Friday, 29 September 2017


Menangis memang bukanlah suatu hal yang ingin kita perlihatkan di depan orang lain, terutama bagi pria dewasa. Namun namanya juga manusia yang tidak bisa mengendalikan hatinya, air mata yang hendak mengucur dari mata tidak akan bisa ditahan, apalagi bila perihal yang menyebabkan kita menangis adalah sesuatu yang begitu emosional, dan juga relatable dalam kehidupan, salah satu nya adegan-adegan yang terdapat di dalam film. Maksud hati ingin menghibur diri, namun jatuhnya malah film tersebut menggetarkan sanubari serta emosi yang tidak jarang memaksa kita untuk menangis haru, maupun bahagia. Berikut ini adalah 10 adegan film yang telah saya saksikan tentunya, dan tidak perduli telah berapa kali melihatnya, air mata saya pasti tumpah. And fuck you, I'll cry whenever I want.



BEWARE.. SPOILERS AHEAD!!!!!

10. Titanic- "There's no arrangement, isn't it?"





Saat menonton Titanic pertama kali, saya tidak membantah bila momen ketika Jack (Leonardo DiCaprio) tenggelam demi menyelamatkan Rose (Kate Winslet) lah yang membuat saya menangis. Namun, ternyata ada momen yang setiap kali saya melihatnya, saya tidak bisa menahan tangis. Dan momen itu adalah ketika Jack membujuk Rose untuk naik sekoci evakuasi di dekat mereka. Rose yang tidak ingin meninggalkan Jack, akhirnya bersedia untuk turun dengan menaiki sekoci tersebut berkat Jack yang mengiyakan kebohongan Cal bila Ia telah menyediakan tempat untuk Jack di sekoci yang lain. Jack sadar itu adalah kebohongan, namun demi hidup seorang wanita yang ia cintai, Jack merelakan kepergian Rose bila itu untuk keselamatan Rose, walau memang ia harus tetap terjebak di kapal Titanic. Momen ini berhasil menyentuh emosi karena, ya kita para pria pasti pernah berada di posisi Jack, dan juga soundtrack lembut My Heart Will Go On membantu mengaduk-aduk emosi penonton kala Jack melihat Rose turun perlahan-lahan di atas sekoci.

9. Requiem for a Dream-"It's a reason to get up in the morning"


Requiem for a Dream tak terelakkan adalah film yang gelap, tragis, dan menunjukkan akan kejamnya realita. Mimpi yang dibangun akan menjadi sia-sia bila diraih dengan jalan yang singkat, membuat Requiem of a Dream sangat cocok untuk mereka yang telah terjebak dalam dunia obat-obatan terlarang. Film yang begitu depresif ini rupanya memiliki satu adegan yang berhasil memaksa penontonnya mengucurkan air mata, saat Ellen Burstyn yang memerankan Sara Goldfarb melakukan monolog di depan Jared Leto yang sebagai Harry, sang anak. Apabila kalian seketika mengingat perjuangan seorang ibu saat adegan ini, rasanya mustahil untuk tidak menangis melihat kepedihan serta kesedihan yang dirasakan Sara kala berbicara. Belum lagi membicarakan akting luar biasa dari Ellen Burstyn yang bahkan membuat sang sinematografer Matthew Libatique harus meninggalkan kamera karena menangis selama take berlangsung. Sebenarnya dengan adegan ini saja telah layak menghantarkan dirinya meraih gelar Academy Awards kategori Best Actrees pada saat itu. Whatever you do, whatever your job, don't ever abandon your parents. Especially your mama.


8. The Sixth Sense-"Do..Do I make..her..proud?" 



Twist ending dalam film The Sixth Sense jelas yang paling banyak dibicarakan, walau sebenarnya di dalam The Sixth Sense juga terdapat beberapa momen spesial yang turut mengangkat film yang membuat sang sutradara M. Night Shyamalan dianggap sebagai "the next big thing" saat itu. Salah satunya adalah adegan ini, saat Cole berbicara empat mata dengan sang ibu, Lynn, di dalam mobil. Cole yang bisa melihat "the dead people" menceritakan kepada Lynn bila sang nenek sebenarnya menyaksikan Lynn mengikuti kontes menari saat Lynn masih kecil. Lynn yang selama ini menganggap ibunya tidak hadir, mulai memerhatikan Cole dan tidak mampu menahan rasa haru nya. Tangisnya membuncah kala Cole menyampaikan pesan dari sang nenek bila ia menjawab pertanyaan yang Lynn ajukan kala ia mengunjungi pemakaman ibunya. Cole mengungkapkan sang nenek menjawab "everyday". Di adegan ini pula tampak kejeniusan Shyamalan dalam meracik sebuah adegan, dengan tetap memperhatikan kamera fokus di ekspresi Tony Collette yang perlahan-lahan mulai mengeluarkan air mata, diiringi dialog yang dibawakan Haley Joel Osment.

