Sunday, 22 January 2017



Mengutip pernyataan dari kritikus terkenal, Roger Ebert, yang dimana beliau bilang “Every great film should seem new every time you see it,” saya pun juga memiliki beberapa film yang setiap kali saya menontonnya, saya tidak pernah dilanda akan kebosanan. Saya pun tergerak untuk membuat list ini. Dan juga, saya membuat list ini sebagai “pelarian” akan kekecewaan saya yang gagal menonton Arrival di bioskop. Hal yang kelak akan saya sesali seumur hidup. Patut diingat, list film dibawah ini murni berdasarkan subjektifitas saya, jadi mungkin kalian akan menemukan film yang mungkin menerima kritik yang buruk atau bahkan sampah. Ini bukanlah list film terbaik, tetapi list ini adalah film yang mau ditonton berapa kali pun, tidak akan menawarkan suatu kebosanan untuk saya. Ibarat buah, film-film ini bagaikan buah semangka bagi saya (yes, i love watermelon so much). Tidak perlu basa-basi lagi, inilah daftar film-film favorit saya. Catatan, saya merupakan salah satu penggemar Christopher Nolan, maka bila dalam list ini, film beliau paling sering muncul, mohon di harap maklum.
 
20. The Wrestler


Mungkin saya adalah kaum minoritas dimana saya masih memiliki minat tersendiri akan dunia wrestling. Saya masih mengikuti WWE, ROH atau Lucha Underground dan mungkin suatu saat saya akan memulai untuk mereview pay per view yang diadakan oleh WWE. Ketika masih kecil, saya menganggap apa yang terjadi dalam dunia gulat merupakan suatu cerita yang asli, sebelum saya menonton film ini pada tahun 2010an. Mata saya terbuka akan bagaimana para pegulat ini berkorban segitu banyaknya demi “menipu” supaya mampu menghibur penonton, yang membuat saya bukannya malah merasa tertipu, namun meningkatkan rasa respect saya terhadap para pegulat ini. Dengan penceritaan berfokus pada karakter Randy “Ram” Robinson yang diperankan luar biasa oleh Mickey Rourke, film ini sangat cocok bagi orang yang selalu meremehkan akan dunia wrestling.

19. The Hurt Locker


Saya bukanlah pecinta film arthouse, maka saya sendiri terkejut ketika saya begitu mencintai film garapan Kaithryn Bigelow ini dimana bagi saya, untuk film yang bertemakan perang, The Hurt Locker sangatlah minim akan adegan perang seperti kebanyakan film bertema yang sama. Pendekatan yang berbeda di ambil Bigelow dengan lebih memilih untuk mengobservasi kehidupan para tentara saat perang, dimana pekerjaan “mulia” mereka tersebut turut mengganggu keadaan mental serta pola pikir mereka. Bisa dilihat bagaimana William yang diperankan cemerlang oleh Jeremy Renner yang merasakan dunia perang merupakan “rumah” baginya. Well, the war is drugs for him.

18. Titanic


Mungkin kebanyakan pria akan merasa malu bila mereka mengaku menyukai film yang begitu terkenal akan percintaan yang begitu melodrama ini. Saya kurang sependapat. Untuk siapapun yang telah menonton Titanic, mereka pasti sependapat bila Titanic itu memiliki suatu magis tersendiri yang membuat penonton nya merasa ingin kembali dan kembali menonton ulang film nya James Cameron ini. Lagi pula, kisah percintaan si kaya dan si miskin akan terus diminati oleh pecinta drama asmara bukan? Dan ya, saya selalu merasa merinding kala intro My Heart Will Go On mengudara di pertengahan narasi berjalan.

17. Warrior



Siapa yang menyangka bila drama seorang ayah yang telah tua renta bersama dua anaknya yang menggeluti dunia gulat begitu powerfull hingga mampu membuat para penonton ikut merasakan betapa peliknya problem yang ada? Mungkin baru Warrior lah yang mampu memaksa saya untuk mengeluarkan air mata kala adegan gulat dua saudara ini di akhir film. Oh, lupa juga dimana sebelumnya saya juga turut menangis haru kala melihat ekspresi Nick Nolte di kasino. Dan tidak lupa juga bagaimana Tom Hardy begitu keren dimata saya sebagai Tommy Riordan.

