Monday 26 May 2014




You need people like me. You need people like me so you can point your fuckin' fingers and say, "That's the bad guy."- Tony Montana


Plot

Bulan Mei 1980 negara Cuba dibawah pemerintahan Fidel Castro membuat kebijakan dengan membuka bebas pelabuhan Mariel dengan tujuan mengirim 125,000 pengungsi Cuba untuk menyatukan kembali dengan keluarga mereka di Amerika Serikat.Dampaknya, Negara Amerika Serikat sebagai Negara impian bagi kaum imigran semakin terbuka. Dari sekian banyak imigran tersebut, salah satu nya adalah Antonio Montana atau lebih akrab disapa Toni Montana (Al Pacino). Bersama sahabatnya, Manny Ribera (Steven Bauer), Toni mencoba untuk sukses di Amerika Serikat dan meraih mimpinya untuk menjadi sosok yang disegani dan memiliki segalanya. Karir Toni melesat cepat, setelah berhasil membunuh Emilio Rabenga yang notabenenya adalah mantan dari bawahan Fidel Castro, Toni mendapatkan tawaran yang membawanya ke hadapan Frank Lopez (Robert Loggia), bandar narkoba yang telah memiliki nama. Sikap Toni yang loyal serta memiliki nyali yang besar membuat Frank mempekerjakannya. Dari sinilah mimpi Toni untuk menjadi orang yang sukses di Amerika mendekati kenyataan.






Review

Akhirnya gw berhasil menonton film yang merupakan remake dari Scarface-nya Howard Hawk yang dirilis pada tahun 1932 ini. Gw sendiri memang udah lama ingin menonton film yang ditulis Oliver Stone ini, ada 2 faktor yang mendasarinya, pertama faktor gw senang ama film mafia, kedua tentu saja faktor dari aktor utamanya yaitu Al Pacino, salah satu aktor favorit gw sepanjang masa, salah satu aktor yang mampu memerankan karakter anti hero terbaik, bersanding dengan Robert De Niro. 

Scarface menceritakan bagaimana cara seorang Toni Montana yang dibantu oleh Manny Ribera yang mencoba meraih mimpi betul-betul dari bawah. Dari seorang yang hanya mencuci piring di kedai kecil, hingga mampu menjadi orang yang paling disegani di kotanya. Gambaran seseorang yang memiliki ambisi tinggi sehingga tidak cepat puas dengan apa yang telah ada di depan matanya. Gambaran tersebut ada di karakter Toni Montana. Ambisius, keras kepala, hanya mendengarkan 'nyali' nya, namun ada satu hal yang membuat gw salut dengan karakter Toni di antara sifat-sifat jeleknya. Yaitu mampu memegang omongan serta prinsipnya. Susah loh menjadi karakter seseorang yang seperti itu. Walau pun nyawanya terancam, Toni tetap berpegang teguh akan prinsipnya tersebut.

Kisah dari film yang diisi dengan kata F words sebanyak 226 kali ini memang telah banyak untuk film yang bergenre mafia, namun yang menarik dari film ini adalah konflik-konflik yang dialami Toni. Kita dari awal pasti telah mengira bahwa Toni akan sukses nantinya, tapi tentu disitulah pertanyaan muncul, apakah kebahagiaan akan tetap ada walaupun kita telah mendapatkan apa yang kita inginkan? Nah lewat film ini Brian DePalma mencoba memberikan gambaran, bagaimana rintangan-rintangan kita untuk mempertahankan kesuksesan, dan menurut gw Brian DePalma mampu menguraikannya dengan jujur, tanpa mengada-ada. Kita juga menyadari memang beginilah kesulitan yang akan dialami orang yang baru mengalami kesuksesan. Ditambah dengan karakter Toni Montana yang susah untuk diajak kompromi dan hanya mendengarkan dia sendiri.

Namun tentu saja bagi gw kekuatan utama dari film yang memiliki durasi 170 menit ini ada pada sosok Al Pacino. Ya, memang film ini adalah film nya. Mungkin cerita Scarface udah menarik serta kuat, tetapi tetap saja akan tetap terasa bosan apabila kita tidak disuguhkan dengan akting yang cemerlang dari artis utamanya. Dan hey, kita sedang membicarakan Al Pacino disini, sudah barang pasti dia mampu menunaikan tugasnya dengan cemerlang. Ditambah memang karakter Toni Montana ini tidak jauh beda dengan sosok Michael Corleone, hanya beda dari faktor emosi nya saja. Dan sekadar informasi, agar mampu memiliki logat Spanyol, Al Pacino belajar dengan salah satu kru dari film ini yaitu John A. Alonzo. Membuktikan bahwa aktor yang satu ini memang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya.

