Wednesday 27 November 2019

"This world is about the power of the sword and coin. If that sword can destroy humans, you could conquer the world with it. If you're the greatest thief in the world, you have to steal the world"

Plot

Bersetting pada era Sengoku, dimana peperangan merebut wilayah satu sama lain terjadi di berbagai wilayah Jepang, menyebabkan tersebarnya berbagai kesulitan di semua tempat. Tidak terkecuali Provinsi Kaga yang diserang kemiskinan akibat kekeringan, kelaparan dan terjangkit wabah penyakit yang mengakibatkan kematian. Karena itu, pemimpin provinsi Kaga, Daigo Kagemitsu melakukan kesepakatan dengan dua belas iblis. Daigo meminta kesejahteraan dan kekuasaan pada wilayahnya, dengan rela menyerahkan semua yang ia punya sebagai bayarannya. 

Pada saat bersamaan, istri Daigo, Nuinokata, sedang dalam proses melahirkan. Dan tidak lama setelah Daigo mengadakan kesepakatan dengan para iblis tersebut, anak pertama mereka pun hadir di dunia. Namun tragisnya, anak pertama mereka lahir dengan mengenaskan, dimana ia lahir tanpa organ tubuh seperti mata,  telinga, kulit, hidung, tangan dan kaki, namun ia tetap menghembuskan nafas. Ketika Daigo melihat sang anak, Daigo pun merasa yakin jika kesepakatannya dikabulkan oleh dua iblis dan memerintahkan dukun beranak yang membantu istrinya melahirkan untuk membunuh anak tersebut. Tentu Nuinokata menolak, namun Daigo tetap pada keputusannya.



Dikarenakan tidak tega, dukun beranak tersebut memilih membuang si anak di sungai ketimbang membunuhnya, dengan menyerahkan keberuntungan si anak sepenuhnya pada Buddha. Taktir pun mempertemukan nya dengan Jukai, mantan bawahan Raja Shiba yang kini berprofesi sebagai dokter ahli prostetik. Jukai merasa kasihan dengan kondisi yang dialami oleh anak tersebut sehingga memutuskan untuk merawatnya serta memberikan anggota tubuh prostetik padanya. Jukai pun memberikan nama untuknya Hyakkimaru. 

16 tahun kemudian, Hyakkimaru telah menjadi ronin dengan kemampuan di atas rata-rata berkat latihan yang diberikan oleh Jukai. Tujuan Hyakkimaru hanya satu, yaitu memburu para iblis atau siluman. Dalam perjalanannya, Hyakkimaru bertemu dengan pencuri cilik bernama Dororo, yang diselamatkan nya dari serangan siluman. Melihat kehebatan Hyakkimaru, Dororo pun memutuskan untuk menemani Hyakkimaru mengembara seraya mengharapkan keuntungan dari setiap siluman yang nantinya akan dibasmi oleh Hyakkimaru. 




Review

Melihat premisnya, seketika saya teringat film dari Joko Anwar terbaru, Perempuan Tanah Jahanam, yang memiliki sedikit kemiripan dari kutukan dan bayi yang lahir cacat. Apakah bang Joko terinspirasi dari Dororo, mengingat kisah Dororo hasil karya dari Osamu Tetzuka ini telah ada semenjak tahun 60an, kita tidak pernah tahu. Yang jelas, dengan premis nya tersebut telah menanamkan rasa ketertarikan saya untuk mencoba mengikuti anime nya. 

Dengan 24 episode, Dororo didominasi akan cerita Hyakkimaru berusaha mengalahkan para siluman yang ia temui. Tersibak fakta pula jika ia mampu membasmi siluman tertentu, Hyakkimaru akan mendapatkan satu demi satu organ tubuhnya kembali. Pada saat menyelamatkan Dororo pertama kali saja, Hyakkimaru mendapatkan wajahnya kembali tidak lama setelah mengalahkan si siluman. Pada awal hingga pertengahan, kisah Dororo harus diakui cukup repetitif. Hyakkimaru dan Dororo berkunjung di suatu wilayah, dan akan bertarung dengan siluman yang mendiami di wilayah tersebut. Kisah pun hampir selalu berakhir dengan kemenangan Hyakkimaru, dan kita pun akan bertanya, bagian tubuh mana yang akan didapatkan oleh Hyakkimaru. Mudah beranggapan jika episode-episode tersebut terkesan filler, namun setelah mengakhiri 24 episode yang ada, saya akhirnya mengerti mengapa Dororo memiliki jalan kisah seperti ini. 

