"If you wear a dress and have an animal sidekick, you're a princess."-Maui
Plot
Moana (Auli'i Cravalho), seorang gadis dari pulau Motunui, memiliki keinginan suatu hari nanti ia akan menjelajahi laut yang luas. Keinginan yang sedari kecil ia pendam harus ia kubur dalam-dalam karena sang ayah yang juga kepala desa di pulau tersebut, Chief Tui (Temuera Morrison), melarang keras akan keinginan Moana. Namun, kondisi pulau Motunui memburuk dari hari ke hari, seperti buah kelapa yang menghitam dan ikan yang menolak untuk mendekati pulau. Gramma Tala (Rachel House) menyadari bila hal itu terjadi karena kutukan dari Mother Island, Te Fiti, yang diambil jantungnya oleh Maui (Dwayne Johnson). Gramma Tala pun meminta Moana untuk segera mencari Maui dan bersama-sama mengembalikan jantung Te Fiti ke tempat semula. Gramma Tala yakin bila Moana telah dipilih oleh sang laut sendiri karena suatu kesempatan sang laut memberikan jantung Te Fiti kepada Moana sebagai bentuk kepercayaan.
Review
Rasa
penasaran merupakan salah satu dari sekian banyak sikap natural yang menjadi
kekuatan bagi manusia. Karena rasa penasaran, manusia memiliki kekuatan untuk
mencoba mencari tahu sesuatu yang baginya asing namun memberikan segudang
pertanyaan yang menggelitik untuk dieksplorasi. Apakah rasa penasaran itu
sepadan untuk dicari jawabannya, bagaimana cara untuk mendapatkan jawabannya,
dan masih banyak lagi. Rasa penasaran atau keingintahuan kita berada di
puncaknya saat kita belum lah beranjak dewasa. Makanya, ketika kita belum
mengetahui kejamnya kehidupan, kita bermimpi setinggi langit. Namun,
berdasarkan alasan dimana begitu banyaknya lika-liku untuk mewujudkan mimpi
itu, manusia menjadi realistis dan menurunkan standart mimpinya. Menjadikan
jalan terjal menuju mimpi sebagai suatu alasan untuk pembenaran diri bahwa
melangkah mundur adalah langkah yang tepat demi melanjutkan hidup. Moana, yang
merupakan sajian kedua dari rumah studio animasi Walt Disney, mengingatkan
kembali kepada penonton yang telah beranjak dewasa betapa indahnya hidup kala
rasa penasaran atau mimpi masih begitu tingginya. Dan bagi penonton cilik, ini
adalah sebuah film motivasi untuk mereka supaya tetap menjaga mimpi mereka
walau nantinya akan begitu banyaknya halangan yang menghadang.
Sebelum
mengulas lebih lanjut, i just wanna to
put in here that I don’t really like a story about a “Chosen One” or something
like that. Bagi saya, cerita semacam
itu telah usang dan begitu membosankan kala melihat karakter utama yang tidak
ada angin tidak ada hujan dipilih oleh “takdir” untuk menjadi pahlawan bagi
tanah airnya. Tidak sampai disitu saja karena saya juga bisa menebak akan ada
beberapa momen Deus Ex Machinanya pula yang akan banyak dijumpai kala narasinya
berjalan seolah ada plot armor tersendiri
yang tersedia khusus untuk karakter utamanya yang merupakan “The Chosen One”
itu sendiri. Moana sendiri bukanlah pengecualian karena Moana sendiri memang
menceritakan seorang gadis belia yang harus menyelamatkan pulau nya dari
ancaman binasa dengan melakukan perjalanan yang dirasa mustahil. Kenapa gadis
tersebut rela mengarungi semua bahaya tersebut? Because she’s the Chosen One, Goddamnit!!
