If they had told me it was going to be fifteen years, would it have been easier to endure?- Oh Dae-Su
Writers:
Garon Tsuchiya (story), Nobuaki Minegishi (comic),
Cast
Choi Min-Sik, Yu Ji-Tae, Kang Hye-Jeong
Plot
Kita akan melihat sosok Oh Dae-Su (Choi Min-Sik) berada di
pos polisi dalam keadaan mabuk berat. Karena mabuk, Oh Dae-Su pun membuat
sedikit keributan di pos polisi. Menggoda kekasih orang, ingin pipis di pos
tersebut dll sehingga polisi sedikit kewalahan dengan tingkahnya. Dan pada
akhirnya Oh Dae-Su pun dijemput sahabatnya. Karena pulang kemalaman, Oh Dae-Su
pun menelepon anak serta istrinya untuk memberikan kabar, tanpa mengetahui
bahwa akan ada peristiwa besar yang akan menimpanya. Ya, Oh Dae-Su diculik dan
dikurung di suatu tempat yang seperti apartemen khusus untuk menahan seseorang.
Tidak tanggung-tanggung, Oh Dae-Su dikurung di tempat tersebut selama 15 tahun
lamanya! Tentu saja hal itu sangat berat untuk dilalui Dae-Su sehingga kondisi
kejiwaannya sedikit terganggu di sana. Dae-Su juga shock akan kabar yang
didapat dari TV dalam ruangan tersebut dimana kabar tersebut adalah kabar
meninggalnya istri Dae-Su dan polisi beranggapan Dae-Su lah yang membunuh
sehingga Dae-Su pun menjadi buronan.
Dae-Su tidak tinggal diam, dia pun berusaha untuk kabur dari
tempat tersebut walau harus memakan waktu yang tidak singkat. Namun, dalam
usahanya untuk kabur, tidak disangka-sangka Dae-Su dibebaskan tanpa alasan.
Dae-Su dimasukkan dalam koper dan telah berada di puncak apartemen. Dengan
kondisi psikis yang telah rusak, Dae-Su pun menjadi pribadi yang dingin dan
hanya memiliki satu tujuan, membalaskan dendam terhadap orang yang telah
menghancurkan hidupnya. Dengan bantuan Mido (Kang Hye-Jeong), juru masak
restoran yang menjadi teman Dae-Su, akhirnya Dae-Su pun menemukan pelaku
utamanya yaitu Lee Woo-Jin (Yu Ji-Tae). Bukannya merasakan ketakutan, Woo-Jin
tampak senang dengan keberhasilan Dae-Su menemukan dirinya. Woo-Jin pun tahu
apa yang dibutuhkan Dae-Su, namun informasi yang diinginkan Dae-Su tidak gratis
karena Dae-Su harus mencari itu sendiri dalam waktu 5 hari. Kalau Dae-Su gagal,
maka Mido lah yang akan terenggut nyawanya. Dan dari sinilah fakta-fakta yang
mencengangkan sekaligus tragis mulai terkuak.
Review
Oldboy merupakan film yang diadaptasi dari manga Jepang yang
berjudul sama. Oldboy sendiri merupakan film kedua dari trilogi Vengeance milik
Park Chan Wook yang legendaris itu, dan Oldboy lah yang mampu menjadi film yang
paling lantang berbicara di dunia internasional diantara film-film dari trilogi
tersebut. Oldboy bahkan disebut-sebut sebagai salah satu film terbaik sepanjang
masa dengan twist ending yang juga sangat melegenda, mungkin hampir sama dengan
twist yang dimiliki Psycho, Ussual Suspect, dan The Prestige. Ketika Oldboy
dirilis pada tahun 2003, Oldboy sempat menjadi fenomena tersendiri dan meraih
pujian-pujian di Festival Cannes, serta meraih Gran Jury Prize,dan
penghargaan-penghargaan internasional lainnya, Oldboy pun memilik
pengikut-pengikut setia sehingga status cult untuk film ini sangat wajar.
Bahkan sutradara sekaliber Quentin Tarantino pun memberikan standing ovation
untuk film ini..!
