Wednesday, 20 September 2017



"The moment you catch feelings is the moment you catch a bullet"- Bats

Plot

Muda, mengenakan kacamata hitam, memiliki muka yang kelihatan polos dan tak bersalah, dan tidak lupa earphone yang tersambung dari IPOD nya. Tidak akan ada yang menyangka bila Baby (Ansel Elgort), begitu panggilannya, memiliki keahlian menyupir yang luar biasa dan juga merupakan salah supir andalan dari Doc (Kevin Spacey) yang mempekerjakan tiga orang untuk melakukan perampokan. Tugas Baby mudah, yaitu untuk memastikan usaha kabur setelah melakukan perampokan berjalan dengan sempurna. Baby tentu tidak menikmati pekerjaannya tersebut, namun juga tidak terlihat juga Baby membencinya. Sampai ia bertemu dengan Debora (Lily James), pramusaji restoran yang sering didatangi Baby.





Review

Bila Anda mengetahui trilogy Cornetto Flavours, Anda tentu tidak asing dengan sutradara bernama Edgar Wright. Dari trilogy itu juga lah yang memperkenalkan saya dengan Wright, padahal sebelumnya saya telah menyaksikan karya Wright lainnya, yaitu Scott Pilgrim vs The World, yang sayangnya sedikit flop bila ditilik dari pemasukan. Walau memang karya-karya tersebut kental dengan genre komedi, namun jangan salah, karena didalamnya, Wright juga membalutnya dengan nuansa aksi yang tidak jarang mampu memukau penonton. Contohnya seperti pub scene di Shaun of the Dead. Dan jujur juga, saya baru mengetahui kala beberapa menit sebelum menulis review ini, bila Wright juga terlibat dalam film Grindhouse yang juga melibatkan Quentin Tarantino itu. Maka tidak heran bila Baby Driver berakhir dengan memuaskan. 

Dari opening saja, susah rasanya untuk tidak langsung menyukai Baby Driver. Dibuka dengan car chase yang mempertunjukkan kebolehan dari Baby untuk lepas dari kejaran polisi, serta diiringi dari track nya Jon Spencer Blues Explosion yaitu Bellbotoms, Wright ingin memberikan gambaran kepada penontonnya bila Baby Driver adalah tontonan yang mengasyikkan namun tidak melupakan keseruan akan gelaran-gelaran aksi sebagaimana film heist lainnya. Barulah setelah keseruan yang berlangsung kurang lebih 7 menit itu, Wright mengajak penonton untuk berkenalan dengan tokoh utama dalam film ini, yaitu Baby. Dari backstory, alasan dirinya mengapa bisa bekerja dibawah perintah Doc, kebiasaannya yang selalu mengenakan earphone yang ternyata untuk menutupi gangguan yang ada di telinganya, juga dengan siapa Baby tinggal. Perkenalan ini tentu diniati Wright untuk menciptakan kedekatan penonton dengan Baby. Yang saya suka adalah keberadaan backstory Baby tidak hanya untuk menuai simpati penonton kepada Baby, tetapi juga dijadikan landasan akan tiap-tiap tindakan yang dilakukan Baby. Bahkan dari keputusan Baby yang selalu mengenakan earphone saja memiliki alasan tersendiri, yang jatuhnya tidak menjadi tempelan semata supaya sosok Baby terlihat keren. Well, sulit memang untuk tidak menyukai karakter Baby yang dilengkapi dengan keunikan-keunikannya, yang terutama bagi saya adalah kebiasaannya merekam percakapan-percakapan orang lain, lalu menggubahnya ke dalam bentuk mixing lagu.

Wright tahu benar bagaimana mengemas suatu adegan yang bersinergi antara apa yang ada di layar dengan soundtrack nya. Lihat saja dari adegan Baby berjalan menuju kedai kopi saja dikemas oleh Wright dengan brilian, sebuah adegan yang mengingatkan saya akan Copacabana scene dari Goodfellas. Wright mewujudkan keinginan penonton seperti saya yang ingin kehidupan ini juga diiringi soundtrack yang mampu merefleksikan apa yang sedang kita lakukan. Wright juga setia dengan judul film ini karena adegan-adegan aksi di Baby Driver didominasi setiap karakter Baby berada di belakang roda kemudi, dan percaya sama saya, walau hampir tidak ada aksi perampokan yang ditampilkan dalam film ini, namun setiap adegan aksi car chase nya sama sekali tidak ada yang terasa hambar, terutama kala aksi kabur yang tidak sesuai rencana di pertengahan film. Saya saat setelah adegan car chase di opening yang sedikit meragukan Wright untuk bagaimana melanjutkan adegan-adegan aksinya setelah car chase terbaik tahun ini, dibuat terdiam dan puas setelah terbukti salah meragukan kapabilitas seorang Edgar Wright. Dengan style ciri khas nya dalam mengemas suatu adegan, seperti jumpcut yang cepat, lalu ditambah bumbu-bumbu film heist seperti Heat- nya Michael Mann. Yak, bagi yang belum mencoba menonton film ini, tinggal bayangkan saja bagaimana gila dan kerennya kemasan adegan aksi disini.

