"Love. A conman like you knows what love is?"- Hideko
Plot
Count Fujiwara (Ha Jung-Woo) memiliki rencana untuk menipu perempuan tajir bernama Hideko (Kim Min-Hee) yang tinggal bersama paman nya (Cho Jin-Woong) dengan cara membuat Hideko jatuh cinta kepadanya dan menikahinya. Setelah menikahi Hideko, Fujiwara hendak memasukkan Hideko ke dalam Rumah sakit jiwa supaya mampu menguasai harta yang dimiliki Hideko. Untuk melancarkan agenda nya tersebut, Fujiwara menyewa jasa mantan pecopet bernama Sook-Hee (Kim Tae-Ri) untuk berpura-pura menjadi pembantu pribadi untuk Hideko.
Review
Semenjak menyaksikan karya klasik Park Chan-Wook, Oldboy (2003),
bagi saya Park Chan-Wook telah berada di dalam daftar list sutradara yang mampu
menjadi sebuah jaminan bila film yang mereka sutradarai akan berakhir
memuaskan, bersanding bersama dengan Martin Scorsese, Stanley Kubrick, David
Fincher , Paul Thomas Anderson dan Christopher Nolan. Selain Oldboy, sejauh ini
saya telah menyaksikan 2 karya Chan-Wook lainnya, yaitu Symphathy for Lady
Vengeance dan Stoker. Walau kedua karya nya tersebut berakhir cukup memuaskan
(Stoker sangatlah underrated), namun saya yakin Chan-Wook mampu melakukan hal
yang lebih. Hingga pertengahan tahun 2016 saya baru mengetahui bila pada tahun
ini Chan-Wook akan merilis film teranyar nya yang berjudul The Handmaiden (atau
Agassi dalam bahasa Korea nya). Dan tentu saja, film tersebut masuk menjadi
salah satu film yang wajib saya tonton. Hasilnya, pengalaman menonton Oldboy
pun kembali terulang. Peringatan, lebih baik kalian sedikit mengetahui film
ini, karena, hey, ini film nya Chan-Wook, akan pasti banyak twist di dalamnya.
The Handmaiden merupakan adaptasi dari novel Fingersmith buah karya Sarah Waters. The Handmaiden sedikit mirip dengan Sympathy for Lady Vengeance
dimana fokus utama narasi merupakan sosok perempuan. Walau memang Ha Jung-woo
sempat mendominasi layar di narasi akhir cerita, tetapi tetap karakter Hideko
dan Sook-Hee merupakan karakter sentral. Chan-Wook tampaknya ingin
memperlihatkan bagaimana ketidakberdayaan perempuan dalam masa penjajahan.
Dalam karya teranyarnya ini, trademark dari Chan-Wook tetap ada. Jalinan cerita
yang dipenuhi akan twist demi twist yang walau tidak terlalu gila seperti
Oldboy tetapi cukup bagus dalam membangun narasi, sinematografi yang bersinergi
dengan jalannya cerita dan penceritaan yang kompleks. Oh, jangan lupakan juga
kadar kekerasan dan seksualitas nya yang lumayan mendominasi.
Ya, kompleks. Bila dilihat sekilas, kisah penipuan dengan cara
menikahi seorang wanita kaya bukanlah cerita yang luar biasa. Tapi sekali lagi,
ini adalah film Chan-Wook. Chan-Wook menjalin rangkaian cerita-cerita nya
dengan berbagai layer serta misteri yang membuatnya sama sekali tidak pernah
terasa membosankan. Chan-Wook membagi nya dalam 3 sudut pandang dari karakter
utama, dimana di masing-masing sudut pandang masing-masing karakter kita diajak
untuk melihat lebih dalam siapa diri mereka sebenarnya dan motivasi
masing-masing. Kemudian perlahan-lahan Chan-Wook pun mengeluarkan twist
mautnya, out of nowhere, sehingga mampu memberikan efek kejut bagi penonton
yang belum siap dan mungkin baru pertama kalinya menikmati karya Chan-Wook.
Hebatnya lagi, setiap twist sama sekali tidak ada yang maksa, padahal
masing-masing twist tersebut akan berkorelasi dengan babak selanjutnya. Disaat
penonton mengira A, namun kenyataannya B, yang membuat The Handmaiden menjadi
sajian yang menyenangkan. Tentunya dengan penyutradaraan Chan-Wook serta
editing yang baik dari Jae-Bum Kim dan Sang-beom Kim membuat penonton tidak
merasakan kebingungan dengan alur yang non linier ini. Tidak hanya itu, untuk
membangun suasana adegan-adegan penting, musik garapan turut membingkai adegan
tersebut sehingga efek yang terasa akan lebih powerful (oh my, twist sakit
Oldboy dengan dibantu musik menyayat hati itu masih saya rasakan sensasinya
hingga sekarang). Visual di The
Handmaiden juga turut memantapkan bila Chan-Wook merupakan sutradara yang begitu
memperhatikan aspek ini.Dibantu dengan Chung-hoon Chung, dari rumah besar ala
Eropa milik Hideko dengan interior-interior memukau, ruang perpustakaan, serta
turut pula dibantu dengan suasana pemandangan pedesaan dan tanaman-tanaman
hijau, ditambah pula seringnya penangkapan gambar diambil dengan teknik wide
angle, semuanya tampak bagaikan lukisan yang sangat memanjakan mata. Begitu
pula dengan pakaian-pakaian yang dipakai, terutama Hideko, yang begitu menawan
serta elegan.
