"So, to fully know I love someone, I have to cheat on them?"- Kumail
Plot
Kumail (Kumail Nanjlani) merupakan pemuda Pakistan yang besar di negara Amerika bersama dengan keluarganya. Kumail sendiri berprofesi ganda dalam kehidupan sehari-hari. Pertama dia adalah driver online, dan ketika malam hari, ia rutin mengisi pertunjukan stand up comedy di suatu klub. Walaupun Kumail menyandang status sebagai umat Islam, namun rupanya Kumail jarang sekali beribadah dan hal ini ia sembunyikan dari keluarganya yang sebaliknya malah sangat taat dengan ajaran agama serta tradisi adat Pakistan, seperti pernikahan haruslah dilakukan melewati sebuah perjodohan. Kumail tidak menyukai peraturan itu, namun dengan alasan menyayangi keluarganya, Kumail bersedia menemui setiap wanita pilihan sang ibu untuk dijodohkan kepada Kumail. Di suatu kesempatan ia tengah melakukan stand up comedy nya, Kumail diganggu (atau bahasa stand up nya adalah hackle, salah satu hal paling dilarang yang ditujukan kepada penonton dalam dunia stand up) oleh mahasiswi bernama Emily (Zoe Kazan). Dari interaksi singkat mereka, Kumail tertarik dengan Emily dan bisa ditebak mereka pun melakukan kencan one night stand, tanpa mengira bila itu adalah awal dari kisah percintaan mereka yang rumit.
Review
Sama seperti sebagian besar pengguna internet, saya pun telah lama meninggalkan dunia pertelevisian dan berpindah ke platform yang bernama Youtube. Tidak lama ini, saya menyaksikan video dari channel yang saya subscribe juga, yaitu h3h3 production. Pemilik channel tersebut, Ethan dan Hila Klein menanggapi sebuah video kissing prank yang mengklaim melakukan kegiatan kissing prank terhadap para wanita Islam. Video yang secara langsung melecehkan seluruh muslimah di dunia itu tentu saja menarik perhatian para warganet, dan untungnya dari yang saya baca di post komentar, sebagian besar membela kaum muslim, walau saya yakin pasti ada yang berkomentar miring terhadap perempuan muslim. Namun, yang membuat saya tertarik dan merasa perlu meninggalkan komentar adalah mengenai beberapa komentar yang intinya berbunyi kalau Islam adalah agama yang melarang umatnya untuk berpacaran karena ada suatu momen di video itu, perempuan yang dibayar untuk bersedia mengorbankan bibir mereka untuk dicium oleh pemilik video itu mengatakan bila dia telah memiliki kala si prankster sampah itu mencoba mendapatkan nomor dari sang perempuan, setelah sebelumnya perempuan yang satu lagi (di video itu melibatkan 3 perempuan) bilang kepada prankster bahwa mereka dilarang untuk berpacaran. Saya pun mengomentari salah satu komentar yang bernada seperti tadi dan mencoba meluruskan bahwa Islam memang melarang umatnya untuk berpacaran, namun bukan berarti umat Islam menaati peraturan tersebut. Mengapa saya merasa perlu meluruskan ini? Karena saya ingin pandangan dunia terhadap umat Islam itu keliru, dengan menganggap kalau umat Islam itu adalah manusia yang seolah tidak pernah berbuat dosa, dan ingin mereka melihat kami (umat Islam) sama seperti penganut agama lainnya. Pandangan-pandangan ini lah yang sering kali bila terjadi aksi teroris yang mengatasnamakan Islam, mereka pun akan menyerang agama Islam, bukan kepada pelakunya. Pengalaman inilah yang membuat saya merasakan bila film seperti The Big Sick ini perlu ditonton untuk meluruskan penilaian yang keliru ini. Sebuah kisah cinta nyata yang dialami oleh sang aktor utama, Kumail Nanjiani, yang turut melibatkan sedikit berkenaan akan kultur serta agama Islam.
Naskah yang juga dikerjakan oleh Kumail sendiri yang dibantu juga istrinya, Emily V. Gordon mengambil pilihan tepat yaitu memfokuskan kisah ini pada percintaan, dan segala hal referensi mengenai dunia Islam disini dimaksudkan sebagai bumbu konflik yang menghalangi kisah percintaan mereka. Gejolak batin seorang Kumail dimulai kala Emily mengidap penyakit misterius dan harus koma di rumah sakit, Rasa cinta yang sempat memudar kembali tumbuh setiap saat melihat wanita yang sempat singgah di hati terbaring tak berdaya dengan beberapa peralatan medis menempel di tubuh untuk mempertahankan nyawa Emily. Momen inilah yang mengharuskan Kumail memilih apakah ia harus mengikuti rasa cintanya, dengan mengorbankan keluarganya yang mewajibkan Kumail untuk menikah pula dengan wanita muslim, terutama yang berasal dari Pakistan. Apa yang saya suka adalah, Kumail dan Emily sama sekali tidak menyerang atau menyalahkan peraturan yang telah ditetapkan dalam agama Islam, namun lebih kepada penganutnya. Seperti yang saya tulis di bagian sinopsis bila Kumail menganut agama Islam namun tidak melakukan ibadah wajib seperti Shalat. Bukannya sebagian besar kita seperti itu, baik umat Muslim ataupun umat agama lainnya? Hal inilah yang saya rasa The Big Sick merupakan film yang diperlukan untuk mereka yang masih menilai umat Islam itu tidak pernah berbuat dosa. Intinya adalah, bila umat Islam melakukan dosa, baik besar ataupun kecil, ya salahkan orangnya, jangan ke agamanya.
