Tuesday 22 January 2019

"God bless white America"- Ron Stallworth

Plot

Sebagai polisi berkulit hitam di Colorado Police Department, Ron Stallworth (John David Washington) seolah ingin membuktikan dirinya sebagai polisi. Bosan ditugaskan di bagian kearsipan, Ron meminta kepada Chief Bridges (Robert John Burke) untuk ditempatkan dibagian intel. Bridges pun mengabulkan keinginan Ron dan memberikan kepada Ron sebuah tugas memata-matai pergerakan civil rights yang diketuai Kwame Ture (Corey Hawkins). Di tugas pertamanya itu pula ia bertemu dengan presiden Black Student Union, Patrice Dumas (Laura Harrier). Tidak cukup dengan itu, Ron memutuskan juga untuk mencoba masuk ke dalam organisasi Ku Klux Klan. Dibantu koleganya, Flip Zimmerman (Adam Driver) dan Jimmy Creek (Michael Buscemi), Ron mencoba menghentikan perseteruan antar kedua organisasi tersebut yang tinggal menunggu waktu saja untuk terjadi.




 Review

Polisi berkulit hitam yang mencoba memata-matai suatu organisasi yang notabenenya telah terkenal akan kebencian mereka terhadap warga berkulit hitam. Terdengar aneh, tidak masuk akal dan menarik? Yap, itulah fokus utama penceritaan Blackkklansman. Namun sesuai dengan tagline di awal nya, Dis joint is based upon some fo' real, fo' real shit. Spike Lee sengaja meyakinkan penontonnya dengan dua kali penekanan "fo' real, fo' real shit" karena saya yakin Lee pun menyadari bila kisah Ron Stallworth ini sulit untuk dipercaya, namun bukankah memang terkadang kisah di dunia nyata bisa seaneh dengan cerita di dunia fiksi?

Blackkklansman dibuka dengan pidato dari Dr. Kennebrew Beauregard (Alec Baldwin) dan dari pidato tersebut Lee ingin menggambarkan bagaimana film nya ini akan berjalan. Sebuah sajian yang mengangkat isu serius dan menyeramkan namun diselipi dengan kejenakaan yang bisa saja membuat penonton terpingkal, sama seperti pidato yang dibawakan Dr. Kennebrew. Keputusan Lee yang menyajikan film ini dengan selipan humor membuat Blackkklansman menjadi totnonan yang lebih ringan dan mudah untuk diikuti terlepas dari suguhan konflik perseteruan politik yang tengah terjadi. Humor nya efektif dan tidak mendistraksi penonton dari fokus utama penceritaan, seperti contoh nya ketika Ron mengajari Flip supaya bisa berbicara seperti dirinya untuk bisa meyakinkan anggota KKK bila Flip adalah Ron Stallworth sebenarnya. Dan misi mata-mata inilah yang merupakan faktor terkuat Blackkklansman.

Tensi ketegangan tidak pernah terasa turun kala karakter Adam Driver melakukan tugasnya, terutama setiap ia berkonfrontasi dengan Felix yang diperankan begitu intimidatif oleh Jasper Pääkkönen dengan kecurigaannya pada Flip. Dan jujur saja dengan penceritaan ini, karakter Flip terasa lebih menarik dibandingkan Ron sendiri. Awalnya Flip merupakan pemuda yahudi yang malah tidak terlalu memiliki keterikatan batin dengan identitasnya itu, tetapi seiring dengan berjalan waktu dalam menjalankan tugasnya dan mengetahui kebencian yang begitu mendalam dari tiap anggota KKK, muncul rasa yang aneh di dalam diri Flip dan lamban laun ia tidak bisa membohongi jika ia tetaplah memiliki darah Yahudi di dalamnya. Adam Driver kembali mengeluarkan akting primanya dan saya rasa ia layak dinominasikan sebagai aktor pendukung pria terbaik di gelaran Oscar nanti. John David Washington juga sebenarnya tidak bermain mengecewakan, namun harus saya akui, karakternya yang tidak diberikan pendalaman membuat dirinya sedikit tenggelam dibandingkan Driver ataupun Pääkkönen. 

