"Sometimes, I think that when I'm get older, I'll have a daughter of my own or something.. and I feel like if she was like me, then being her mum would make me sad all the time"- Kayla
Plot
Menceritakan kehidupan Kayla (Elsie Fisher) di kelas delapan, dimana ia ingin melakukan perubahan dengan mencoba untuk berteman dan lebih aktif di sekolahnya.
Review
"The coolest girl in the world". Begitulah kalimat yang tertulis di kotak harapan milik Kayla yang ia simpan pada saat ia menginjak di bangku sekolah dasar. Di dalamnya terdapat beberapa barang kesukaannya, termasuk mainan Spongebob. Kehidupan eighth grade nya akan berakhir dan dirinya pun melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan kenyataan tersebut lah, Kayla bertekad untuk mengubah situasi yang ia alami dengan mencoba lebih menjadi gadis periang serta berteman lebih banyak. Masalahnya, Kayla sendiri adalah gadis pendiam serta sangat canggung bila berinteraksi dengan teman sebayanya. Yak, ini adalah film The Edge of Seventeen versi dari Bo Burnham dalam karya debut nya sebagai sutradara. Eighth Grade merupakan kisah gadis awkward berumur 13 tahun dalam menjalani kehidupannya di kelas pendidikan menengah yang diisi dengan penuhnya situasi kecanggungan akibat dari usaha transformasi dari gadis pendiam dengan tujuan memenuhi harapannya, yaitu menjadi gadis terkeren atau terpopuler di dunia.
Di setiap konten video yang Kayla upload di kanal Youtube miliknya, seringkali Kayla memberikan saran kepada siapapun yang menonton video nya untuk menjadi diri sendiri. Namun, menjadi sebuah pertanyaan sebenarnya bagaimana sebenarnya menjadi diri sendiri tersebut. Disinilah terjadi konflik batin dalam diri Kayla untuk mencari tahu jati diri sebenarnya. Dirinya begitu mengusahakan (atau memaksakan) supaya menjadi gadis seasyik mungkin, padahal pada kenyataannya sifat yang dimiliki Kayla begitu bertolak belakang dengan keinginannya tersebut. Ironisnya, usaha nya tersebut juga tidak memberikan kenyamanan bagi Kayla. Bukankah untuk menjadi diri sendiri tersebut satu-satunya tujuan adalah menemukan kenyamanan?
Setiap usaha Kayla untuk "memberontak" keluar dari zona nyaman nya ini lah menjadi panggung penuh kecanggungan yang terjadi di layar. Sering kali adegan cringeworthy (dalam artian yang bagus) yang ada memaksa saya memicingkan mata sembari mengeluarkan senyum tidak nyaman walau mata saya tetap terpaku untuk menyaksikan Kayla apakah ia selamat atau tidak dari situasi tidak mengenakkan tersebut. Disinilah sumber komedi canggung terjadi yang menjadikan Eighth Grade adalah tontonan yang menarik. Mungkin saya tidak terlalu merasakan apa yang dialami oleh Kayla, karena saya sendiri bukanlah tipe memaksakan diri seperti Kayla. Saya lebih memilih untuk tidak mengeluarkan sepatah kata pun dengan orang yang tidak terlalu saya kenal. Toh, saya memang tidak memiliki ambisi sama sekali untuk menjadi anak paling populer di satu sekolahan, apalagi di dunia. Namun saya bisa memahami bagaimana tidak mengenakkannya menjadi seorang penyendiri, terlebih di usia labil seperti Kayla yang seharusnya sangat membutuhkan teman yang bisa diajak bercerita atau setidaknya teman yang bisa diajak hang out ke mall atau coffee shop, bukan sekedar hanya memiliki kanal youtube sebagai tempat pencurahan hati. Sebagai sesama introvert, saya mampu memahami betapa tertekannya Kayla.
