"Today, is the first day of the rest of your life"
Plot
18 September seharusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi Tree (Jessica Rothe) karena pada tanggal tersebut adalah tanggal ulang tahunnya. Namun Tree tentu tidak menyangka bila pada hari itu pula, Tree akan mengalami kejadian yang paling aneh juga paling panjang dalam hidupnya.Review
Saya
lupa quote persis dari film Source Code, yang intinya apa yang akan anda
lakukan bila mengetahui ini adalah detik-detik terakhirmu. Ya, film Source Code
jelas muncul dalam benak kala menonton di menit-menit awal film ini. Konsep
mengenai nyawa yang terjebak dalam time
loop dan harus terpaksa mengulangi hari-hari yang sama diangkat oleh
Christopher Landon dalam film teranyarnya ini. Yang beda hanyalah kali ini time loop tersebut bernuansa gore ala
dengan genre seperti film slasher ala tahun 80’an. Lalu, bila kalian pecinta
anime, film ini akan mengingatkan kalian pada anime paling popular tahun lalu,
yaitu RE;Zero, dimana karakter utama nya akan kembali ke awal ketika dirinya
terbunuh.
Tidak
ada rantai kematian disini, well¸
sebenarnya masih ada, namun jelas dengan jalan yang berbeda. Disini target sang
pembunuh hanyalah satu, namun seperti yang saya bilang, Landon mengambil ide
cerita mengenai tme loop sebagai
pembeda Happy Death Day dengan film-film slasher yang harus diakui genre
tersebut telah memasuki masa usang karena terlalu seringnya konsep yang sama
dipakai berulang-ulang kali. Sebagai penonton yang tidak terlalu banyak
mengetahui film ini, konsep tersebut jelas memberikan penyegaran serta
menyuntikkan injeksi akan antusias saya yang sebelumnya tidak terlalu berharap
banyak akan film ini. Yang saya nantikan hanyalah satu, adegan gore sebanyak
mungkin, banjir darah dan sebagai bonus, wanita seksi diiringi adegan seksi yang
memanjakan mata. Intinya, Happy Death Day jelas melampaui ekspektasi rendah
saya.
Time loop disini tentunya digunakan Landon
sebagai wadah untuk pengembangan karakter utamanya, yang disini adalah gadis
remaja berkelakuan seenaknya bernama Tree. Awalnya Tree memiliki sikap yang
buruk, seperti bebas bercinta dengan pria-pria, bahkan rela menjadi simpanan
gurunya, serta tidak menghargai orang lain. Namun dengan adanya kejadian aneh
yang menimpa dirinya, Tree secara perlahan mulai mengerti dan mengambil intisari
akan kehidupan. Baginya, hari esok sangatlah mahal harganya. Dari segi ini,
Landon berhasil. Pendewasaan diri yang terjadi pada Tree tidak terasa
dipaksakan, bahkan dirinya harus beberapa kali merasakan kematian terlebih
dahulu, baru ia bisa mengerti bila dirinya telah jauh terpuruk dan berlebihan
dalam meratapi dukanya, terlebih backstory dalam diri Tree lumayan tipis.
Saya pun yang awalnya tidak terlalu begitu perduli dengan Tree, bahkan
cenderung membencinya, secara perlahan mulai mendukung dan berharap supaya Tree
mampu melewati hari terburuk dalam hidupnya dan berhasil bertemu dengan hari
esok. Bahkan saya pun cukup dihinggapi rasa haru kala Tree benar-benar menjadi
seseorang yang berbeda pada satu kesempatan di time loop nya. Terutama ketika ia berbincang dengan ayahnya.
Mungkin memang terbilang klise, namun tidak masalah bila hal klise itu
benar-benar digarap dengan benar. Jessica Rothe sebagai Tree awalnya saya
ragukan kapabilitas aktingnya, namun ternyata aktingnya surprisingly good. Sebagai Tree, Rothe tampil meyakinkan dalam
menghadirkan dua kepribadian Tree, pertama sebagai Tree yang annoying-bitch, kedua sebagai Tree yang
memiliki hati malaikat. Rothe pun kembali mengejutkan saya ketika ia begitu
tampil efektif kala ia menampilkan sisi komedinya. Ekspresinya saat mendengar
secara langsung dari pembunuhnya langsung mengenai alasan apa yang membuat
sang pembunuh begitu membenci Tree berhasil meledakkan tawa saya.
Oh,
ya, berbicara mengenai komedi, Happy Death Day juga memiliki hal itu., dan
mungkin lebih tepatnya adalah dark comedy
Ada suatu kesempatan, Landon memanfaatkan konsep time loop nya untuk kepentingan komedik, dan itu cukup berhasil.
Melihat usaha Tree yang mencoba beberapa kali untuk mencari tahu siapa
pembunuhnya yang sebenarnya tentu memberikan hiburan tersendiri, tanpa
menyadari bila kita menertawakan penderitaan Tree itu sendiri. Harus diakui memang, tone comedy nya lumayan kental dan cukup menghilangkan kesan seram akan film ini. Namun tampaknya itu telah disengaja oleh Landon yang ia anggap sebagai pembeda dengan film bergenre serupa, dan saya juga tidak terlalu bermasalah dengan ringannya tone film ini. Rating PG-13 juga mungkin akan mengecewakan penonton yang mengharapkan adanya banjir darah pada Happy Death Day.
Sayangnya,
Landon terlalu berambisi dalam menyajikan twist
nya. Memang, twist yang ada cukup
efektif, walau saya yakin sebagian besar penonton pasti bisa menebak siapa
sebenarnya pelaku yang membunuh Tree. Namun twist
itu mengorbankan momen terbaik dalam film ini. Ya, momen saat Tree untuk
pertama kali nya menjadi good girl
harus dikorbankan dan seolah hilang maknanya saat Landon ternyata masih
memiliki jawaban tersembunyi untuk penonton. Tidak hanya itu mengorbankan momen
tersebut, juga Landon terasa mengulur-ulur waktu dalam menuntaskan Happy Death
Day. Entah mungkin ada dua kali saya mengira Happy Death Day sebaiknya
berakhir, namun ternyata tetap masih ada lanjutannya. Tetapi tetap saja, Happy
Death Day merupakan salah satu film horror
yang menyenangkan tahun ini.
sama.... kesel pas timeloop good girlnya jadi ga ada artinya...wkawkakwa
ReplyDelete