Blackkklansman memiliki sedikit kelemahan pada elemen pacing dan juga durasinya yang cukup panjang. Ada beberapa adegan yang saya rasa bisa dipotong durasinya, salah satu contoh nya adalah adegan dimana dua pertemuan di tempat berbeda dari kelompok pergerakan revolusi kulit hitam dan KKK yang saya rasa cukup terasa dragging nya. Hubungan antara Ron-Patrice juga tidak terlalu engaging sehingga saya tidak terlalu memperdulikan hubungan spesial yang terjadi diantara mereka. 



7,75/10

Sunday 13 January 2019



"Don't pee, don't zone out, don't sneeze. Just cover his phones and try not to exist."- Charlie

Plot

Bekerja lembur hingga tengah malam bukanlah hal yang asing untuk Charlie (Glen Powell) dan Harper (Zoey Deutch). Keduanya erprofesi sebagai asisten, dimana Charlie bekerja untuk businessman sukses, Rick Otis (Taye Diggs), sedangkan Harper menjadi tangan kanannya Kirsten Stevens (Lucy Liu), pemilik situs berita olahraga yang dulunya pernah menjadi reporter ESPN yang dikagumi. Aktivitas yang sangat sibuk dari keduanya berimbas juga kepada Charlie dan Harper karena sebagai asisten, mereka berdualah yang mengurusnya, bahkan Charlie dan Harper pun harus rela melakukan hal yang diluar aktivitas kantor seperti memesan makan malam, melakukan proyek sains bahkan melakukan olahraga rutin. Pekerjaan super sibuk tersebut memaksa Charlie dan Harper mengorbankan kehidupan pribadi mereka. Karena itulah, berawal dari pertemuan keduanya yang tidak disengaja, mereka pun berencana untuk menjodohkan Rick dan Kirsten supaya mereka bisa sibuk berasmara sehingga Charlie-Harper mendapatkan waktu luang untuk bisa memiliki waktu terhadap kehidupan pribadi mereka.




Review 

Nama Glen Powell dan Zoey Deutch mungkin masih asing di kalangan penggemar film. Keduanya cukup mengangkat nama kala membintangi film yang sama yaitu Everybody Wants Some!! (2016) buah karya dari Richard Linklater. Baik Glen maupun Zoey sukses memerankan karakter masing-masing dengan baik, terutama Glen Powell sebagai Finn-nya yang merupakan karakter favorit saya di film tersebut. Nama Glen Powell juga lah menjadi faktor terbesar saya untuk mencoba Set It Up, yang mana tanpa saya ketahui jika Set It Up adalah salah satu film keluaran Netflix yang berhasil mendapatkan Certified Fresh di situs Rotten Tomatoes tahun 2018.

Premis Set It Up mungkin akan mengingatkan Anda pada Horrible Boss (2011), namun tenang saja, Set It Up masih memiliki faktor pembeda nya. Dari adegan pembuka kita akan melihat bagaimana sibuknya Charlie-Harper meladeni permintaan segitu banyaknya dari bos mereka. Tidak hanya itu, Rick dan Kirsten juga menerapkan kepemimpinan diktator terhadap asisten nya masing-masing yang jelas menambah kesialan untuk asisten mereka. Jika asistennya tidak bisa memenuhi permintaan mereka, tidak perduli betapa anehnya permintaan tersebut, siap-siap saja kalimat "You're Fired!!" terlontar dari bibir mereka. Penderitaan tersebut lah yang menjadi sumber komedi dari Set It Up. Penonton pun terpaksa menertawakan setiap kesialan yang dialami Charlie-Harper berkat sajian komikal dari sang sutradara, Claire Scanlon. 