7. Good Will Hunting-"It's not your fault"


Memiliki pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan akibat ayah tirinya membuat Will Hunting (Matt Damon) memiliki watak yang keras dan seenaknya, sehingga bakat yang ia miliki seolah tidak bisa ia manfaatkan dengan baik. Bahkan kehadiran ahli psikologi yang memiliki pengalaman yang sama dengan Will, Sean (Robin Williams) tidak begitu memperbaiki keadaan, walau dengan hanya Sean lah, Will akhirnya merasakan kenyamanan. Sampai ketika momen Sean yang akhirnya mengetahui secara utuh apa yang sebenarnya dialami oleh Will. Sean tidak menasihati Will dengan ilmu yang ia pelajari, hanya mengucapkan kalimat "It's not your fault". Will yang mungkin telah bosan dengan kalimat itu, hanya menjawab seadanya. Namun, Sean terus-terusan mengulangi kalimat itu sambil mendekati Will dengan perlahan. Dengan perlahan pula, Will yang kita lihat sebagai pria yang kasar, mulai bergetar, dan dengan pelukan dari Sean, akhirnya untuk pertama kali kita melihat Will menangis, dan mencurahkan segala rasa sakit yang pernah ia rasakan.

6. Inside Out-"Take her to the moon for me"


Ah, Pixar. Mencomot satu dari sekian banyak adegan sedih di dalam film-film yang diproduksi Pixar tentu bukanlah pilihan yang muda, seperti perjuangan Wall-E demi Eve dalam Wall-E (my favorite movies from Pixar), perpisahan Andy dan Woody di Toy Story 3, atau opening UP yang terkenal itu, semuanya bisa masuk dalam list ini, tetapi demi mengasih kesempatan untuk film yang lain, saya pun dengan terpaksa harus memilih salah satu saja, dan pilihan saya jatuh pada the most saddest death scene in 2016, yaitu Bing Bong. Bing Bong lebih dari sekedar gajah berkulit merah muda (yang mengingatkan saya akan Bobo, you still remember him, right?), namun Bing Bong adalah bagian dari masa kecil Riley. Ya, Bing Bong adalah teman imajinasi Riley di masa balita yang senantiasa menemani Riley bermain, dan mereka berdua memiliki impian untuk mengunjungi bulan bersama-sama. Adegan kematian Bing Bong ini menjadi sangat powerful adalah karena dengan adanya adegan ini, Pete Docter dan Ronnie Del Carmen mengajak kembali para penonton dewasa seperti saya untuk kembali ke masa kecil, dan mengingat betapa banyak kenangan yang terlupakan akibat semakin bertambah umur. Kematian Bing Bong juga merupakan bentuk simbolis bila untuk merasakan kebahagiaan, kita harus tetap maju melangkah dengan mengorbankan segala kenangan-kenangan yang pernah kita alami. God, I'm crying while I'm typing this.

5. I am Legend- Sam's Death


Film I am Legend yang dibintangi aktor favorit saya, Will Smith, ini sering dikritik akibat endingnya yang mengecewakan, namun bukan berarti I am Legend adalah film yang jelek, bahkan saya cenderung menyukainya. Film yang menceritakan kisah perjuangan tunggal seorang Robert Neville (Will Smith) dalam bertahan hidup di kota New York yang telah mati ini memiliki satu adegan emosional, yaitu ketika Neville harus membunuh anjingnya, Sam, karena telah terjangkit virus yang membuat makhluk hidup menjadi buas dan memburu manusia. Adegan ini emosional karena selepas kematian istri serta anaknya, praktis Sam adalah satu-satunya anggota "keluarga" Neville yang tersisa dan menjadi lebih ironis lagi Neville harus membunuh Sam dalam dekapannya, setelah Sam melaksanakan tugas yang dibebankan dari sang putri, yaitu melindungi sang ayah. Akting prima pun ditampilkan Will Smith kala kamera memfokuskan pada ekspresinya. Tidak tega, serta hati yang hancur jelas terpancar dari ekspresi mukanya sehingga penonton pun ikut merasakan kesedihan yang dialami Neville.

