Monday 13 January 2020


 "Dia pikir perasaan manusia tuh bisa diatur pake tombol kali ya. Kayak robot"- Aurora

Plot

Sebagai seorang kepala keluarga, Narendra (Oka Antara/Donny Damara) berusaha sebisa mungkin untuk menjaga kebahagiaan istri nya, Ajeng (Niken Anjani/Susan Bachtiar) dan ketiga anak nya, Angkasa (Rio Dewanto), Aurora (Sheila Dara) dan Awan (Rachel Amanda). Terhadap anak-anak nya, Narendra memberikan perlakuan yang berbeda, dimana untuk Angkasa sebagai anak sulung, Narendra senantiasa mengingatkan kepada Angkasa bila ia bertanggung jawab sepenuhnya untuk melindungi kedua adik-adik nya. Perlakuan spesial yang ia berikan kepada Awan, si anak bungsu, secara tidak langsung mengakibatkan jarak antara Narendra dengan Aurora, yang kerap kali mengurung diri nya di studio seni miliknya.




Review

Sebagai penonton yang sama sekali buta perihal informasi akan film ini, saya sempat tertipu dengan poster film nya yang menampakkan para karakter utama tersenyum lebar, seolah menikmati kebersamaan di sore hari. Nyatanya, film yang diadaptasi dari novel best seller berjudul sama karya Michael FP ini menawarkan drama konflik keluarga yang mampu menguras emosi berkat cerita nya yang relatable untuk sebagian besar, atau bahkan seluruh penonton. Sebagai anak, siapa yang tidak pernah cemburu atas perlakuan emas orang tua terhadap saudara kita sehingga kita terasa seperti anak tiri saja, atau juga mendapatkan treatment dari orang tua yang cukup tegas bagi anak sulung. Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) menjelma bagaikan sajian sinema berupa refleksi atas permasalahan kehidupan keluarga pada umum nya, tidak terlepas juga saya. 

Angga Dwimas Sasongko yang duduk di kursi sutradara menyajikan NKCTHI dengan narasi non linear, dengan ceritanya melompat dari masa lalu dan sekarang sewaktu-waktu. Dengan pendekatan ini, terdapat usaha untuk semakin memperdalam konflik nya dengan pengadaan pada masa lalu nya. Penonton diajak untuk memahami akan setiap motif dari masing-masing karakter berdasarkan kejadian demi kejadian pada masa lalu, yang akan mempengaruhi sikap masing-masing karakter di periode present. Dari tersibak nya mengapa sang ayah overprotektif terhadap Awan, lalu perasaan bersalah serta beban tanggung jawab yang begitu terpatri di dalam relung Angkasa, hingga benih-benih lahirnya kesedihan Aurora atas perasaan terkucilkan yang selalu ia pendam. 

Dan pada periode masa kini nya, lahir dampak yang mempengaruhi sikap tiap karakter, terutama untuk ketiga anak. Angkasa merasakan tekanan yang kuat dari sang ayah sehingga dirinya selalu mengedepankan perihal keluarga, dibandingkan kebutuhan nya sendiri. Sikap Angkasa ini tanpa sadar mempengaruhi hubungannya dengan kekasihnya, Lika (Agla Artalidia) yang telah berjalan 4 tahun. Awan menjadi seorang anak yang sering membantah ayah nya atas dorongan keinginannya untuk bisa bebas dan memilih jalan nya sendiri. Sedangkan Aurora seolah menciptakan sekat sebagai pembatas antara dirinya dan keluarganya. 

NKCTHI berhasil membawa saya mengingat-ingat kembali bagaimana ayah dan ibu saya mendidik saya dan keempat saudara saya ketika masih kecil. Masih begitu lekat di dalam ingatan ketika saya menyaksikan bagaimana tegas dan keras nya ayah saya dalam mendidik kedua kakak saya, terutama kakak pertama, yang tidak jarang harus menerima kemarahan bahkan pukulan di muka ketika perintah nya tidak dijalankan. Entah beberapa kali saya memilih untuk masuk ke dalam kamar karena takut setiap kali ayah saya mulai memanggil nama kakak saya tersebut dengan nada tinggi nya. Momen-momen ini berhasil membuat saya melihat ayah saya itu bagaikan sosok monster, dan rasa takut terhadap beliau jelas hadir. Hubungan antara Narendra dan Angkasa disini tentu saja mengingatkan saya akan momen-momen tersebut, membuat saya memahami sepenuhnya bagaimana rasa tertekan Angkasa atas perlakuan sang ayah. Setiap kali Narendra mulai memarahi Angkasa, di situ juga saya seolah melihat sosok kakak saya pada karakter Angkasa. Dan ini hanya sebagian contoh saja, karena masih banyak momen-momen dalam film ini berhasil dengan brilian mengingatkan saya akan konflik dalam keluarga kami, yang merupakan bukti jika narasi NKCTHI begitu dekat dengan realita. Dan berkat elemen inilah, sangat mudah untuk tenggelam dalam pergulatan emosi di setiap menit kala konflik demi konflik dalam NKCTHI mulai bermuara.

Perihal komunikasi sering kali memang diremehkan esensi nya. Dengan minim nya komunikasi, akan hadir sebuah diskoneksi yang lambat laun menumpuk suatu permasalahan. Dalam NKCTHI, jarang sekali Narendra mau mendengarkan alasan mengapa keinginannya tidak terpenuhi oleh anak-anaknya. Kembali ke contoh Angkasa yang sering ia salahkan atas hal buruk yang terjadi pada kedua adik nya, terutama Awan, tanpa sedikitipun untuk membuka ruang diskusi bersama Angkasa.  Bahkan sikap membantah dari Awan pun ia salahkan sepenuhnya pada Angkasa. Perlakuan sikap nya tersebut adalah yang terbaik untuk nya dalam usaha melindungi anak-anaknya, namun bagaimana untuk anak-anak nya? Apakah mereka memiliki pemikiran yang sama? Hal ini pun terlihat kala di suatu momen mereka berkumpul setelah terjadi keributan yang cukup besar di hari penting Aurora, Narendra lebih memilih mengutarakan apa yang ia mau, ketimbang bertanya apa sebenarnya yang diinginkan oleh anak-anaknya. 