Bila Anda pecinta film yang berkenaan mengenai Mafia, sudah barang pasti Scarface adalah tontonan yang wajib bagi Anda. Dengan cerita yang menarik serta penampilan ikonik dan gila dari Al Pacino, Scarface adalah salah satu film mafia terbaik sepanjang sejarah. Anda tidak setuju, well, SAY HELLO TO MY LITTLE FRIEND!!


8,5/10


Friday 23 May 2014



I just want to apologize to Mike's mom, Josh's mom, and my mom. And I'm sorry to everyone. I was very naive. I am so so sorry for everything that has happened. Because in spite of what Mike says now, it is my fault. Because it was my project and I insisted. I insisted on everything. I insisted that we weren't lost. I insisted that we keep going. I insisted that we walk south. Everything had to be my way. And this is where we've ended up and it's all because of me that we're here now - hungry, cold, and hunted. I love you mom, dad. I am so sorry. What is that? I'm scared to close my eyes, I'm scared to open them! We're gonna die out here!-Heather Donahue


Plot

Pada tahun 1994, 3 Pelajar yang terdiri dari Heather Donahue, Michael Williams, dan Joshua Leonard berkeinginan untuk membuat film dokumenter tentang 'mitos' Blair Witch di daerah Burkitsville. Mereka pun memiliki rencana untuk menelusuri serta berkemah di hutan Burkitsville yang konon katanya legenda Blair Witch terjadi di hutan tersebut. Setelah mereka mengadakan interview dengan penduduk sekitar, akhirnya rencana pun dijalankan. Mererka nekat masuk ke hutan yang memiliki sejarah menyeramkan tersebut dan tidak peduli dengan konsekuensi yang akan mereka dapatkan.





Review

Belakangan ini gw kembali tertarik untuk menikmati film-film yang menggunakan teknik mockumentary atau juga sering disebut found footage. Film mockumentary yang pertama kali gw nikmatin adalah Cloverfield yang cukup terkenal tersebut, dan gw cukup suka dengan film tersebut, walau gw mengeluhkan akan shaky camera nya yang cukup mengganggu. Dulu gw sempat mengira bahwa Cloverfield lah yang menjadi pelopor akan film-film seperti ini, tapi ketika gw mencari-cari di internet, gw baru tahu bahwa The Blair Witch Project(TBWP) lah yang membuat film mockumentary kembali digandrungi dan memiliki fanbase tersendiri. Kesuksesan luar biasa film ini menginspirasi sutradara-sutradara film untuk mengekor TBWP sehingga jangan heran kalau film-film Mocku sekarang banyak menggunakan formula-formula yang ada di TBWP, liat saja Keramat, [REC], dan film-film Mocku yang lain.

TBWP merupakan fenomena di masanya, dan memiliki banyak pengikut. TBWP juga menjadi salah satu bukti bahwa film yang memiliki low budget bisa mendapatkan kesuksesan yang luar biasa, dimana budget film ini hanyalah $60,000, dan mendapatkan penghasilan lebih dari $250 juta!! Menariknya, walau TBWP mengambil genre mystery-horror, dalam film ini sama sekali tidak ada penampakan-penampakan yang seperti film horror lainnya. Salah satu faktor yang menurut gw menarik serta rawan. Karena, di satu sisi sangat menarik untuk ditunggu, sebuah film horror tanpa penampakan-penampakan itu sangat jarang sehingga bagi gw itu cukup menarik, tapi di sisi lain, tidak dipungkiri bahwa penikmat film horror sangat menantikan sebuah penampakan-penampakan yang mampu memompa jantung mereka untuk berdetak lebih kencang. Lalu, bagaimana sang sutradara Daniel Myrick serta Eduardo Sanchez meneror penontonnya?

