Sunday 26 February 2017




Telah menjadi rahasia umum bila film pemenang Best Picture di ajang perfilman no.1 yaitu Academy Awards tidak lah selalu menjadi yang terbaik bila dipandang dalam segi kualitas. Banyak sekali berbagai kontroversi perihal pemenang yang layak dalam sejarah Oscar, sebut saja seperti dua kalinya film karya dari Martin Scorsese mendapatkan "ketidak adilan", yaitu Raging Bulls yang kalah dari The Ordinary People dan tentu Goodfellas yang harus mengakui kekalahan dari Dance of the Wolves. Siapa juga yang melupakan kemenangan The Shakespheare in Love atas epic war movie-nya Steven Spielberg, Saving Private Ryan, dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Poinnya, bukan sekedar kualitas sebuah film yang menjadi dasar penilaian utama, karena banyak sekali berbagai pertimbangan dari para juri Oscar untuk menjatuhkan siapa yang berhak mendapatkan kehormatan menjadi pemenang Best Picture. Mengenai mengapa saya hanya membahas kategori Best Picture saja ya karena tidak semua film yang menjadi perwakilan di berbagai kategori telah saya tonton.

Maka dalam penilaian saya yang pertama mengenai Oscar ini, saya akan menilai dari 2 sisi, yaitu secara objektif dan juga tentunya subjektif. Untuk teman-teman yang belum tahu film apa saja yang berkesempatan untuk membawa pulang piala emas dalam kategori Best Picture, bisa dilihat list di bawah ini.


1. Arrival
2. Fences
3. Hacksaw Ridge
4. Hell or High Water
5. Hidden Figures
6. La La Land
7. Lion
8. Manchester by the Sea
9. Moonlight

Baik, mari penilaian di mulai. Bila diambil dari sisi kacamata objektif berlandaskan sejarah-sejarah pemenang Best Picture sejauh ini, juga selera dari para juri Oscar, film yang berpotensi menjadi pemenang adalah La La Land dan Moonlight. Ini murni pendapat saya, dan saya mengambil kesimpulan tersebut kembali lagi berkcamata dari berbagai pemenang Best Picture sebelumnya. La La Land merupakan front runner terdepan, dimana La La Land telah merebut hampir semua penghargaan di kategori serupa dalam ajang penghargaan film selain Oscar. Dan bukan rahasia lagi jika para juri Oscar sedikit "lunak" terhadap film bergenre Musikal. Film Chicago merupakan bukti shahih nya, maka jika film yang tidak sampai ke taraf luar biasa seperti Chicago saja mampu menang, bisa ditebak bagaimana nasib La La Land di Oscar tahun ini. Bukan hanya sajian magis yang senantiasa membingkai dalam hitungan menit, juga kadar cerita yang terhitung ringan namun berkualitas dari La La Land yang membuatnya film ini mungkin yang paling rewatchable di antara kandidat lainnya.


Lalu, bagaimana dengan Moonlight? Memang membutuhkan keajaiban untuk menghadang kemenangan La La Land di kategori ini, tetapi bukan juga mustahil karena Moonlight tetaplah jenis film yang disukai para juri Oscar. Minoritas, juga cerita mengenai karakter berkulit hitam selalu memiliki kesempatan untuk meraih kemenangan. Bisa dilihat kembali bagaimana 12 Years Slave mampu mengalahkan Gravity yang notabenenya menjadi unggulan pada kala itu. Tidak ketinggalan juga bagaimana para kritikus begitu mencintai Moonlight. Bukan main-main, Moonlight mendapatkan nilai yang hampir sempurna di Rotten Tomatoes maupun Metacritic. Tentunya akan menjadi kejutan menyenangkan sih bila Moonlight mampu meruntuhkan kedigdayaan La la Land di ajang Oscar tahun ini.


Cukup penilaian objektifnya, mari berpindah ke penilaian yang subjektif. Tentunya saya memiliki klasifikasi dalam mengambil kesimpulan seperti seberapa besar enjoy saya dalam menonton filmnya, kualitas dalam cerita dan nilai paling penting adalah film yang paling meninggalkan kesan paling besar. Moonlight tentu salah satu nya. Betapa bagaimana Barry Jenkins mengisi 110 menit nya begitu padat akan cerita yang mampu mengaduk emosi penontonnya melihat sang karakter utama yang tampak amat tersiksa dengan keadaan hidupnya. Perhatikan chapter ketiganya, Black, dimana dengan kesunyiannya Barry Jenkins menyajikan percakapan awkward yang penuh akan emosi, tanpa harus diisi dengan musik yang menyentuh. 
Pilihan selanjutnya adalah Hell or High Water. First, I don't like Western movie so much, maka ketika saya begitu menyukai Hell or High Water yang notabenenya mengusung genre tersebut, tentu ada poin plus dari film yang disutradarai David Mackenzie ini. Hell or High Water tetap seperti film western lainnya. Penuh dengan adegan sunyi tanpa letupan berlebih, juga pergerakan plotnya yang cenderung lambat. Nah disini kejelian Mackenzie, dengan memberikan karakterisasi yang menarik untuk para pemeran utamanya. Tidak hanya itu, paruh akhir Hell or High Water disajikan sangat berkelas, dimana momen terbaik tentu ketika karakter Chris Pine berkonfrontasi langsung dengan karakter Jeff Bridges. Watch it if you have a taste like me. Namun ada satu film yang sangat saya harapkan mampu menjadi film yang terbaik menurut Oscar tahun ini. Film tersebut tidak lain tidak bukan


Yap, Arrival. Bila teman-teman telah membaca review lengkap saya mengenai karya terbaru dari Dennis Villeneuve ini (review lengkap disini), teman-teman pasti mengetahui betapa saya mengagumi nan mencintai film ini. Tidak hanya karena begitu piawainya Villeneuve menjadikan genre science fiction nya sebagai fondasi untuk menyampaikan maksud sebenarnya, tetapi juga beberapa nilai-nilai yang ada di dalam nya, sehingga setiap menit yang berjalan seolah memiliki perannya dan tidak ada yang sia-sia. Dan tidak ada film di tahun 2016 yang mampu meninggalkan kesan mendalam seperti Arrival.


Lalu, bagaimana peluang Arrival sendiri untuk menjadi pemenang di kategori Best Picture tahun ini? Cukup kecil. Kabar mengenai juri Oscar tidak begitu menyukai film bergenre science fiction tampaknya memang benar adanya, seperti kegagalan Gravity pada tahun 2013 dalam menrebut piala Oscar. Saya pun masih kesal dengan kenyataan Amy Adams yang tidak dimasukkan sebagai nominasi di kategori Best Actrees. Snub terbesar di tahun ini tentu saja. Tentu saya akan begitu bahagia bila Arrival bisa meruntuhkan rahasia umum itu, tapi tampaknya sangat sulit.

Kesimpulannya, kemenangan La La Land di kategori Best Picture tampaknya telah menjadi hal yang pasti. La La Land jelas bukan lah film yang buruk, bahkan La La Land memberikan pengalaman menonton yang menyenangkan. Tetapi bila ditilik dari kualitas, jelas La La Land berada di bawah beberapa level dibanding Arrival, Moonlight, dan Hell or High Water.

Pendapat Anda sendiri?


0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!