4. The Dark Knight Rises- "I've buried enough members of the Wayne family"


Di Batman Begins, kala Bruce Wayne a.k.a Batman (Christian Bale) ingin menyerah karena merasa telah gagal untuk melaksanakan tujuannya, sang pelayan yang telah setia merawat Bruce dari kecil hingga dewasa, Alfred yang diperankan Michael Caine, mengucapkan kalimat yang ia petik dari ayahnya Bruce, yaitu "Why do we fall, sir? So we can learn to pick ourselves up". Bruce tersenyum, dan menanggapi dengan "You still haven't given up on me? Alfred pun hanya menjawab, "Never". Ya, kita semua telah mengetahui bila hanya Alfred lah satu-satunya orang yang akan terus setia mendampingi Bruce... paling tidak ketika sekuel ketiganya muncul. Ya, mungkin sebagian besar penggemar Batman tidak menyangka adegan ini akan muncul dalam trilogi klasik nya Nolan ini. Bruce yang sempat mempesiunkan selama diri 8 tahun akibat sebelumnya memutuskan untuk menjadikan Batman sebagai tumbal atas kematian the White Knight, Harvey Dent (Aaron Eckhart), akhirnya merasa dirinya harus kembali lagi mengenakan jubah Batman untuk mencegah tindakan terorisme yang dilakukan Bane (Tom Hardy). Alfred yang merasa tuannya tidak akan memiliki cukup kekuatan untuk menghadang Bane, mencoba untuk mencegah Bruce kembali menghidupkan kembali Batman. Namun, Bruce tetap kekeh akan keputusannya. Melihat nasihatnya tidak diindahkan, Alfred pun memutuskan untuk meninggalkan Bruce. Dan percakapan di antara mereka lah yang begitu emosional. Tidak ada soundtrack berlebihan, hanya memperlihatkan dua karakter yang kita telah investasikan rasa perduli kita dan ingin melihat terus bersama-sama. Turut pula akan penampilan yang heartbreaking dari Michael Caine, dan ketika ia sesunggukan menahan tangis kala berbicara, disitu juga ia membuat sebagian besar penonton ikutan menangis.

3. Warrior-"Where were you when it mattered?"


Tiga karakter utamanya diperankan oleh pria-pria dewasa, dan ceritanya bersentuhan dengan dunia MMA (mixed martial arts). Mengetahui itu, mudah bila menganggap Warrior adalah jenis film yang keras juga hanya menampilkan kekerasan. Namun rupanya dalam durasi 140 menit nya, sutradara Gavin O'Connor menyelipkan antar ayah dan dua anaknya yang pelik dan mengaduk emosi. Satu adegan yang selalu membuat rasa haru memuncak adalah ketika Tommy (Tom Hardy) membentak sang ayah, Paddy (Nick Nolte) di suatu kasino dan menganggap Paddy adalah seorang pengemis. Mudah menganggap Tommy melakukan hal yang salah, namun dari kisahnya yang pada masa kecil selalu mengalami kekerasan dari Paddy yang saat itu masih lah seorang alkoholik, kita bisa mengerti akan tindakan nya yang dilandasi kebencian, namun juga kita tahu bila Tommy masih menyimpan rasa sayang kepada sang ayah. Dari ceritanya saja telah menunjukkan kompleksnya satu adegan ini, dan tidak ketinggalan juga mengaduk emosi. Ditambah lagi, facial expression dari Nick Nolte yang menunjukkan penyesalan akan apa yang telah ia lakukan di masa lalu serta merasa apa yang ia lakukan untuk memperbaiki hubungannya dengan Tommy yang telah dewasa melalui memperbaiki diri dengan cara berhenti minum-minuman alkohol serasa sia-sia. Menyakitkan sekali saat melihat Paddy yang telah termakan usia berjalan perlahan meninggalkan Tommy, yang segera saja menyesali akan ucapan dan tindakannya yang kasar. Hal itu pula ditunjukkan adegan setelah nya di adegan hotel saat ia menenangkan Paddy yang tengah menegak minuman keras, yang membuktikan bila dibalik setiap tindakan tidak sopannya kepada Paddy, Tommy masih menyayangi ayahnya tersebut.

