Thursday 23 January 2020




 "Do you want your legacy to be muscle shirts and body counts?" - Marcus Burnett

Plot

Atas kelahiran cucu pertama nya, Marcus Burnett (Martin Lawrence) kembali mempertimbangkan keinginannya untuk pensiun sebagai polisi. Niat nya ini tentu tidak terlalu diindahkan oleh partner in crime Marcus, Mike Lowrey (Will Smith) karena ia yakin keinginan partner nya tersebut tidak lah serius. Namun untuk kali ini, Marcus telah membulatkan niat nya. Ditambah lagi, tidak lama setelah perayaan pesta untuk kelahiran cucu nya, Mike diserang secara tiba-tiba oleh pengendara motor misterius. Pengendara tersebut adalah Armando (Jacob Scipio), putra dari Isabel Aretas (Kate Del Castillo) yang tampaknya memiliki dendam personal dengan Mike.




Review

Our Bad Boys are finally back!!!! Setelah kurang lebih 17 tahun Bad Boys 2 mengudara, akhirnya kisah dua polisi yang tidak pernah terlepas dari kekacauan setiap bertugas ini kembali beraksi dalam meringkus penjahat. Kembalinya Bad Boys jelas merupakan kabar bahagia untuk saya karena saya adalah salah satu dari penggemar dari dua film predesor nya. Favorit saya adalah Bad Boys 2 dan berkat itu juga, ada masa dimana saya menganggap Michael Bay adalah sutradara favorit saya. Masih lekat di ingatan bagaimana keseruan saya dan teman menghabiskan waktu istirahat kami dengan menceritakan kegilaan film tersebut di sekolah menengah sambil terbahak-bahak. This franchise was and still one of the biggest part of my life. Maka ketika Bad Boys For Life akhirnya remsi dirilis dan telah ditentukan jadwal tayang nya, saya pun bertekad untuk menonton film ketiga dalam franchise ini di bioskop. Telah terbayang bagaimana asyik nya nanti tertawa bersama dengan penonton yang lain.

Hal yang patut disayangkan untuk film ini adalah absennya Michael Bay yang tidak lagi duduk di kursi sutradara, dan hanya terlibat sebagai cameo sepintas saja. Say whatever you want about Mr. Bay, tapi franchise ini tidak akan berumur panjang tanpa sentuhannya. Selain duo Smith-Lawrence, Michael Bay adalah DNA terpenting di franchise Bad Boys. Bagaimana ia menyajikan sajian aksi beroktan tinggi, tidak ketinggalan dengan humor-humor dewasa nya yang absurd dan gila banget (ex. the video store scene), berhasil membuat saya menjadi penggemar. Sebuah pertanyaan besar apakah duo sutradara, Adil El Arbi dan Bilall Fallah mampu memenuhi ekspektasi dari penggemar yang telah begitu mengenal akan identitas dari Bad Boys. 

Pertanyaan tersebut langsung di jawab oleh Arbi-Fallah pada sajian adegan pembuka nya yang telah melibatkan car chase berdurasi singkat, dan juga diisi dengan interaksi jenaka antara Mike dan Marcus seperti biasa. Lalu, adegan selanjutnya berpindah ke setting penjara, dimana salah satu tahanan yang ada di dalamnya adalah Isabel, yang berlanjut ke sebuah adegan keributan yang melibatkan suatu adegan yang cukup sadis untuk ukuran franchise ini. Selain memperlihatkan jika dua karakter ini tetaplah sama seperti dua film sebelumnya (Mike masih lah polisi yang nekad dan sembrono serta Marcus sebagai polisi yang selalu mengkritik Mike dan tidak tahan dengan adanya mayat), tetapi juga Arbi-Fallah seolah ingin memberikan pernyataan jika mereka berdua memiliki kapabilitas dalam hal penyajian aksi yang tidak akan kalah seperti yang telah dilakukan oleh Michael Bay. Saya pun tersenyum lega, dan tidak sabar menantikan kesenangan yang akan saya dapatkan.

Namun, permasalahan muncul ketika naskah yang ditulis bertiga oleh Chris Bremner, Peter Craig dan Joe Carnahan harus memisahkan sementara duo Mike-Marcus dalam usaha untuk pembangunan konflik dan drama nya. Naskah nya mencoba untuk mengeksplorasi kehidupan berbeda dari Mike yang masih meneruskan pekerjaannya sebagai polisi dalam usaha mengusut tuntas siapa pelaku yang telah menyerang nya, dan Marcus yang kini telah pensiun sebagai polisi. Untuk mengisi kekosongan Marcus, Mike pun mendapat bantuan dari unit baru Miami PD, AMMO (Advance Miami Metro Operations) yang diketuai oleh Rita (Paola Nunez) dengan anggota nya yang relatif masih muda, yaitu Dorn (Alexander Ludwig), Kelly (Vanessa Hudgens) dan Rafe (Charles Melton). Penceritaan Bad Boys For Life pun untuk pertama kali nya terasa personal karena melibatkan dendam dari masa lalu, yang nantinya pun akan menguak sedikit masa lalu dari Mike. Gaya penceritaan ini membuat Bad Boys For Life cenderung cukup serius dibanding dua film terdahulu. Dan untuk pertama kali nya juga, sosok Mike sebagai polisi yang tangguh dan invincible di dua film terdahulu, memperlihatkan sisi rapuhnya kala mental dan fisiknya di uji. Hal ini pun memberikan ruang untuk Will Smith dalam menunjukkan kapabilitas akting nya dengan menyajikan kebimbangan serta kerapuhan pada sosok Mike. Senantiasa hal ini ia tunjukkan lewat ekspresi muka, terutama sorot mata nya. Perhatikan saja permainan ekspresi nya kala Mike memohon bantuan dari Marcus. 