16. The Big Lebowski


Reaksi awal saya kala mengakhiri “petualangan” saya bersama The Dude di The Big Lebowski adalah “What the fuck did i just watch!!?” Serius, saya sama sekali tidak mengerti apa maksud sebenarnya Coen Brothers membuat film ini? Selama menonton The Big Lebowski pertama kali, saya sama sekali tidak merasakan kelucuan yang ada, muka yang saya pasang selama durasi itu face palm (silahkan buka google images bila tidak mengerti). Namun, tampaknya saat menonton pertama kali, virus The Dudenism telah menyebar di seluruh pembuluh darah sehingga saya ingin menonton ulang sekali lagi. Dan lagi. Dan lagi. Dan setiap menonton ulang, rasa bosan sama sekali tidak menghinggapi dan mungkin bila menonton sekarang, pada detik ini juga, saya masih bisa tertawa lepas saat melihat kesialan demi kesialan yang dialami The Dude akibat kesotoyan Walter. Classic cult movie.

15. Whiplash


Dalam dunia musik, saya terbuka akan berbagai genre yang ada. Dalam tiap genre pun saya memiliki idola masing-masing. Genre Rock, saya memiliki Queen dan Radiohead, di dunia Metal saya mengagumi dan mencintai karya demi karya dari Dream Theater, dan begitu seterusnya. Namun, maaf untuk pecinta Jazz, saya belum memiliki penggemar di genre Jazz. Sampai ketika saya menonton kisah penggebuk drum di Whiplash yang tersiksa akibat kerasnya pelatihan yang diberikan oleh sang mentor.  Walau kalian belum merasakan akan kerasnya dunia musik atau pun belum, tidak ada yang bisa memungkiri bila Whiplash merupakan karya debut cemerlang dari Damien Chazelle. Siapa yang bisa melupakan performa hebat dari J.K Simmons yang mampu membuat penonton muak akan kehadirannya, namun kala ia menghilang dari layar, penonton juga merasakan kerinduan pada setiap makiannya.

14. Bad Boys 2

Bad Boys 2 gave me so much fun!!! Selain memperkenalkan saya pada Will Smith (one of my favorite actors ever), Bad Boys 2 juga masih mampu menawarkan setiap adegan-adegan komedi gila berkat perpaduan sempurna antara Will Smith dan Martin Lawrence yang selalu berhasil meledakkan tawa saya. Adegan di ruang mayat, car chase yang melibatkan kapal boat besar, tembakan yang mengenai kulit pantat, komentar Marcus kala melihat dua tikus sedang bersenggama di saat mereka sedang mengintai, wow, saya masih bisa mengingatnya!! Berikut sepenggal dialog yang tidak pernah gagal meledakkan tawa:
Mike   : You ever made love to a man?
Reggie:  No, sir. 
Mike   : Do you want too?
Reggie : No, sir

We ride together, we die together. Bad boys for life..! Hell, yeah!!

13. The Social Network

Bukan hanya kritikus yang begitu mencintai film ini, but i’m too!!!!! Berkat film ini, saya memiliki idola pada penulis naskah, yap, Aaron Sorkin. Semua yang mencintai The Social Network tidak akan ada yang bisa memungkiri bila pengaruh penulisan Sorkin lumayan dominan sehingga membuat dialog demi dialog yang diucapkan karakter dalam film begitu dinamis nan cerdas. Tidak lupa juga performa cemerlang dari Jesse Eisenberg dan Andrew Garfield yang menambah poin plus akan film ini.

12. Se7en


Dari sinopsis nya saja Se7en telah memiliki modal awal untuk menjadi film yang memorable. Tinggal bagaimana seorang sutradara menggarapnya untuk mencapai tujuan ke sana. Dan untungnya, kisah dua detektif berbeda karakter dalam pencarian pelaku pembunuhan berantai berdasarkan 7 dosa besar manusia ini jatuh di tangan David Fincher dimana David Fincher berhasil memberikan atmosfir mencekam di tiap menitnya seolah sang pelaku selalu mengintai di layar walau keberadaannya tak tertangkap mata. Serta, berkat keberhasilan film Se7en juga lah yang membuat Fincher kembali pede untuk menekuni profesinya sebagai sutradara setelah hasil akhir dari Aliens 3 tidak memuaskan. And yeah, “what’s in the box” scene will always stuck in my mind.

11. Goodfellas


Goodfellas itu bagaikan versi “fun” nya dari The Godfather. “Fun” yang saya maksud disini bukan berarti Goodfellas itu dipenuhi akan lelucon. Tetapi, saya merasakan “fun” itu berkat penyutradaraan berkelas dari Martin Scorscese dalam memperlihatkan kehidupan mafia yang sebenarnya penuh dengan intrik serta kejahatan, tapi di sisi lain juga ada kekeluargaan yang begitu hangat dan kuat dalam dunia kejahatan itu. Walau memang rasa keluarga yang telah tercipta akan hancur akibat satu kata. Traitor.
 