Menurut gw, Sang sutradara mengambil jalan yang berbeda untuk tetap bisa meneror penontonnya, yaitu dengan memainkan psikis para pemainnya serta menjadikan rasa takut ketiga artis kita tersebut sebagai teror tersendiri. Lihatlah bagaimana awalnya mereka begitu semangat, begitu berani serta masih terlihat kompak, mulai mengalami degradasi akan keyakinan serta kepercayaan akan teman masing-masing. Lelah, keberanian yang mulai luntur, serta rasa lapar yang menyiksa mereka membuat penonton, khususnya gw juga ikut merasakan apa yang mereka alami. Suasana hutan Burkitsville juga sudah barang tentu menambah kadar ketegangan kita sebagai penonton, ditambah dengan suara-suara misterius yang entah dari mana dan penemuan-penemuan yang membuat kita semakin penasaran dengan misteri yang ditawarkan film ini. Walau yang ditawarkan kedua sutradara tersebut bisa dibilang minimalis, tetapi efeknya tetap maksimal dan masih mampu membuat kita merasa diteror. Itu membuktikan bahwa film horor tetap bisa membawa kita ke dalam jurang ketakutan tanpa adanya penampakan-penampakan sekalipun. 

Artis yang bermain di film ini sengaja tetap menggunakan nama aslinya sehingga menambah kesan real yang ada. Percaya atau tidak, gw sampai nyari-nyari info di internet apakah film ini memang nyata atau fiksi. Bukti bahwa TBWP berhasil untuk membuat film yang begitu realistis. Akting dari ketiga artis kita juga tidak bisa dianggap remeh, terutama Heather Donahue. Dia benar-benar bintang nya dalam film ini sehingga gw gak ragu apabila gw menganggap Heather Donahue adalah ratu untuk film bergenre Mockumentary. Aktingnya benar-benar natural, tidak berlebihan, dan mampu menyampaikan ekspresi ketakutan, frustasi, kelelahan, dan lain-lain dengan cemerlang. Hebatnya lagi, dia tetap berakting brilian walau kita hanya mendengar suaranya. Bagian akhir ceritanya begitu mencekam ya salah satu faktor nya adalah teriakan-teriakan dari Heather. 4 jempol untuk Heather Donahue. Dan siapa pula yang bisa melupakan adegan permintaan maaf Heather yang begitu terkenal?

Pada akhirnya, gw mengerti mengapa TBWP mampu menjadi panutan serta memiliki penggemar yang cukup banyak. Cukup mengherankan mengapa film ini mendapatkan rating yang cukup rendah di IMDB.COM.. Mungkin TBWP bukanlah film horor terseram, tetapi TBWP jelas merupakan salah satu yang terbaik di genrenya..

8,2/10

Sunday 4 May 2014





 Never wiser than when we're children. They say it and it's true. We'll never see things that clear again.- Oliver Lang


Plot


Michael Faraday (Jeff Bridges) adalah profesor bidang sejarah yang spesialisasinya terorisme di Geroge Washington University.  Pada suatu hari Michael menyelamatkan seorang anak laki-laki dengan darah dengan tangannya.  Melihat kejadian itu, Michael langsung membawa anak tersebut dan membawanya ke rumah sakit terdekat.  Tidak lama kemudian, kedua orang tua anak tersebut, yang memiliki nama Brady (Mason Gamble), datang kerumah sakit dan berterima kasih ke Michael.  Tak disangka ternyata mereka yang masing-masing memiliki nama Oliver (Tim Ribbons) dan Cheryl Lang (Joan Cusack) adalah tetangga dekat Michael yang baru saja pindah.  Dengan cepat, mereka pun akrab satu sama lain.  Michael sendiri memiliki anak laki-laki yang bernama Grant Faraday (Spencer Treat Clark), Michael telah ditinggal selamanya oleh istrinya yaitu Leah Faraday (Laura Poe) dalam tugasnya sebagai agen FBI.  Karena kejadian tersebut lah Michael seakan skeptis dengan pemerintah dan sangat membenci serta paranoid semua hal yang bersinggungan dengan teroris.  Ketika mengajarpun Michael selalu menyinggung soal terorisme.  

Dan tidak lama kemudian Michael menaruh kecurigaan terhadap Oliver.  Hal tersebut disebabkan dengan salah kirimnya surat yang seharusnya dituju ke Oliver malah kesasar kerumah Michael.  Kecurigaan Michael bertambah ketika ia mengetahui bahwa nama Oliver Lang bukanlah nama aslinya.