Perbedaan kultur yang sangat signifikan ini tentu adalah rintangan terbesar dalam kisah cinta Kumail dan Emily. Kumail menyukai dan bahkan mencintai Emily, namun hal itu tidak lantas membuat Kumail untuk mengabaikan keluarganya. Kumail tidak ingin mengecewakan keluarga, terutama sang ibu, yang bisa mengakibatkan Kumail tidak akan pernah lagi dianggap sebagai bagian dari keluarga. Di sisi Emily yang awalnya sama sekali tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada di antara mereka, merupakan gadis muda yang pernah mengalami kegagalan cinta di pengalamannya. Kala ia mulai jatuh cinta juga kepada Kumail, Emily pun berharap bila Kumail tidak mengajak dirinya untuk kembali akan pengalaman pahitnya tersebut. Mudah sekali mendukung hubungan Kumail-Emily setelah melihat chemistry yang kuat antara mereka berdua, ditambah baik Kumail dan Emily sama-sama memiliki karakter yang menyenangkan. Kumail adalah pria yang sarkastik, cerdas, dan sebagai kaum minoritas, dirinya tidak mudah tersinggung apabila ada yang mendiskriminasi dirinya. Bahkan diperlihatkan pada awal-awal, Kumail menjadikan ciri khas yang ada di Pakistan sebagai bentuk materi stand up nya. Sementara Emily yang diperankan dengan baik sekali oleh Zoe Kazan tidak jauh berbeda dengan Kumail yang juga jago dalam melontarkan candaan dalam setiap pembicaraan, dan memiliki magnet untuk seorang pria segera mendekati dan berbincang lama-lama dengan Emily.
Tentu film ini tidak hanya diisi dengan kisah cinta Kumail-Emily, karena praktis ketika Emily harus dirawat, naskah berpindah ke proses masuknya Kumail dalam kehidupan sebenarnya Emily berkat kehadiran orang tua Emily, Terry (Ray Romano) dan Beth (Holly Hunter). Tidak hanya Kumail belajar banyak mengenai Emily dari mereka berdua, namun juga terdapat suntikan pelajaran mengenai cinta dan sayang ke dalam diri Kumail dari hubungan yang ternyata memiliki kompleksitas tersendiri dalam hubungan Terry dan Beth, dan interaksi mereka menciptakan beberapa momen komedi, seperti nasihat ngawur yang diberikan Terry kepada Kumail, namun juga ada sisi dramatis terutama berkenaan hubungan Terry dan Beth. Memang, hubungan Kumail dengan Terry dan Beth sedikit mendominasi dibandingkan interaksi antara Kumail beserta keluarganya, namun untungnya sang sutradara, Michael Showalter jeli akan hal ini dan memanfaatkan screentime dari tiap anggota keluarga Kumail dengan optimal lewat beberapa ciri khas dan momen kocak, seperti sang ibu Sharmeen (Zenobia Shroff) yang selalu memakai cara yang sama dalam usahanya menjodohkan Kumail dengan wanita-wanita yang akan dijodohkan dan yang paling memorable ketika momen awkward saat keluarga Kumail menunggu kedatangan Kumail yang akan dijodohkan.
Karena naskahnya sendiri berdasarkan pada kisah cinta nyata yang dialami Kumail-Emily maka tidak heran jika kisahnya sendiri diperlihatkan dengan realistis. MAJOR SPOILER HERE: seperti kala Emily yang akhirnya sadar dari koma panjangnya. Melihat segala pengorbanan yang dilakukan Kumail dan disaksikan langsung oleh Terry dan Beth, mudah bila penonton akan mengira hati Emily akan luluh dan bersedia kembali jatuh di pelukan Kumail. Namun kenyataannya tidak. Rupanya koma yang panjang tidak cukup mampu untuk melupakan segala rasa sakit yang terasa sebelumnya. Momen saat Kumail ditolak dua kali oleh Emily itu sangat powerful karena sebelumnya Kumail terlibat perdebatan intens dengan kedua orang tua nya, yang mengakibatkan Kumail tidak dianggap lagi kehadirannya dalam keluarga. Showalter pun tidak menampilkan momen ini dengan berlebihan dan terlihat apa adanya, bahkan bila saya tidak salah, tidak ada soundtrack yang mengiringi dua momen pahit itu dan murni Showalter mengandalkan dua artisnya di layar dengan memfokuskan ekspresi yang dikeluarkan oleh keduanya.
Apa yang telah Kumail putuskan di akhir itu benar atau salah, jawabannya diserahkan kepada penonton. The Big Sick mengajak kita untuk melihat seorang individu yang mengambil keputusan berdasarkan apa yang dipercayainya. Sebuah film yang tepat untuk mencerahkan penonton yang masih mengaitkan kesalahan yang dilakukan manusia dengan agama yang dianutnya. Cinta, keluarga, serta benturan kultur budaya berbeda, semuanya menjadi permasalahan konflik dalam durasi 120 jam nya dan diakhiri juga dengan sebuah akhir yang adil juga manis. Bertambah lagi satu film dalam list film favorit saya di tahun 2017.
0 komentar:
Post a Comment