10. Casino Royale



The Bourne Identity itu pelopor dalam hal film spy atau agen rahasia. Pengaruh Bourne itu juga langsung berdampak franchise agen rahasia Inggris ini. Tidak ada lagi Bond yang rapi atau pun flamboyan, kini jamannya Bond yang brutal serta badass tanpa ampun demi mencapai tujuannya. Walau sempat mendapatkan kontroversi akan penunjukan dirinya sebagai James Bond, Daniel Craig membuktikan bila karakter Bond yang baru ini benar-benar cocok dengannya. Bahkan menurut saya, Daniel Craig adalah James Bond terbaik. Dan pada era Craig, favorit saya adalah Casino Royale. Begitu banyak adegan yang memorable di Casino Royale. Dari opening scene nya yang menunjukkan dua kepiawaian Bond baik kala bertarung atau pun mengintimidasi korbannya, berlanjut ke adegan kejar-kejaran ala parkour yang mampu membuat saya menahan nafas sambil kagum, pertarungan kartu di atas meja poker yang bertensi tinggi dan siapa juga yang melupakan betapa lembutnya Bond menenangkan Vesper di shower. Oh, mengenai Bond Girlnya, saya menyukai treatment dari Martin Campbell kepada Vesper Lynd yang diperankan brilian oleh Eva Green. Tidak heran bila James Bond mampu bertekuk lutut akan wanita ini.

09. Oldboy


“Sakit nian film ini vi!”, well, setidaknya begitulah komentar yang dilontarkan teman saya saat saya mengajak dia menonton film terbaik dari Korea Selatan ini. Film yang kabarnya mampu membuat Quentin Tarantino standing ovation ini memang mengambil tema yang begitu sensitif dan juga kekerasan tingkat tinggi di dalamnya. Namun, Park Chan-Wook membungkusnya sedemikian rupa bukan tanpa esensi. Chan-Wook ingin memperlihatkan bagaimana mengerikannya bila manusia telah diliputi akan rasa dendam. Tidak ketinggalan juga dengan twist nya yang sanggup mengganggu jiwa penontonnya. Percayalah, walau Oldboy diisi dengan beberapa adegan kekerasan yang mampu membuat ngilu, tetap saja ada sihir yang membuat penonton ingin menontonnya lebih dari sekali.

08. Memento


Mungkin kalian akan menganggap saya sok pintar ketika melihat film ini ada di dalam list film favorit saya, tapi mau bagaimana lagi? Rangkaian misteri yang ditawarkan Nolan brothers di Memento begitu membuat ketagihan, apalagi dengan format non linier nya serta hitam-putih dan warna di dalam filmnya yang membuat penonton pun merasakan bagaimana menderitanya mengidap penyakit yang sama seperti Leonard. Memento memang menceritakan dendam, namun Nolan membuka layer yang baru ketika twist nya terungkap di akhir.

07. Realita, Cinta dan Rock ‘n Roll


Bila ditonton sekarang mungkin film karya Upi ini tidak lah terlalu spektakuler. Namun untungnya saya menonton ini pada saat masih SMP, yang tentu membuat keterikatan tersendiri dengan kisah kenakalan remajanya atau juga pencarian jati diri. Kenakalan yang dilakukan Vino dan Junot disini tampak begitu keren dimata saya dan sedikit membangkitkan keinginan untuk rebel tersendiri di dalam darah saya.
06. The Godfather Part I & II



I know i’m cheating, but i can’t help myself choose to between them. Andai seri ketiga nya tidak terlalu jauh menurun kualitasnya, mungkin tidak akan ada yang menyangkal bila Trilogi The Godfather adalah trilogi terbaik. The Godfather Part I & II merupakan contoh sempurna bagaimana walau dengan durasi yang panjang (Part II bahkan durasinya menyentuh 3 jam lebih), dengan penceritaan yang kuat dan juga karakter yang sama sekali tidak ada yang flat atau terasa annoying keberadaannya, penonton akan tetap setia mengikuti kisah keluarga Corleone ini.  

5. Pulp Fiction



Pengalaman menonton pertama kali film ini tidak jauh berbeda dengan pengalaman saya saat menonton The Big Lebowski. Dipenuhi dengan ocehan-ocehan para karakter nya, tentu saya tidak langsung menyukai Pulp Fiction. Tetapi ada rasa kangen yang terus menerus untuk kembali menyantap masterpiece dari Quentin Tarantino ini. Dan semakin saya sering menonton Pulp Fiction, saya akhirnya menyadari mengapa Pulp Fiction selalu dianggap sebagai salah satu film yang paling berpengaruh yang disebabkan keberanian Tarantino melawan segala hal mainstream yang dilakukan Hollywood.