Perjalanan Hyakkimaru memang didominasi dengan pertarungannya dengan para siluman, namun bersamaan pula, Hyakkimaru sedang melakukan pertarungan dengan ayahnya sendiri, Daigo Kamitsu. Daigo merupakan orang paling bertanggung jawab yang menyebabkan Hyakkimaru harus menderita semenjak kecil. Akibat kesepakatan yang ia lakukan bersama dua belas iblis, Hyakkimaru harus menjadi tumbal. Dengan semakin banyak siluman yang ia kalahkan, semakin dekat pula Hyakkimaru mampu mengalahkan Daigo. Ya, ini adalah kisah seorang pria yang ingin merebut apa yang seharusnya ia miliki, dan dengan keinginan tersebut, Hyakkimaru bersedia melawan ayahnya sendiri, yang bekerja sama dengan para iblis. Kalimat sederhananya, Hyakkimaru sedang berperang melawan dunia.

Wilayah-wilayah yang dikunjungi, Hyakkimaru dan Dororo akan selalu mendapati suatu tempat yang menjadi korban dari situasi perang yang terjadi. Kemiskinan serta kelaparan mengakibatkan banyak jatuh korban yang meninggal, anak-anak menjadi yatim piatu dan masyarakat yang masih hidup harus mencari segala cara untuk tetap bertahan. Tidak hanya itu, penyakit pun tidak jarang menyerang di suatu tempat. Kondisi yang penuh akan keputusasaan ini lah yang menyebabkan suatu individu rela melakukan apapun. Daigo tidak sendiri, karena di berbagai wilayah lain, masih ada pemimpin yang tidak sungkan untuk melakukan pengorbanan demi kemakmuran wilayah nya.

Hyakkimaru dan Dororo akan sering berjumpa fakta sebuah tragedi naas yang terjadi. Selalu akan ada rahasia kelam yang tersimpan di suatu wilayah yang kelak akan mereka temui. Contohnya pada Moriko arc yang berhasil memberikan efek mendalam bagi Hyakkimaru dan Dororo. Tergambar jelas luka dalam akibat perang sehingga mampu memaksa seseorang harus mengorbankan apa yang paling berharga di dalam diri mereka.  Moriko arc sendiri ditutup dengan momen memorable yang berhasil membuat arc ini menjadi fan favorite dalam anime Dororo.

Membahas Dororo tidak akan bisa lepas dari motif para karakter, yang bagi saya merupakan aspek terkuat untuk anime ini. Masing-masing karakter memiliki motif sehingga rela melakukan tindakan seberat apapun demi keyakinan yang dimiliki. Ambil contoh Daigo. Mudah saja membenci tindakannya, karena pada kenyataannya, setiap konflik dan penderitaan yang dialami oleh karakter-karakter utama di Dororo tidak bisa dilepaskan karena keputusan dari Daigo. Namun, apa yang mendorong Daigo hingga nekad melakukan kesepakatan bersama iblis juga tidak bisa kita salahi sepenuhnya. Memang, niat utamanya adalah untuk menasbihkan dirinya menjadi penguasa, namun, kenyataannya dengan kesepakatan yang ia lakukan, wilayah yang ia kuasai ternyata menjadi salah satu sedikit wilayah yang makmur, kaya dan rakyatnya sejahtera.  Tentunya semua ini berkat pengorbanan yang dilakukan Daigo.

Namun yang menjadi masalah, apa yang telah dikorbankan Daigo, Hyakkimaru, masih hidup dan semakin hari semakin kuat untuk bisa mengambil kembali bagian tubuhnya. Terlebih, setiap kali Hyakkimaru mengalahkan siluman dan mendapatkan anggota tubuh, maka provinsi Kaga sedikit demi sedikit harus mengalami bencana kembali. Kekeringan dan wabah penyakit juga kembali melanda. Hyakkimaru pun memiliki alasannya tersendiri. Ya siapa coba yang bisa menerima kenyataan harus hidup minus organ-organ tubuh layaknya manusia normal? Tentu saja Hyakkimaru ingin melihat, berbicara, dan mengendus sesuatu seperti manusia lainnya. Ketika ia memiliki kesempatan untuk merebut kembali apa yang seharusnya ia miliki, tentu Hyakkimaru tidak akan tinggal diam.

Situasi inilah yang seketika memberikan pergelutan batin untuk penonton. Kita kesulitan untuk mendukung tindakan setiap karakter. Pada awalnya, gampang saja kita menaruh dukungan untuk Hyakkimaru dan berharap ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Namun berkembang dari episode ke episode, kita pun menyadari jika setiap kali Hyakkimaru menginjakkan kaki di suatu tempat, tidak jarang tempat tersebut akan diterpa kesialan. Eksistensi Hyakkimaru juga memberikan efek besar atas kesusahan yang dialami Provinsi Kaga. Ditambah lagi, semakin sering Hyakkimaru membantai siluman, jiwa kemanusiaannya juga ikutan terkikis sedikit demi sedikit. Dan berjalannya waktu pun Hyakkimaru harus terjebak dalam situasi dimana ia harus pula membunuh sesama manusia. Apakah kehadiran Hyakkimaru benar-benar memberikan kesialan dan sebaiknya ia "hilang" saja?