Gw sendiri mulai memperhitungkan keberadaan film-film Korea
Selatan setelah menonton film ini. Ya, film ini membuka mata gw bahwa film-film
dari Negeri Ginseng tersebut tidak hanya diisi dengan genre melodrama yang
digandrungi kaum hawa remaja, tapi juga diisi dengan film thriller berdarah
seperti Oldboy ini. Dan kualitasnya juga sangat mengagumkan, seperti I Saw the Devil,
No Mercy dan lain-lain sehingga kualitas akan film thriller buatan Korsel sudah
menjadi jaminan tersendiri bahwa film tersebut bukanlah film kacangan.
Oldboy sendiri tidak hanya menceritakan tentang pembalasan
dendam saja, karena dendam hanya lah sebuah fondasi dasar cerita dalam film
ini. Ketika kita mulai memasuki menit demi menit, kita akan menemukan juga unsur-unsur
sosial yang mungkin sensitif bila dimasukkan dalam film, unsur yang sedikit
sulit untuk diterima oleh para penonton awam. Makanya, Oldboy bukanlah film
yang cocok untuk ditonton oleh kalangan manapun. Film ini hanya bisa diterima
oleh penikmat film yang pemikirannya terbuka dan mampu melahap setiap isi yang
ditawarkan film ini. Selain unsur sosial nya yang sensitif, Oldboy juga dibingkai
dengan kekerasan tingkat tinggi selayaknay film-film dendam lainnya, namun
kekerasan tersebut tidak hanya menjadi ‘pemanis’ saja, karena adegan kekerasan
dalam Oldboy bagi gw sendiri merupakan suatu hal yang dibutuhkan untuk
menguatkan jalinan cerita yang ada. Adegan-adegan kekerasan tersebut juga bisa
dibalut oleh sang Sutradara dengan keren serta meyakinkan sehingga cukup
berbeda dengan film-film bertemakan dendam lainnya. Tidak hanya kekerasan,
adegan sex yang vulgar juga dapat kita temukan dalam film ini yang sialnya
tidak bisa kita lewatkan karena lagi-lagi hal tersebut ternyata menjadi bagian
penting dalam cerita Oldboy. Cukup jarang bukan adegan sex menjadi suatu bagian
yang tidak terpisahkan dalam sebuah film?
Jalinan-jalinan misteri yang ditawarkan film ini juga
tentunya sangat menarik untuk kita ikuti. Siapa sih yang tidak penasaran dengan
alasan di balik sang pelaku yang begitu teganya mengurung Dae-Su selama 15
tahun lamanya? Dan kenapa juga Dae-Su dibebaskan begitu saja? Semua itu akan
terjawab kita mengikuti petualangan Dae-Su ditemani dengan Mido, walau menurut
gw disitulah satu kekurangan dalam film ini dimana perjalanan Dae-Su untuk
memecahkan misteri serta rasa penasarannya tersebut cukup membingungkan dan
kurang mendetil di jabarkan karena Park Chan
Wook memilih untuk mengemasnya dengan pacing yang cepat. Tapi bukan berarti pemecahannya menjadi terkesan tidak masuk akal, karena apabila kita renungkan kembali hal tersebut bisa saja terjadi karena sang pelaku juga ‘ikut’ membantu penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh Dae-Su.
Wook memilih untuk mengemasnya dengan pacing yang cepat. Tapi bukan berarti pemecahannya menjadi terkesan tidak masuk akal, karena apabila kita renungkan kembali hal tersebut bisa saja terjadi karena sang pelaku juga ‘ikut’ membantu penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh Dae-Su.
Oldboy juga memiliki kelebihan yang masih sedikit dimiliki
oleh film-film Asia yaitu Sinematografi. Jarang-jarang gw membahas film untuk
membahas sinematografi namun untuk Oldboy gw buat pengecualian karena suatu hal
yang menakjubkan bila film Asia memiliki sinematografi level wahid. Dari adegan
awal saja kita telah disuguhkan sebuah scene hujan di malam hari yang begitu
memanjakan mata, setiap sudut kamar tempat Oh Dae-Su dikurung pun juga unik dan
artistik dimana dalam kamar tersebut juga ada sebuah lukisan yang aslinya
dibuat oleh pelukis asal Belgia, dan masih banyak lagi adegan-adegan yang
diimbangi dengan sinematografi yang sangat indah.