Mudah untuk menganggap karakter Narendra disini sebagai antagonist dalam cerita. Ia layaknya sumber perpecahan yang terjadi di dalam keluarga nya. Namun di satu sisi, saya dan bersama penonton lain bisa menangkap ada kasih sayang di setiap perlakuan "tidak mengenakkan" dari Narendra. Mungkin cara nya salah, tetapi sebagai orang tua, ia ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Saya telah mengantisipasi bila nantinya Angga yang juga menulis naskah bersama Jenny Jusuf dan Melarissa Sjarief akan memberikan sentuhan emosional di akhir untuk menampilkan sisi yang berbeda dari Narendra. Dan pada momen ini lah, pertahanan saya untuk tidak mengeluarkan air mata jebol juga, bersamaan luapan tangis dari Donny Damara. Bagaimana maskulinitas yang selalu ia tunjukkan demi menjaga kewibawaan atau juga menyembunyikan luka di masa lalu akhirnya luntur bersamaan dengan tangisan. Seketika menghadirkan pertanyaan menarik, disaat sang anak selalu ingin ayah mereka mengerti perasaaan mereka, namun mereka lupa juga bertanya bagaimana perasaan ayah mereka yang sebenarnya. Sentuhan yang terlihat adil sehingga tidak sepenuhnya mengantagoniskan karakter Narendra. Benar apa yang dikatakan Angkasa, mungkin Narendra pun merasakan capek seperti apa yang dirasakan mereka, namun perasaan ini mampu tertutupi dikarenakan kebahagiaan anak-anak nya. Ironi juga hadir kala Awan yang mulai beranjak untuk membangkang dan ingin menjalani hidupnya sesuai kemauan ia sendiri serta lebih memilih menghabiskan bersama orang yang baru ia kenal, namun berhasil membuat nya nyaman, malah disodorkan fakta dan pelajaran mengenai tanggung jawab. 

Jajaran aktor pemeran berhasil mempertunjukkan kapabilitas akting yang gemilang, dari Rachel Amanda yang likeable serta berhasil mempertontonkan sisi rebel dari Awan, Rio Dewanto yang mampu menyeimbangkan sosok Angkasa yang hangat serta menggambarkan beban besar di pundaknya melalui permainan ekspresi wajah, serta Donny Damara dengan gemilang menyajikan sosok Narendra yang keras, namun dibalik itu terdapat kerapuhan subtil yang kerap terpendam, hingga pecah di akhir. Favorit saya sendiri adalah Oka Antara dan Sheila Dara, dimana Oka senantiasa menggambarkan ketulusan dari sorot mata nya, meski di saat marah sekalipun, dan Sheila Dara membuat saya speechless atas suguhan akting sempurna nya dalam menggambarkan pergolakan batin luar biasa dalam sosok Aurora. Momen terbaiknya sendiri muncul pada setting tempat di galeri seni nya, dengan menampilkan ekspresi kaya makna walau minim kata-kata. Untuk karakter Ajeng sendiri pun memang baru diberikan kesempatan untuk bersinar kala film mulai bergerak menuju akhir, setelah sebelumnya, karakter Ajeng lebih banyak memilih diam dan menyaksikan konflik yang terjadi. Terkesan pasif, namun hal ini terbayar lunas kala nanti nya ia berhasil menjadi penghangat atau perekat di tengah permasalahan yang terjadi. Baik Susan Bachtiar atau Niken Anjani sukses menghadirkan kehangatan tersebut. Nayla Denny Purnama (Aurora remaja) dan Sinyo Riza (Angkasa remaja) pun patut diberi kredit lebih atas penampilan memukau mereka, terutama Nayla.

Minor complaint dari saya sendiri adalah terlalu sering nya lantunan instrumen latar di putar. Mungkin ada hampir tiap menit musik latar mengudara, sehingga ada terkesan Angga ingin lebih mudah penonton terbawa emosi nya. Padahal bila digunakan secukupnya, saya rasa jauh lebih baik. Pemilihan kata-kata pun sedikit terasa filosofis di beberapa kesempatan membuat saya merasa kalau sedikit sekali kemungkinan orang tetiba puitis kala mengobrol berdua saja di kedai kopi. Mengenai konklusi di akhir, walau saya telah terbawa emosi sepenuhnya pada flashback Narendra, tetapi saya merasakan jika di bagian ini kurang memuaskan. Saya sih lebih memilih jika konklusi nya tercipta ada perbincangan hati ke hati dari sang ayah kepada ketiga anaknya. Namun, kritik kecil ini tentu saja mudah tertutupi atas gelaran drama memuaskan yang telah hadir sebelumnya, yang menjadikan Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini adalah sajian sinema lokal terbaik sejauh ini, dan mungkin bertahan hingga akhir tahun nanti.


8,25/10

1 comment:


  1. AJOQQ menyediakan permainan poker,domino, bandarq, bandarpoker, aduq, sakong dan capsa :)
    ayo segera bergabung bersama kami dan menangkan uang setiap harinya :)
    AJOQQ juga menyediakan bonus rollingan sebanyak 0.3% dan bonus referal sebanyak 20% :)

    ReplyDelete

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!