Namun,
walau memang tema dasarnya sangatlah mainstream,
John Musker dan Ron Clements tak membiarkan karakter heroine mereka menjadi
karakter yang menyebalkan dengan segala plot
armor yang ada. Dengan screenplay yang
ditulis oleh Jared Bush, mereka membuat karakter Moana begitu likeable. Pendekatan akan karakter Moana
memang tidak lah spesial, namun Musker dan Clements mengajak penonton untuk
menjadi saksi perjalanan Moana yang dari awal tanpa pengalaman atau juga skill
dalam menjelajahi lautan yang ganas, menjadikan petualangannya sebagai ruang
untuk belajar hingga menjadi gadis yang dewasa dalam perjalanannya, sehingga ia
pun menjadi gadis yang siap untuk menjadi penjelajah lautan sesuai dengan
impiannya. Memang, durasi untuk memperlihatkan perjuangan solo Moana dalam
menghadapi ganasnya laut kurang mendominasi, apalagi dengan segala tetek bengek
akan bantuan air laut yang mungkin bagi sebagian besar penonton kurang relate
dengan perjuangan Moana. Disitulah fungsi utama akan karakter side kick, sang demi-God yang turut pula
menjadi guru bagi Moana, yaitu Maui. Maui sendiri memang diceritakan telah
banyak menempuh perjalanan yang menjadikannya begitu berpengalaman dalam
menghadapi kerasnya berlayar di atas laut. Sehingga dengan adanya Maui, fokus
penceritaan tidak hanya berpusat pada usaha Moana untuk menyelamatkan pulau
nya, namun juga menciptakan sub plot akan proses Moana dalam meyakinkan sang
ayah yang kerap melarangnya pergi ke lautan dengan mendalami ilmu pelayaran
dari Maui.
Keputusan
ini sangatlah tepat, karena dengan demikian penonton pun akan dengan mudah
menerima dengan segala kemampuan Moana dalam mengendalikan kapalnya di saat
Moana harus tampil solo di layar. Tidak hanya itu, kala perkenalan pun kita
telah menyaksikan bagaimana Moana begitu terampil dalam melakukan berbagai hal
yang berhubungan dengan bertahan hidup. Karakter Moana sendiri memang
mengingatkan kita kembali akan karakter Judy Hopps di Zootopia yang diproduksi
pula oleh Walt Disney, dan walau bagi saya karakter Judy jauh lebih likeable, tidak membuat Moana ini
menjadi karakter yang datar dan tidak menciptakan sebuah ikatan kepada
penonton, karena memang tidak ada alasan bagi penonton untuk tidak menyukai
Moana dengan segala keingin tahuannya dalam mendapatkan pengetahuan dalam
berlayar serta Moana bukanlah whinny
bitch yang tentu saja akan menjadikannya karakter yang annoying. Tapi, walau memang Moana begitu mendominasi di layar,
bagi saya sangatlah susah untuk Moana menyaingi pesona Maui yang di dubbing sangat baik oleh Dwayne “The
Rock” Johnson. Awalnya, Maui adalah karakter anti-hero yang tidak memikirkan hal lain kecuali keselamatan
dirinya sendiri. Namun susah untuk membenci Maui dengan segala kesombongannya
dan juga interaksi kocaknya bersama gambar tato yang ada di dadanya. Keputusan
tepat pula dengan memvisualisasikan karakter Maui ini begitu mirip dengan
Johnson, seperti kebiasaan mengangkat alis sebelah mata, dan badan nya yang
dipenuhi dengan tato. Auli’i Cravalho pun turut andil dalam menjadikan karakter
Moana itu begitu loveable dan jangan
lupa juga Auli’i Cravalho sangat piawai dalam bernyanyi.
Yang
membuat Moana sedikit spesial dibandingkan film-film animasi Hollywood tahun
2016 adalah tentu saja sajian visualnya yang mengagumkan. Semenjak memasuki
menit pertama saja, penonton telah disajikan bentangan laut biru yang indah,
dilengkapi juga dengan hijaunya pulau Muntiti. Pameran visualnya semakin
“kurang ajar” kala Moana melakukan perjalanan, seperti malam yang dipenuhi
bintang dan juga tentu saat Moana bertemu dengan Te Ka di akhir film. Kudos
untuk para staf animasi nya yang telah memanfaatkan budget $150 Million nya
dengan sangat baik. Beruntunglah bagi mereka yang menyaksikan Moana di layar
raksasa bioskop. Tidak ketinggalan juga track-track yang begitu catchy, melengkapi parade sajian visual
dari Moana hingga lebih berkesan.
Sajian
visualnya yang begitu luar biasa memang bisa saja membuat penonton menjadi bias
dalam menilai Moana, karena seperti yang saya bilang di awal-awal, Moana hanya
lah menceritakan perjuangan karakter chosen
one yang telah ditakdirkan menjadi penyelamat tanah airnya. Maka bukan lagi
mengejutkan bila banyak plot armor tersedia kala cerita berjalan. Tetapi berkat
penggambaran karakter Moana yang menyenangkan, jadinya sedikit mudah memaafkan
segala hal “kehebatan tak terduga” Moana dalam perjalanannya. Tidak spesial,
namun tidak terpungkiri bila Moana merupakan sajian yang menyenangkan dengan
visualnya yang indah dalam menemani pertualangan Moana.
0 komentar:
Post a Comment