dua film tersebut telah memberikan sebuah standar yang begitu tinggi dalam hal spy movie. Maka dari itu, saya cukup menantikan sajian terbaru dari (sutradara I Saw The Devil) yang intinya mengenai pertikaian antara Korea Selatan dan Jepang dengan menempatkan informan dari satu pihak ke pihak musuh.
Berbeda dengan Infernal Affairs dan The Departed, dalam The Age of Shadows informan utama diemban oleh satu karakter, yaitu Lee Jeong Chul yang merupakan seorang inspektur polisi yang bekerja untuk Jepang. Film yang merupakan perwakilan dari negeri Ginseng di ajang Academy Awards dalam kategori Best Foreign Movies ini sedari awal film mengajak penonton secara perlahan bagaimana Jeong Chul bisa bersedia untuk membantu pihak pemberontak dalam misi untuk menyelundupkan bahan peledak dari Shanghai ke Gyeongsheong yang memiliki risiko yang begitu tinggi. Rasa simpati Jeong Chul yang muncul terhadap karakter Kim Woo Jin,yang awalnya hanya ingin dimanfaatkan nya, bisa dipahami setelah hubungan pertemanan antara dirinya dengan Woo Jin tercipta. Penonton bisa memaklumi alasan Jeong Chul yang akhirnya bersedia membantu Woo Jin berkat chemistry yang meyakinkan antara Song Kang-Ho dan Gong Yoo. Tak ayal dilematis pun membumbung tinggi kala Jeong Chul berdiri diantara pihak Jepang atau Korea, dimana kedua pihak tersebut membutuhkan bantuannya. Semua rasa kegelisahan serta dilema tersebut dipresentasikan dengan baik oleh Song Kang-Ho yang juga pernah bermain dalam film drama thriller kelas satu dari Korea Selatan pula yaitu Memories of Murder.
The Age of Shadows tentu memiliki flaw tersendiri. Yang cukup mengganggu tentu durasinya yang mencapai 140 menit dimana ada beberapa momen yang saya rasa sedikit keteteran dan kurang mengundang atensi sehingga pada pertengahan film saya merasakan sedikit kebosanan. Walau memang harus diakui Kim Jee-Woon cukup mampu mengikat atensi penonton dengan menciptakan atmosfir paranoid dalam pergerakan plot yang cukup lambat, namun sedikit kebosanan masih ada yang saya rasakan. Untungnya ada beberapa adegan aksi yang mampu membawa saya kembali untuk menikmati The Age of Shadows. Train sequence pada pertengahan film merupakan momen terbaik di film ini. Bukan perihal aksinya, namun bagaimana sang sutradara begitu piawai dalam membangun tensi yang membuat penonton bagaikan pemberontak itu sendiri yang sedang dalam penyamaran. Hingga puncaknya ketika ketiga karakter sentral dalam satu frame, saya tidak bisa untuk menahan diri saya untuk tidak teriak “WOW” karena durasi baru pertengahan film namun The Age of Shadows telah menampilkan momen yang seharusnya lebih layak untuk disimpan menjelang akhir film. Setelah adegan kereta api berakhir pun rasa suspense yang telah terlanjur membumbung tinggi pun tidak pernah terasa kendor karena selain keahlian Jee-woon membangun atmosfir suspense yang dirangkai dengan grafis kekerasan yang cukup mengganggu, penonton telah terikat dengan karakter nya yang turut menciptakan rasa peduli pada beberapa karakter. Karakter Hashimoto yang diperankan oleh Um Tae-Goo berhasil mencuri perhatian dengan karakternya yang di bumbui sociopath serta nuansa dingin yang senantiasa hadir kala karakternya muncul di layar. Lee Byung-hun pun selalu tidak mengecewakan dengan kharisma nya yang kuat.
Walau sedikit overlong, saya tidak menyangkal bila The Age of Shadows merupakan sajian spy movie yang berkualitas. Dibantu pula dengan production house yang berhasil menciptakan suasana vintage jaman dulu dengan meyakinkan, serta atmosfir paranoid yang dibumbui pula dengan tingkat kekerasan yang cukup tinggi, The Age of Shadows kembali membuktikan bahwa kini perfilman Korea Selatan adalah salah satu front runner  dalam  hal menciptakan film yang berkualitas di benua Asia.

7,5/10
Categories: , ,

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!