Bo Burnham berhasil menyajikan beberapa detil kehidupan masa remaja zaman now, seperti mereka yang lebih asik berinteraksi dengan gadget, serta hal apa saja yang menjadi ketertarikan anak-anak masa pre teen, contoh nya adalah kehidupan sex, walau memang hal tersebut tidak terlalu dieksplor lebih dalam oleh Burnham. Toh, memang fokus Burnham disini adalah mengeksplorasi kisah coming of age nya Kayla. Dan mengenai sex life, Burnham menyajikan sebuah adegan yang cukup mengganggu disini. Sebuah momen kenyataan bagi Kayla bahwa sebenarnya dewasa sebelum waktu nya belum tentu menjadi hal yang menarik. Elsie Fisher sempurna menjadi Kayla disini, seolah Kayla adalah Elsie Fisher itu sendiri. Banyak film sejenis ini karakter utamanya terlalu cantik sehingga mengundang pertanyaan bagaimana mungkin dengan fisik yang menjual tersebut bisa tidak populer di sekolahnya, contoh saja seperti Mean Girls. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Elsie Fisher. Bukan berarti Fisher tidak cantik, tetapi ketika melihat sosok nya di film ini, kita bisa mengerti mengapa dirinya terlihat begitu rendah diri, terlepas kenyataan dirinya adalah gadis pendiam yang kurang bisa berinteraksi secara nyaman dengan orang lain, terkecuali mungkin dengan ayah nya. Fisher begitu natural dalam memperlihatkan sikap canggung dari sosok Kayla, seperti bagaimana gagap nya ia dalam berbincang dengan temannya sehingga sering terlontar kata yang absurd dan kocak.
Setiap usaha Kayla untuk "memberontak" keluar dari zona nyaman nya ini lah menjadi panggung penuh kecanggungan yang terjadi di layar. Sering kali adegan cringeworthy (dalam artian yang bagus) yang ada memaksa saya memicingkan mata sembari mengeluarkan senyum tidak nyaman walau mata saya tetap terpaku untuk menyaksikan Kayla apakah ia selamat atau tidak dari situasi tidak mengenakkan tersebut. Disinilah sumber komedi canggung terjadi yang menjadikan Eighth Grade adalah tontonan yang menarik. Mungkin saya tidak terlalu merasakan apa yang dialami oleh Kayla, karena saya sendiri bukanlah tipe memaksakan diri seperti Kayla. Saya lebih memilih untuk tidak mengeluarkan sepatah kata pun dengan orang yang tidak terlalu saya kenal. Toh, saya memang tidak memiliki ambisi sama sekali untuk menjadi anak paling populer di satu sekolahan, apalagi di dunia. Namun saya bisa memahami bagaimana tidak mengenakkannya menjadi seorang penyendiri, terlebih di usia labil seperti Kayla yang seharusnya sangat membutuhkan teman yang bisa diajak bercerita atau setidaknya teman yang bisa diajak hang out ke mall atau coffee shop, bukan sekedar hanya memiliki kanal youtube sebagai tempat pencurahan hati. Sebagai sesama introvert, saya mampu memahami betapa tertekannya Kayla.
Bo Burnham berhasil menyajikan beberapa detil kehidupan masa remaja zaman now, seperti mereka yang lebih asik berinteraksi dengan gadget, serta hal apa saja yang menjadi ketertarikan anak-anak masa pre teen, contoh nya adalah kehidupan sex, walau memang hal tersebut tidak terlalu dieksplor lebih dalam oleh Burnham. Toh, memang fokus Burnham disini adalah mengeksplorasi kisah coming of age nya Kayla. Dan mengenai sex life, Burnham menyajikan sebuah adegan yang cukup mengganggu disini. Sebuah momen kenyataan bagi Kayla bahwa sebenarnya dewasa sebelum waktu nya belum tentu menjadi hal yang menarik. Elsie Fisher sempurna menjadi Kayla disini, seolah Kayla adalah Elsie Fisher itu sendiri. Banyak film sejenis ini karakter utamanya terlalu cantik sehingga mengundang pertanyaan bagaimana mungkin dengan fisik yang menjual tersebut bisa tidak populer di sekolahnya, contoh saja seperti Mean Girls. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Elsie Fisher. Bukan berarti Fisher tidak cantik, tetapi ketika melihat sosok nya di film ini, kita bisa mengerti mengapa dirinya terlihat begitu rendah diri, terlepas kenyataan dirinya adalah gadis pendiam yang kurang bisa berinteraksi secara nyaman dengan orang lain, terkecuali mungkin dengan ayah nya. Fisher begitu natural dalam memperlihatkan sikap canggung dari sosok Kayla, seperti bagaimana gagap nya ia dalam berbincang dengan temannya sehingga sering terlontar kata yang absurd dan kocak.
0 komentar:
Post a Comment