Saya tidak mempermasalahkan atas pilihan ini, karena salah satu kekurangan dari dua film pendahulu adalah kurangnya "hati" pada naskah nya karena Michael Bay cenderung fokus ke set piece action nya sehingga sedikit melupakan aspek tersebut. Dalam film ini, tidak hanya hubungan partner antara Mike-Marcus dipertaruhkan, namun juga melibatkan isu dendam pribadi berasal dari masa lalu, dan juga tragedi atas kehilangan karakter yang cukup berpengaruh dalam franchise ini. Tentu hal ini mempengaruhi pada tone film yang sedikit lebih serius, bila tidak ingin dibilang kelam. Hal yang pertama saya temukan dalam franchise ini. Juga keberadaan villain dalam Bad Boys For Life tidak bisa diremehkan berkat pendekatan yang dilakukan Arbi-Fallah. Karakter Armando berhasil menyaingi, bahkan melebihi Mike baik dalam strategi maupun bertarung. Namun sayangnya, dengan pilihan ini, Arbi-Fallah harus mengorbankan satu elemen terpenting, yaitu kegilaan yang tercipta dari duet Mike-Marcus akibat character arc kedua tokoh ini yang terpisah. Saya mengapresiasi niat untuk membawa Bad Boys For Life ke ranah yang lebih memperdalam aspek cerita, namun this is Bad Boys. Film-Film Bad Boys bukanlah sajian film aksi yang mengedepankan pada aspek tersebut karena ceritanya cukup hanya menjadi landasan untuk setiap parade kekacauan serta banter humor dari duo Mike-Marcus. Dan sebaliknya, di film ketiga ini, hal tersebut malah seperti nya sedikit di rem dalam rangka untuk mengembangkan cerita nya. 

Keputusan ini jelas berdampak pada kadar humor yang benar-benar kurang nonjok nya kala keduanya tidak bersama dalam satu layar. Tak diragukan lagi, chemistry kuat jelas telah tercipta antara Will Smith dan Michael Lawrence. Walau memang masih ada momen kekonyolan Marcus ketika tengah menikmati masa pensiunnya, namun tentu saja hal tersebut tidak akan lengkap jika tanpa keberadaan Mike. Terbukti, setelah mereka berdua akhirnya beraksi bersama lagi, pada saat itu juga Bad Boys For Life kembali menunjukkan taring nya. Bila nanti memang akan ada sekuel keempat, maka saya berharap, screentime kedua nya berada di satu layar ditambah lagi.


Pada sekuen aksi, Arbi-Fallah sedikit menambahkan adegan bertarung jarak dekat sebagai penambah bumbu baru, selain kejar-kejaran yang kini tidak hanya melibatkan roda empat saja dan tentu dengan aksi tembak menembak nya yang benar-benar menjadi sajian utama pada adegan aksi penutup. Dosis kebrutalan maupun kekerasannya pun ikut meningkat untuk menambah warna, dan sedikit sentuhan berbeda pada momen kejar-kejaran pada malam hari, yang andaikan saja durasi nya ditambah, mungkin akan bisa menyaingi sajian car chase di Bad Boys 2 yang melibatkan puluhan mobil hingga kapal yang terbang. Usaha modernisasi juga mewarnai sajian aksinya dimana Bad Boys For Life cukup banyak melibatkan teknologi-teknologi baru, walau tidak sampai ke taraf super canggih.

Fokus serta porsi drama hampir mendominasi pada character arc milik Mike, sehingga mau tidak mau Will Smith harus menyingkir untuk berparitisipasi di adegan komedi nya. Untungnya Michael Lawrence bukan aktor sembarangan. Sempat absen di dunia perfilman selama 8 tahun, Lawrence membuktikan jika ia belum lah kehilangan sentuhan akting komedi nya. Ocehan-ocehan yang terlontar di tengah sajian aksi serta obrolan nya dengan Mike di pesawat sukses meledakkan tawa seluruh penonton. Walau fisiknya kini tidak mengijinkannya untuk melakukan adegan aksi yang over the top, namun hal ini berhasil ia tutupi dengan memaksimalkan setiap humor yang ada, sehingga ia dengan mudah berhasil menjadi scene stealer di film ini. Bad Boys For Life semakin lengkap dengan berbagai tribute sebagai ruang untuk bernostalgia bagi penggemar yang mengikuti film ini dari pertama, baik dari humor nya, sajian aksi, bahkan teknik pengambilan gambar seperti circle shot yang merupakan salah satu signature dari Michael Bay pun ikut hadir. 

Menghadirkan naskah yang cukup personal di instalmen ketiga telah cukup memberikan bukti jika dalam franchise ini masih ada beberapa hal yang patut dieksplorasi, sehingga saya pun tidak keberatan jika memang nantinya akan ada film lanjutan. Terlebih lagi dengan bertambahnya anggota baru yang tersaji di adegan akhir, membuat saya cukup yakin jika kita akan mendapatkan Bad Boys 4. Sempat membuat saya bosan ketika Mike-Marcus tidak berada di satu frame bersama di pertengahan awal, Bad Boys For Life mampu menghibur saya setelahnya dengan chemisty yang kuat antara Will Smith dan Martin Lawrence, humor yang bekerja cukup baik, dilengkapi pula dengan sajian aksi yang cukup menghibur. 

7,75/10



0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!