Hyakkimaru pun mendapatkan rival sepadan, Tahomaru, yang tidak lain tidak bukan adik kandungnya sendiri. Saya sempat menduga awalnya jika Tahomaru tidak lain hanya lah bocah egois layaknya antagonis pada umumnya. Namun ternyata tidak demikian. Malahan, Osamu Tetzuka memposisikan Tahomaru layaknya hero yang sebenarnya disini. Ia pangeran yang pengertian, perduli terhadap rakyatnya dan rela berjuang sendiri kala mereka kesulitan. Hubungan dekat dengan dua pengawal pribadi nya, Mutsu dan Hyogo juga memberikan pendalaman karakter untuk Tahomaru. Karakterisasi ini semakin membingungkan penonton untuk memberikan dukungan kepada siapa. Memang, ada momen dimana Tahomaru terlihat bak samurai kejam, namun itu hanya ia tunjukkan kepada Hyakkimaru. Setiap tindakannya memang murni untuk menjaga kesejahteraan rakyatnya. Berbeda dengan Hyakkimaru karena di pertengahan episode, Hyakkimaru bertransformasi menjadi anti hero setelah dalam suatu arc, ia benar-benar tidak perduli dengan apa yang terjadi pada suatu desa akibat tindakan yang ia lakukan. Secara perlahan, Hyakkimaru bisa saja menjadi iblis sepenuhnya.

Disinilah fungsi peran Dororo unjuk gigi. Pertama, Dororo menyuntikkan banyak energi positif untuk anime ini. Anime Dororo begitu kental akan atmosfir kelamnya, juga kepribadian Hyakkimaru terlalu gloomy serta keterbatasan bicara nya juga menambah kesan tersebut. Namun berkat Dororo, perjalanan Hyakkimaru menjadi tidak membosankan. Tetzuka pun juga memberikan pendalaman untuk Dororo, sehingga ia jatuhnya tidak menjadi side kick normal saja. Akan ada penggemar yang tidak menyukai Dororo karena terlalu seringnya berteriak "Aniki" dan tidak jarang menempatkan mereka berdua dalam situasi bahaya, namun keberadaan Dororo bagai pengingat untuk Hyakkimaru jika ia adalah manusia. Terkadang juga Dororo menampilkan kedewasaannya berkat pengalaman hidupnya yang pahit. Tercipta nuansa yang menarik akan hubungan Hyakkimaru-Dororo dan semakin jauh perjalanan mereka, semakin tersadar juga untuk mereka berdua jika mereka saling membutuhkan.

Saya sangat menyukai konflik yang terjadi dalam Dororo. Namun sayang, anime ini tidak terlepas dari kekurangan yang cukup mengganggu. Pertama, struktur "monster of the week" nya menyebabkan kental nya kesan filler. Misal pada satu episode, ada satu kejadian yang cukup monumental dan berpengaruh besar untuk Hyakkimaru dan Dororo, namun setelah nya, kejadian tersebut seolah tidak terjadi karena tidak diungkit kembali. Tidak jarang saya merasa apakah saya menonton episode yang benar atau tidak karena keanehan ini.

Pacing Dororo juga cukup parah. Saya sebenarnya bukanlah tipe penonton yang terlalu kritikal terhadap pacing, namun apa yang tersaji dalam Dororo memang susah untuk dinafikan. Transisi antar adegan ke adegan lain terasa kasar, sehingga banyak kejadian yang terasa menggantung. Belum sempat menonton untuk meresapi suatu kejadian, namun adegan nya telah berpindah ke situasi yang lain. Tentu saja ini cukup mengganggu bagi saya dalam mencoba untuk mendalami kisahnya. Untungnya permasalahan pacing ini hanya terasa di 10 episode awal, karena mendekati akhir, pacing yang ada tidak terlalu kenikmatan menonton saya.

Pertarungan yang terjadi dalam Dororo juga tidak memiliki koreografi yang mind blowing, namun bagi saya ini tidak menjadi masalah karena toh dengan narasi yang mendasarinya saja, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat saya perduli dengan adegan fight nya, terutama ketika Hyakkimaru dan Tahomaru harus beradu pedang.

Overall, Dororo mungkin tidak akan menjadi anime instant classic, namun berkat konflik cerita yang sangat menarik dan membuat saya tidak sabar untuk segera mengakhirinya, Dororo memberikan pengalaman menonton yang cukup berkesan. Untuk Anda yang menyukai anime bertemakan dark fantasy dengan sentuhan sejarah samurai Jepang, Dororo adalah tontonan yang wajib untuk Anda.

8/10

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!