Bila ditilik dari kacamata orang luar, pekerjaan menjadi asisten salah satu orang yang berpengaruh tentunya bagaikan "dream job" untuk Charlie maupun Harper. Bahkan pada satu momen, salah satu alumnus Dartmouth menyatakan terhadap Harper bila Harper sangat beruntung bisa bekerja dengan Kirsten, tanpa menyadari rasa tertekan yang dimiliki Harper. Kisah Set It Up bisa menjadi cerita yang depresif, namun sekali lagi, Scanlon lebih memilih untuk menggulirkan narasinya dengan ringan dan hal tersebut merupakan keputusan yang tepat karena berkat hal tersebut, Set It Up begitu nyaman untuk diikuti. Secara subtil pula, Scanlon yang dibantu Katie Silberman di kursi penulis naskah melontarkan kritik terhadap bos semacam Rick dan Kirsten yang terlalu mengandalkan asisten-asistennya. 

Scanlon jeli dalam unsur comedy timing nya sehingga walaupun memang tidak semua komedinya tepat sasaran, tetapi hal tersebut berhasil menjadi aspek terkuat dalam Set It Up. Komedinya sering muncul tanpa bisa diduga, seperti contoh saat Rick tiba-tiba mengamuk saat Charlie mencoba "mangkir" sejenak dari pekerjaannya, KissCam di pertandingan Baseball, dan yang bagi saya terbaik adalah momen di toko cincin yang berhasil membuat saya terbahak di tengah malam. Kemunculan aspek komedinya semakin kental pada saat narasi mulai bergerak ke penceritaan usaha Charlie-Harper mencomblangkan bos mereka.

Komedinya memang merupakan keunggulan utama pada film ini, namun bukan berarti Scanlon melupakan pada aspek penceritaan karena Silberman menghadirkan pula character arc masing-masing pada Charlie-Harper dalam durasi 105 menit film ini. Silberman memberikan alasan kepada mereka mengapa begitu tahan bantingnya terhadap perlakuan tidak masuk akal bos mereka. Charlie ingin mendapatkan promosi jabatan dan mengundurkan diri jelas bukan keputusan yang mudah untuknya mengingat usianya telah menginjak 28 tahun. Sedangkan Harper yang diam-diam mengagumi sosok Kirsten ingin sekali saja tulisan darinya bisa dimuat dalam situs milik Kirsten. Singkatnya, Charlie dan Harper ingin mendapatkan pengakuan dari bos mereka. Dan tidak susah pula untuk menebak jika kebersamaan mereka pun akan menimbulkan benih-benih cinta antara mereka. Kedekatan antara Charlie dan Harper pun disajikan begitu natural, terbantu juga akan chemistry kuat yang diciptakan Glen dan Zoey. Bisa ditebak pula jika di akhir cerita nanti mereka akan bersatu dan menjalin sebuah hubungan. Klise, tetapi tidak masalah toh jika kita menyukai kedua karakternya.

Selain penceritaan yang menarik, faktor lainnya yang menjadikan Set It Up begitu enak diikuti adalah keberadaan Glen Powell dan Zoey Deutch. Mereka memiliki kemampuan yang mampu membawakan dialog-dialog mereka dengan menarik. Saya tentu tidak keberatan jika saya ada diruangan bersama mereka dan memperhatikan back and forth mereka. Mungkin sedikit kelemahan dari Set It Up terdapat pada bagian konklusinya yang terkesan digampangkan dan disajikan tidak terlalu elegan. Plot hole pun ikut terasa pada narasi pencombalangan antara Rick dan Kirsten, namun karena Set It Up merupakan film drama komedi, rasanya tidaklah terlalu bijak untuk terlalu memperhatikan detilnya. Terlepas dari kelemahan-kelemahan ini dan juga poster filmnya yang nggak banget, saya tidak menampik jika Set It Up adalah tontonan yang menyenangkan. 

7,75/10

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!