Plot
Pada tahun 1920-an dimana Jepang menguasai wilayah Korea Selatan, terdapat sebuah kelompok bernama Righteous Brotherhood yang dipimpin oleh Jung Chae-san (Lee Byung-Hun) yang mampu memberikan perlawanan sengit akan pemerintahan Jepang sehingga pihak Jepang mengutus salah satu polisi kewarganegaraan Korsel yang bekerja pada Jepang, yaitu Lee Jung-Chol (Song Kang-Ho) untuk mendekati salah satu tangan kanan Chae-san, yaitu Kim Woo-Jin (Gong Yoo).Review
Susah untuk menentukan mana film
mengenai mata-mata terbaik di antara Infernal Affairs dan The Departed. Di satu
sisi, Infernal Affairs tetaplah pelopor bagaimana sebuah film mengenai
mata-mata harus dibuat sehingga berakhir dengan brilian, di sisi lain saya jauh
lebih menikmati sajian yang dibuat ulang oleh Martin Scorsese dengan The
Departed nya yang menurut saya jauh lebih emosional. Tetapi satu hal yang
pasti, dua film tersebut telah memberikan sebuah standar yang begitu tinggi
dalam hal spy movie. Maka dari itu, saya cukup menantikan sajian terbaru
dari (sutradara I Saw The Devil) yang intinya mengenai pertikaian antara Korea
Selatan dan Jepang dengan menempatkan informan dari satu pihak ke pihak musuh.
Berbeda dengan Infernal Affairs dan
The Departed, dalam The Age of Shadows informan utama diemban oleh satu
karakter, yaitu Lee Jeong Chul yang merupakan seorang inspektur polisi yang
bekerja untuk Jepang. Film yang merupakan perwakilan dari negeri Ginseng di ajang Academy Awards dalam kategori Best Foreign Movies ini sedari awal film mengajak penonton secara perlahan bagaimana
Jeong Chul bisa bersedia untuk membantu pihak pemberontak dalam misi untuk
menyelundupkan bahan peledak dari Shanghai ke Gyeongsheong yang memiliki risiko
yang begitu tinggi. Rasa simpati Jeong Chul yang muncul terhadap karakter Kim
Woo Jin,yang awalnya hanya ingin dimanfaatkan nya, bisa dipahami setelah
hubungan pertemanan antara dirinya dengan Woo Jin tercipta. Penonton bisa
memaklumi alasan Jeong Chul yang akhirnya bersedia membantu Woo Jin berkat chemistry
yang meyakinkan antara Song Kang-Ho dan Gong Yoo. Tak ayal dilematis pun
membumbung tinggi kala Jeong Chul berdiri diantara pihak Jepang atau Korea,
dimana kedua pihak tersebut membutuhkan bantuannya. Semua rasa kegelisahan
serta dilema tersebut dipresentasikan dengan baik oleh Song Kang-Ho yang juga
pernah bermain dalam film drama thriller kelas satu dari Korea Selatan pula
yaitu Memories of Murder.
The Age of Shadows tentu memiliki flaw
tersendiri. Yang cukup mengganggu tentu durasinya yang mencapai 140 menit
dimana ada beberapa momen yang saya rasa sedikit keteteran dan kurang
mengundang atensi sehingga pada pertengahan film saya merasakan sedikit
kebosanan. Walau memang harus diakui Kim Jee-Woon cukup mampu mengikat atensi
penonton dengan menciptakan atmosfir paranoid dalam pergerakan plot yang cukup
lambat, namun sedikit kebosanan masih ada yang saya rasakan. Untungnya ada
beberapa adegan aksi yang mampu membawa saya kembali untuk menikmati The Age of
Shadows. Train sequence pada pertengahan film merupakan momen terbaik di
film ini. Bukan perihal aksinya, namun bagaimana sang sutradara begitu piawai
dalam membangun tensi yang membuat penonton bagaikan pemberontak itu sendiri
yang sedang dalam penyamaran. Hingga puncaknya ketika ketiga karakter sentral
dalam satu frame, saya tidak bisa untuk menahan diri saya untuk tidak teriak
“WOW” karena durasi baru pertengahan film namun The Age of Shadows telah
menampilkan momen yang seharusnya lebih layak untuk disimpan menjelang akhir
film. Setelah adegan kereta api berakhir pun rasa suspense yang telah terlanjur
membumbung tinggi pun tidak pernah terasa kendor karena selain keahlian
Jee-woon membangun atmosfir suspense yang dirangkai dengan grafis kekerasan
yang cukup mengganggu, penonton telah terikat dengan karakter nya yang turut
menciptakan rasa peduli pada beberapa karakter. Karakter Hashimoto yang diperankan
oleh Um Tae-Goo berhasil mencuri perhatian dengan karakternya yang di bumbui
sociopath serta nuansa dingin yang senantiasa hadir kala karakternya muncul di
layar. Lee Byung-hun pun selalu tidak mengecewakan dengan kharisma nya yang
kuat.
Walau sedikit overlong, saya tidak
menyangkal bila The Age of Shadows merupakan sajian spy movie yang
berkualitas. Dibantu pula dengan production house yang berhasil menciptakan
suasana vintage jaman dulu dengan meyakinkan, serta atmosfir paranoid yang
dibumbui pula dengan tingkat kekerasan yang cukup tinggi, The Age of Shadows
kembali membuktikan bahwa kini perfilman Korea Selatan adalah salah satu front
runner dalam hal menciptakan film yang berkualitas di
benua Asia.
7,5/10
0 komentar:
Post a Comment