4. Inception


Ada dua jenis penonton Inception yang rela menonton karya ambisius dari Nolan ini hingga beberapa kali. Pertama, penonton yang ingin mencari jawaban dan kedua adalah penonton yang memang mencintai Inception. Saya termasuk tipe yang kedua. Saya masih ingat betapa kagumnya saya bagaimana Nolan menggarap sebuah action secquence yang sebenarnya biasa saja namun dengan racikan yang berbeda, mampu terlihat begitu berkelas. Nolan juga tahu bagaimana menciptakan karakter-karakter yang keren tanpa perlu backstory. Beruntunglah mereka yang menikmati mahakarya Nolan ini di dalam bioskop. Terbayang bagaimana riuhnya kekesalan penonton saat blank screen muncul di layar pada momen akhir itu, yang memunculkan perdebatan panjang tanpa berkesudahan.
 
3. Terminator 2: Judgement Day


Percaya tidak percaya, film ini lah yang memperkenalkan saya akan film-film Hollywood, karena ini adalah film hollywood pertama yang saya cicipi. Masih terbayang bagaimana saya diliputi akan kengerian serta kekesalan akan betapa hebatnya T-1000 itu. Juga masih terekam jelas bagaimana saya menahan nafas melihat car chase yang digarap begitu keren oleh James Cameron. Dan masih teringat juga saya dimarahi ayah saya karena ingin menonton film ini diam-diam pada malam hari (masih jamannya VCD). Thumbs up di akhir film itu juga terlihat sangat keren dan begitu fenomenal di sekolah saya pada saat itu. Entah sampai kapanpun, film ini akan selalu memiliki tempat di hati saya. 

2. The Pursuit of Happyness


Tidak perduli akan keakuratan film ini dengan kisah asli nya Chris Gardner, The Pursuit of Happyness tetaplah film motivasi terbaik bagi saya. Ketika saya mengalami kegagalan, The Pursuit of Happyness merupakan obat penawarnya. Ekspresi Will Smith kala mendekap anaknya yang sedang tidur sembari menahan pintu toilet dengan kakinya supaya tidak terbuka itu selalu sukses membuat saya berlinang air mata.

1. The Dark Knight



Tidak hanya influental bagi perfilman, terutama superhero, The Dark Knight juga sangat berpengaruh bagi saya. Mengulas segala hal positif dalam The Dark Knight itu sama halnya ketika menjelaskan betapa luar biasa nya Lionel Messi di lapangan, tidak akan ada habisnya. Memiliki opening yang hebat, perjalanan cerita yang membuat candu, serta ditutup pula dengan ending yang merupakan bagi saya tetaplah ending terbaik dalam sejarah perfilman, The Dark Knight tidak dipungkiri merupakan film yang paling stand out dalam trilogy Dark Knight (padahal Batman Begins dan The Dark Knight Rises saja merupakan dua film yang hebat). The Dark Knight mengajak saya untuk mempelajari sebuah film yang berkualitas itu seperti apa, bahkan juga berkat The Dark Knight pula yang menciptakan minat saya akan film. Mau tahu telah berapa kali saya menonton film ini? 20 kali lebih!! Tanpa merasakan kebosanan sedetik pun. Selain Inception, The Dark Knight adalah penyesalan terbesar saya karena tidak menonton film ini di layar lebar bioskop. Karya yang begitu luar biasanya sampai kebanyakan sutradara-sutradara terkenal ingin mencontek akan bagaimana hebatnya Nolan menyuntikkan atmosfir realisnya dalam film. Dan The Joker-nya Heath Ledger akan tetap dikenang sebagai salah satu, jika bukan, karakter antagonist terbaik yang pernah ada di dalam dunia perfilman.


6 comments:

  1. Kalau saya urutan pertama film animasi Up, setelah itu LOTR dan Batman nolan trilogy :)

    ReplyDelete
  2. wow, lotr bagian mana gan? gokil film kolosal kek gitu bisa jadi favorit 😀
    yap, tiga-tiganya dri TDK trilogy saya suka dan mau masukin di favorit, tapi ntar kebanyakan film nya nolan masuk list haha

    ReplyDelete
  3. Haha all LOTR gan, terutama yg terakhir, the return of d king
    Iya nolan is the best ga sabar tggu film dunkirk

    ReplyDelete
    Replies
    1. yg return of the king ane dua shift itu ngabisinnya

      Delete
  4. Great choices bro Alvi, kecuali yg film indo blm nonton
    Sama jg dgn agan bagus, Up sdh nonton puluhan kali di TV, ga pnh bosen hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah dicoba gan. gokil penampilan vino sama junot

      Delete

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!