2.  Terminator 2: Judgement Day-"There's one more chip"




Terminator 2 atau T2 menjadi sajian yang spesial bukan hanya karena adegan-adegan aksinya yang berkelas serta desain karakter T-1000 yang futuristik dan masih terlihat menakjubkan bahkan ketika dilihat di zaman sekarang, namun juga berkat hubungan ayah dan anak yang terjalin antara T-800 (Arnold Schwarzenegger) dan John Connor (Edward Furlong). Siapa yang menyangka bila penonton akan perduli dengan penuh pada mereka berdua dan mencintai akan hubungan mereka, yang tak terlepas dari faktor chemistry antara Arnold dan Edward Furlong. Dari sisi karakter saja, mereka memang berlawanan, namun bisa saling mengisi satu sama lain. T-800 yang merupakan seorang robot jelas saja kaku dan tidak mengerti akan manusia, dan di sisi lain John adalah remaja yang lagi masa puber serta sedang asyik-asyiknya menikmati hidup, namun kehilangan sentuhan seorang orang tua. Berbagai momen kedekatan mereka, seperti saat John yang mengkritisi terlalu formalitasnya T-800 lalu mengajarkan kalimat terkenal yaitu hasta la vista, baby, kemudian momen kecil kala John menggoda T-800 saat melakukan high five. Semua adegan kedekatan yang bertujuan untuk memberikan sentuhan humanisme kepada T-800 ini tak dinyana membuat penonton menyukai hubungan ayah-anak diantara mereka berdua. Dan tibalah endingnya bisa dikatakan sangat powerful itu. Setelah berhasil mengalahkan musuh utama, T-1000 dengan susah payah, John dan sang ibu, Sarah (Linda Hamilton) menganggap semuanya telah usai. Namun, T-800 mengingatkan bila ada satu chip lagi yang harus dihancurkan, dan chip tersebut berada di bagian otaknya. John yang telah menyukai T-800 jelas tidak menyetujui rencana itu. Namun keselamatan umat manusia dan mencegah perang manusia melawan robot, hal itu harus dilakukan. Adegan ini tentu saja tidak diantisipasi oleh penonton, dan kita yang telah merasakan akan kedekatan diantara mereka berdua, sama seperti John, kita tidak ingin T-800 musnah. Tangisan yang dikeluarkan John pun bagaikan mewakili tangisan jutaan pasang mata yang turut juga merasakan kesedihan John. Musik ciri khas Brad Fiedel pun mengiringi kala T-800 dengan turun perlahan untuk tenggelam dalam kawah api, sambil memandangi Sarah dan John. Adegan emosional ini pun ditutup dengan momen ikonik thumbs up yang entah sampai kapanpun akan tetap selalu terkenang.

1. Pursuit of Happyness-"Wear one tomorrow, though, okay?"




Yap, kembali film yang dibintangi dari Will Smith. Film yang merupakan kisah nyata perjuangan seorang Chris Gardner dari homeless person menjadi millionaire. Kita menjadi saksi bagaimana Chris serta anak nya, Christopher (Jaden Smith) jatuh bangun untuk bertahan hidup. Walau sebenarnya ia memiliki daya intelejensi di atas rata-rata dan juga giat, namun Chris seperti dijauhi oleh dewi keberuntungan sehingga setiap usaha yang ia lakukan tampak sia-sia. Hingga ketika film akan selesai, akhirnya kita melihat Chris mendapatkan hasil dari jerih payah yang ia lakukan selama menjadi broker magang. Ditinggali sang istri yang tidak mampu bertahan kala kondisi ekonomi mereka sedang jatuh-jatuhnya, mengasuh Christopher diiringi berusaha menjual bone density scanner yang dimilikinya, terus-terusan berlari demi mengejar waktu yang baginya sangat berharga demi kebahagiaan, hingga terpaksa tidur di dalam toilet akibat tidak mampu membayar sewa uang rumah. Segala penderitaan serta keringat nan air mata akhirnya terbayar lunas, yang membuat adegan Chris diterima bekerja sungguh powerful, ditambah juga akting luar biasa dari Will Smith kala mendengar ia menjadi broker tetap. Tanpa sepatah kata terucap, cukup dengan ekspresi muka yang tak menentu, seolah menahan kebahagiaan dan juga haru mengingat perjuangan jerih payahnya, dan air mata yang mengalir tiba-tiba di pipinya. Mengapa saya memilih ini adalah momen dalam film yang paling sering memaksa saya untuk menangis? Kisah yang begitu dekat serta relatable dalam kehidupan, membuat adegan ini berhasil menjadi adegan tersedih yang terus mengaduk emosi setiap kali melihatnya. Just watch the movie and you will feel the same like me.
"This part of my life.. This...little part..called happiness"

Itulah 10 adegan dalam film yang sering kali tidak bisa saya lewatkan tanpa mengucurkan air mata. Pilihan diatas sangatlah subjektif dan pastinya kalian memiliki pilihan tersendiri. Sekedar berbagi, ini adalah postingan tersulit sejauh ini. So tell me, do you crying?

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!