Review


Arlington Road adalah sebuah film yang bergenre Misteri serta Thriller, disutradarai Mark Pellington dan ditulis naskahnya oleh Ehren Kruger.  Mark Pellington? Nama yang cukup asing bagi gw, termasuk nama-nama jajaran cast yang menghiasi film ini.  Praktis hanya Tim Ribbons lah yang gw kenal di film ini.  Tidak hanya itu, film ini juga kurang terkenal hingga sekarang.  Liat saja, tidak sampai 70,000 voters di imdb yang telah melihat film ini.  Sebuah angka yang cukup kecil untuk film Hollywood.  Lalu apa yang membuat gw tertarik dengan film ini?

Twist ending.  Ya, itu lah jawaban yang membuat gw tertarik untuk menonton film ini.  Lihatlah artikel-artikel yang menulis beberapa film yang memiliki twist ending edan.  Film ini pasti selalu masuk dalam list tersebut.  Sebagai informasi, gw adalah penikmat film yang sangat mencintai twist ending atau alur twist.  Rasanya senang sekali ditipu oleh sutradara di akhir film dan unsur tersebutlah yang sanggup membuat gw sulit untuk melupakan sebuah film yang memiliki twist ending.  Nah, bagaimana dengan film ini? Apakah twist endingnya memang edan seperti yang orang ceritakan?

Pertama, kita bahas dulu tentang ceritanya.  Ketika gw melihat sinopsisnya, mungkin kita langsung ingat dengan film Rear Windownya si Alfred Hitchock.  Namun apabila di Rear Window kita hanya melihat sang aktor utama hanya di apartemennya dan mengintip tetangga nya dengan kameranya, di Arlington Road kita akan diajak melihat usaha Michael mencari-cari informasi untuk mengobati rasa penasarannya, atau lebih tepatnya rasa paranoidnya.  Kita melihat seakan-akan Michael adalah seorang detektif, padahal apa yang dilakukan Michael cukup ilegal.  Sampai nekad masuk kerumah Oliver dengan kedok mau minjam telepon rumah loh! 

Sempat dibuka dengan adegan yang cukup mencekam, tensi film sedikit lambat karena bertujuan untuk menceritakan karakter-karakter yang ada.  Sedikit melelahkan karena bukan hanya alur nya yang sedikit lambat, tetapi juga dialognya biasa aja dan akting para pemain juga tidak terhitung istimewa.  Tapi semua berubah ketika Michael udah mulai curiga terhadap Oliver.  Tensi mulai lumayan naik, dan masing-masing jajaran cast mulai menunjukkan kemampuannya.  Menit demi menit, tensi film pun juga naik dan naik,  membuat film ini semakin enak untuk disaksikan.  Ibarat kita lagi dengar lagu Stairway to Heaven nya Led Zeppelin.  Awal-awalnya bosenin, tapi ketika pertengahan lagu tersebut semakin enak dan mencapai klimaksnya yang sangat berkelas.  Ya begitulah kira-kira film ini..  Tidak hanya itu, kita juga akan disuguhkan clue-clue baru serta twist-twist kecil yang semakin mencengkeram mata kita untuk terus menyaksikan film ini. Dan tibalah kita dengan akhir film yang dibumbui twist terbesar di film ini.  Ya, gw akui, film ini mampu membuat gw tersentak dan teriak "WTF!!!".  Terdengar hiperbolis? Gak juga.  Buktikan sendiri dengan menonton film ini.  Pokoknya gak salah apabila twist ending dari film ini dianggap salah satu yang shocking serta unbelievable.

Bicara akting, memang tidak ada yang spesial, tapi gw acungin jempol untuk Jeff Bridges.  Aktingnya sebagai pria yang lagi memiliki tekanan batin serta rasa curiga yang mendalam cukup berhasil bagi gw.  Dan cukup mengejutkan Tim Ribbons yang notabenenya adalah satu-satunya bintang yang terkenal di film ini malah terkesan biasa saja aktingnya.Bicara teknis, gw terkesan dengan scoring yang ada di film ini.  Benar-benar sebuah scoring yang mampu menghunting kalian setiap tensi film menaik.  Sebuah scoring sangatlah penting untuk sebuah film yang bergenre misteri seperti ini. 

Cukup disayangkan memang film ini sedikit underrated, pendapatan nya saja bisa dibilang flop.  Dan untuk kalian yang ingin mencoba film underrated yang bergenre thriller serta misteri, silahkan coba ini dan nikmatilah twist endingnya..

8/10

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!