Namun, kelebihan Oldboy juga tidak hanya di bidang
sinematografi, melainkan lantunan-lantunan musik di Oldboy juga memberikan
nilai plus untuk film ini. Ya, musik-musik yang melantun dalam Oldboy ini juga
membantu untuk membuat scene demi scene di Oldboy terasa mengena dan sangat
sulit untuk dilupakan sehingga sedikit banyak dari scene tersebut menjadikan
scene itu ikonik dan begitu melekat di hati penikmat film. Ambil contoh
perkelahian Dae-Su vs Puluhan orang di sebuah lorong. Scene tersebut sangat
terasa intens nya tidak hanya karena pertarungan tersebut realistis tapi juga
karena melantunnya scoring yang ikut membantu suasana yang menegangkan tersebut
sehingga scene pertarungan tersebut tidak hanya menjadi ikonik namun menjadi
favorit bagi setiap orang, termasuk gw.
Puncaknya adalah ketika twist nya muncul di permukaan. Scoring yang diputarkan
ketika adegan reveal tersebut sangat sangat sangat cocok dengan situasi yang
ada sehingga menambah kesan tragis serta ‘sakit’ nya twist tersebut. Mungkin
banyak twist ending film yang lebih baik dari Oldboy, tapi bagi gw twist ending
yang dimiliki Oldboy sangatlah berkesan. Karena apa? Tidak hanya karena
twistnya yang memang mengejutkan tapi cara Park Chan Wook mengungkapkan twist
tersebut dengan memainkan scoring tersebut lah yang membuat gw yakin bahwa
Oldboy adalah film dengan ending paling berkesan menurut gw.
Tapi segala kelebihan-kelebihan tersebut akan hambar rasanya
bila Oldboy tidak diselingi dengan akting-akting yang menakjubkan. Ya, sekali
lagi, Oldboy memiliki hal tersebut. Beruntunglah Oldboy memiliki jajaran cast
sehebat Choi Min-Sik, karena apabila bukan beliau yang main, mungkin film
Oldboy tidak akan sefenomenal sekarang. Akting total dari Choi Min-Sik yang
memerankan Oh Dae-Su jelaslah patut diapresiasi. Transformasi karakter yang
dialami oleh Dae-Su secara (hampir) sempurna diperankan oleh Min-Sik. Kita
sebut satu per satu, dari ekspresi pria paruh baya yang mabuk, ketakutan,
pemarah, muka dingin penuh dendam, dan tentunya ekspresi ketika film beranjak
mau berakhir lah yang paling memorable, semuanya mampu diperankan oleh nya
dengan (hampir) sempurna sehingga apa yang ditampilkan oleh beliau seolah nyata
untuk kita yang menyaksikan. Sungguh, Min-Sik seolah menyatu dengan karakter
Dae-Su itu sendiri. Karakter Dae-Su juga sangat mengundang simpati walau Dae-Su
bukanlah sosok yang sebenarnya mudah untuk disenangi, namun walau karakter
Dae-Su bukanlah sosok protagonis yang benar-benar putih, kita pun mau tak mau
menaruh simpati akan karakter Dae-Su dan itu juga berkat dukungan akting yang
memukau dari Dae-Su. Dengan akting yang hebat itu pulalah, begitu banyak adegan
yang sangat ikonik dalam film ini, seperti memakan gurita hidup-hidup,
transformasi kegilaannya dalam kamar kurungannya, perkelahian dalam lorong, dan
lain-lain. Akting nya yang total inilah yang membuat aktor ini begitu dikagumi
di Korea Selatan, bahkan dunia! Min-Sik juga mendapatkan lawan akting yang
setimpal dari aktor juniornya yaitu Yu Ji-Tae. Sosok Lee Woo-Jin yang terkesan
misterius, kompleks serta tenang dan dingin juga berhasil diinterpretasikan
oleh Ji-Tae dengan cemerlang.
Akhir kata, Oldboy adalah sebuah film yang WAJIB kalian
tonton buat yang mengaku sebagai pecinta film, karena Oldboy adalah sebuah
keharusan yang tidak boleh dilewatkan. Percayalah, Oldboy akan memberikan
kalian pengalaman menonton yang sangat berkesan sehingga sulit untuk dilupakan.
Dengan tema dendam serta unsur-unsur sensitif di dalamnya yang membuat film ini
gila serta kelam, grafis atau konten kekerasan yang dibalut secara tidak biasa
dan tentunya twist ending yang siap menghenyakkanmu, Oldboy adalah salah satu
contoh sempurna sebagai film bertemakan dendam yang sanggup mengikatmu sampai
akhir, dan percayalah, kalian tidak akan mudah untuk melupakan film ini.
0 komentar:
Post a Comment