Tidak lengkap bila menceritakan karya Park Chan-Wook tidak
menyinggung aspek kekerasan dan seksualitas nya. Kekerasan dalam The Handmaiden
sama seperti karya-karyanya yang sebelumnya, penonton diajak untuk ikut
merasakan kekerasan tersebut melalui imaji, tidak secara gamblang diperlihatkan
dengan frontal. Contohnya kembali seperti pemotongan jari yang ada di film.
Walau tidak diperlihatkan proses pemotongan, tetapi penonton tetap merasakan
nya melalui imaji yang tercipta. Dan mengenai kadar seksual nya, mungkin The
Handmaiden adalah film yang paling banyak memiliki hal tersebut. Aspek
seksualnya dijabarkan dengan banyak cara (tentu ada adegan sex scene juga),
salah satu nya yang paling berkesan adalah bagaimana gesture sensual yang
terjadi melalui tatap mata, juga berbagai adegan seperti di bathtub atau
melepas kancing gaun secara perlahan. Hal ini jauh lebih terasa esensi nya
dibandingkan sex scene frontal yang mengingatkan saya akan Blue is Warmest
Color. Chemistry yang baik ditampilkan pula oleh Kim Tae-Ri dan Kim Min-Hee
dimana kedekatan mereka hingga akhirnya Sook-Hee serta Hideko terlibat perasaan
satu sama lain tidak berakhir memaksakan.
Dengan pergerakan narasi yang kompleks tentu juga harus disokong
dengan artis yang berperan total untuk menjadi roda gigi penggerak, dan seperti
biasa Chan-Wook tidak pernah gagal dalam mengarahkan para artis yang bekerja
sama dengannya untuk mengeluarkan akting terbaik mereka. Ha Jung-Woo seperti
biasa tidak pernah kesulitan dalam membawakan peran sebagai pria berkharisma
namun memiliki agenda tersendiri. Semoga kedepannya dia akan kembali bekerja
sama dengan Chan-Wook sebagai protagonist utama. Kemudian ada Kim Tae-Ri yang
melakukan debut secara cemerlang dengan berperan total. Sebagai Sook-Hee, ia
mampu memperlihatkan kepolosan atau juga kekikukan yang menimbulkan momen lucu
tersendiri. Gelora cinta yang ia pancarkan lewat gestur atau ekspresi muka nya
pun jempolan. Namun, bintang di The Handmaiden tentu saja adalah Kim Min-Hee.
Karakter Hideko di sini merupakan karakter yang paling kompleks. Dengan
ekspresi mukanya saja, begitu banyak layer atau dimensi yang membuat penonton
penasaran di pihak siapa Hideko sebenarnya. Kepolosan yang ia pancarkan diikuti
pula dengan atmosfir dingin yang ia keluarkan. Hideko merupakan karakter yang
anggun namun terdapat sisi lain di dalam dirinya yang ingin memberontak akan segala
paksaan dan ingin merasakan kebebasan, sehingga walaupun Hideko menyimpan
misteri awalnya dan terkesan dingin, penonton tak bisa untuk tidak bersimpati
kepadanya. Pesona yang ia pancarkan kala berbicara atau tatapan hasrat cintanya
melalui gesture badan atau tatapan matanya di perankan dengan sangat baik oleh
Kim Min-Hee. Belum lagi kala karakter
yang ia perankan sedang bercerita, di saat itu pula saya kagum dengan pembawaan
dari Kim Min-Hee yang mampu menenggelamkan penonton dalam imaji yang tinggi.
Andai saja pihak Academy mau membuka matanya terhadap perfilman Asia lebih
jauh, saya rasa Kim Min-Hee layak untuk setidaknya masuk nominasi Oscar sebagai
Best Actrees (yah, walau memang mendekati 0% kemungkinannya, mengingat akting
luar biasa dari Choi Min-Sik dan fenomena Oldboy sendiri saja tidak mampu
membuka mata para pihak Academy).
The Handmaiden merupakan sebuah film yang membela kaum perempuan
ketika masa penjajahan kolonial Jepang terhadap Korea yang diceritakan begitu
kompleks oleh Chan-Wook. Seduktif, gaya penceritaan yang tidak pernah terasa
terburu-buru hingga nyaman untuk dinikmati walau pergerakannya cenderung
lambat, diimbangi dengan aspek teknis jempolan serta akting kelas wahid yang
ditampilkan oleh para artisnya, The Handmaiden membuktikan sekali lagi bahwa
Park Chan-Wook merupakan sutradara jempolan dan layak mendapatkan apresiasi
tinggi dari pecinta perfilman. Semoga saja Chan-Wook tidak kapok untuk terjun
kembali ke dunia Hollywood.
8,5/10
P.s: Poster film The Handmaiden ternyata memiliki makna yang dalam
setelah menyaksikan filmnya. Lihatlah tangan tiap satu per satu karakter, yang
menyiratkan karakter A menguasai karakter B, dan tangan kedua karakter
perempuannya menggenggam tangan satu sama lain yang maknanya akan kalian temukan
jawabannya setelah menontonnya.
Ngarep banget Ha Jung Woo jadi protagonis utama next filmnya Park Chan-wook...
ReplyDeletesoalnya Ha Jung Woo selama ini saya tonton karakternya yg paling cemerlang selalu jadi villain/anti hero. di The Yellow Sea dia kurang menonjol. makanya ngarep dia kedepannya kembali kolab sama Chan-Wook dan jadi protagonist (walau mgkn nanti dengan bumbu anti hero sedikit)
ReplyDeletetapi saya akui aktingnya kim min hee,, ya seperti yang anda bilang,, gesture sensualnya,,tatapannya,, uuhh,,dalemmm,,,
ReplyDelete