Adegan aksinya memang semuanya keren disini, tetapi apalah artinya bila tidak diimbangi dengan karakter-karakter yang keren pula. Untungnya Wright menyadari itu, setelah mengemas Baby menjadi karakter yang cukup mudah untuk mendapatkan simpati dari penonton, Wright menciptakan karakter-karakter pendukung yang tidak mudah terlupakan, seperti Buddy (Jon Hamm), kekasihnya Darling (Eiza Gonzalez), bahkan penampilan singkat dari Jon Bernthal pun tidak bisa dibilang mudah terlupakan juga. Namun tidak ada yang bisa mengalahkan penampilan badass dari Jamie Foxx sebagai Bats. Bats adalah seseorang yang kalian tidak harapkan ada berada di dekat kalian. Bertingkah seenaknya, kalimat kasar senantiasa keluar dari mulutnya, mudah untuk membenci karakter yang mengingatkan saya pada Calvin Candy-nya Leondardo DiCaprio di Django Unchained ini, tetapi berkat penampilan gemilang dari Jamie Foxx, Bats menjadi karakter paling memorable di film Baby Driver, bahkan menurut saya mampu mengalahkan karakter Baby itu sendiri. Karakter Debora yang dibawakan Lily James mungkin sedikit tenggelam bila dibandingkan lainnya, namun bukan berarti karakternya jelek, bahkan seorang Debora itu adalah gadis yang banyak dimimpikan oleh para pria. Oh, mengenai percintaannya, bisa dibilang cukup klise, bahkan menurut saya Baby Driver sedikit keteteran kala penceritaan mengarah ke hubungan Baby dan Debora. Untungnya cerita mengenai hubungan mereka tidak terlalu mendominasi, dan walau memang klise, tetapi cukup mampu untuk membuat penonton mendukung hubungan percintaan Baby dan Debora.

Dikelilingi oleh para aktor yang jauh lebih senior, dan bahkan dua diantara mereka telah memenangkan Oscar (Foxx dan Spacey), mudah saja memprediksi bila aktor muda Ansel Elgort akan tenggelam. Namun kenyataan mengejutkan di lapangan membuktikan bila anggapan itu salah. Kesampingkan mengenai pendalaman karakter yang dilakukan Wright terhadap Baby, Elgort berhasil memerankan Baby sebagai pemuda yang bisa memerankan karakter yang asyik serta mudah mendapatkan simpati dari penonton secara bersamaan. Ditambah dengan meyakinkannya Elgort menampilkan kecanggungan dari Baby tiap kali berbicara. Singkatnya, Elgort terlahir untuk memerankan karakter Baby ini (sedikit berlebihankah?).

Spoiler!!! 

Saya menyukai endingnya yang tidak serta merta memberikan akhir yang manis terhadap Baby. Wright lebih memilih untuk menyelipkan dampak yang harus dialami oleh Baby dari setiap aksi-aksi kriminal yang ia lakukan. Hal ini menurut saya merupakan pembeda yang dilakukan Wright dari film-film heist, yang tetap menapakkan Baby Driver pada dataran realita bila bukanlah hal yang mudah untuk kabur dari tindakan kriminal yang dilakukan, baik itu karena keterpaksaan atau tidak. Dan yang lebih saya sukai lagi adalah kebaikan-kebaikan kecil yang dilakukan Baby sebelumnya tidak dilupakan dan dijadikan alat penggerak plot menuju ke akhir bahagia yang pantas didapatkan oleh Baby.

Spoiler Ends!!

Bila membicarakan minus yang ada pada Baby Driver, yang hanya terpikir mungkin adalah kurangnya pendalaman interaksi antara Doc dan Baby, sehingga apa yang dilakukan Doc pada adegan aksi terakhir Baby Driver patut dipertanyakan serta terkesan sangat terpaksa. Bila saja ada sedikit montage saat awal-awal Baby bekerja dengan Doc, pasti momen tersebut akan terasa emosional dan bukan tidak mungkin akan menghadirkan salah satu adegan tersedih pada tahun ini. Namun minus ini tidak menghentikan saya untuk menikmati Baby Driver. Karakter-karakter yang menempel di benak, protagonist yang mudah disukai, action secquences yang semuanya digarap begitu cemerlang oleh Wright, serta penutupnya yang manis, mengantarkan Baby Driver adalah salah satu film terbaik di tahun ini.

8,5/10




0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!