Saturday 23 November 2019

"When you have a secret, you're careful with the secrets of others"- Mitsuko

Plot

Izumi (Megumi Kagurazaka) merupakan istri dari penulis terkenal, Yukio Kikuchi (Kanji Tsuda). Mungkin publik menganggap kehidupan Izumi sangat bahagia karena memiliki suami sukses seperti Yukio, namun faktanya, Izumi harus menjalani kehidupan monoton sebagai istri dari Yukio. Kehidupannya senantiasa sama, dari menyuguhkan teh hingga merapikan sendal saat Yukio pergi maupun pulang. Semuanya selalu berjalan sama, hingga Izumi hapal betul aktivitas yang dilakukan Yukio. Sampai suatu hari, Izumi mendapatkan tawaran untuk menjadi model majalah dewasa. Disisi lain, detektif Kazuko (Miki Mizuno) tengah menangani kasus pembunuhan mutilasi yang terjadi di distrik Maruyama-cho, pusatnya hotel cinta di wilayah Shibuya, Tokyo.



Review

Guilty of Romance merupakan film ketiga dari trilogi Hate milik Sion Sono, sutradara asal Jepang yang memiliki reputasi dengan film-film nya yang disturbing akibat keberaniannya dalam menyajikan film nya dengan grafis kekerasan serta seksual tingkat tinggi, dipadu pula dengan tema film nya yang kelam.  Sono pun dengan santai juga menambahkan elemen-elemen tabu dalam menuturkan kisahnya. Dengan reputasi seperti ini, tidak heran jika Sion Sono memiliki pengikut setia  tersendiri yang selalu menantikan film-film karya dari nya. Bagi saya sendiri, walau telah sering mendengar citra sutradara satu ini, baru sekarang saya tergerak untuk mencoba karya filmnya. Dan Guilty of Romance merupakan film dari Sono yang pertama kali saya cicipi.

Dari menit awal film ini berjalan, atmosfir tidak nyaman sudah menghampiri, bahkan sebelum detektif Kazuko menginjakkan kaki nya di ranah tkp pembunuhan.  Di lokasi tkp nya sendiri, kita sudah disuguhkan sajian gambar demi gambar yang membuat bulu kuduk saya berdiri, terutama gambar dimana sosok manekin di atas. Tersibak pula fakta jika pembunuhan ini bukanlah kasus yang biasa. Terdapat bagian-bagian tubuh terpisah korban yang disambung dengan boneka. Iya, hanya dengan beberapa menit saja, saya bisa mengerti mengapa Sion Sono sering disebut sebagai sutradara yang gila. 

Setelah disajikan penampakan yang mencekam ini, Guilty of Romance mulai berjalan secara non linear. Sono membagi kisahnya dalam 5 chapter, dan pada chapter pertama adalah kita berkenalan dengan Izumi dan menyaksikan kisah hidupnya dalam menjalani peran nya sebagai istri. Pada chapter ini, Sono sengaja menjalankan narasinya dengan repetitif supaya penonton mampu merasakan betapa monotonnya keseharian dari Izumi. Bayangkan saja, Izumi harus melakukan kegiatan yang sama berulang kali di setiap hari, hingga hal terkecil seperti merapikan sendal supaya bisa langsung dipakai ketika sang suami pulang ke rumah. Entah berapa kali Sono memfokuskan gambar pada sendal tersebut, dan juga beberapa pembagian gambar pun disengaja dengan mengambil angle yang sama pula. Cara ini terbukti efektif supaya penonton ikut merasakan kebosanan yang sama seperti Izumi rasakan.

Ada hasrat dan keinginan yang besar dalam diri Izumi, yang ia curahkan dalam jurnal nya, namun harus terpenjara sebab perannya sebagai istri. Memang, sebagai istri, sudah menjadi kewajiban Izumi untuk melayani sang suami, namun disini kita bisa merasakan jika Izumi malah sama sekali tidak diperlakukan sebagai istri, yang ada malah jatuhnya Izumi bagaikan pembantu untuk suaminya. Dalam jurnal yang ia tulis, terungkap jika Izumi ingin sekali melakukan banyak hal, namun sekali lagi, harus terpendam sehingga ia harus menjalani hidup yang membosankan. 

Keinginan Izumi untuk melakukan sesuatu yang baru seolah mendapatkan angin segar kala tiba-tiba ia mendapatkan tawaran untuk menjadi model di majalah dewasa. Walau sempat enggan pada awalnya, namun Izumi pun akhirnya tertarik untuk mengambil tawaran tersebut. Lambat laun, pekerjaan baru nya ini menjadi lembar baru untuk Izumi. Kehidupan sehari-hari nya secara otomatis membuat Izumi menjadi kaku atau lebih tepatnya kurang ekspresif, namun dengan pekerjaan baru nya, lambat laut Izumi berhasil tampil lepas bagai burung lepas dari sangkarnya. Ia memiliki keberanian untuk melakukan apa yang ia inginkan.

Secara perlahan, Sono membangun kedekatan antara Izumi dengan penonton. Mudah untuk memahami motif dari Izumi setelah kita turut menyaksikan dari berbagai kilasan aktivitas sehari-hari nya. Ada rasa kasihan dan muak saat Izumi yang telah menjadi istri yang setia dan begitu penurut, malah eksistensi nya seolah dianggap tidak ada. Namun, saat Izumi mulai semakin menikmati kehidupan nya yang baru, ada pula rasa cemas apa yang akan terjadi pada Izumi nanti nya. Meski Izumi terlihat begitu menikmati, namun sebagai penonton, saya mengetahui kebahagiaan Izumi tidak akan bertahan lama. Tanpa sadar, rasa simpati saya telah tercipta untuk karakter ini.

Berawal dari suatu kejadian, Izumi pun akhirnya berjumpa dengan Mitsuko (Makoto Togashi) dan dari sini lah Izumi mulai merasakan gelapnya dunia yang tengah ia jalani. Cerita pun mulai mengalami transisi, dari kental nya aroma drama hingga perlahan atmosfir horror mulai mengambil alih. Dari sini, Guilty of Romance tidak mudah dinikmati berkat misteriusnya karakter Mitsuko. Meski tampak dari permukaan, Mitsuko tidak jauh berbeda seperti Izumi, namun Mitsuko terlihat manipulatif, lengkap dengan tingkah laku nya yang tidak bisa ditebak. Terlihat kabur apakah intensi nya ingin membantu Izumi atau malah sebaliknya.

Tampak jelas Sono ingin memperlihatkan jika setiap orang pasti memiliki sisi gelap nya masing-masing, namun sisi tersebut harus terpendam akibat benturan moral atau pun konsekuensi yang harus dihadapi. Contohnya saja disini kita diperlihatkan seorang istri yang normal-normal saja, namun dalam dirinya memiliki hasrat seks yang kuat juga liar. Seks menjadi pintu keluar dari rutinitas monoton yang ia jalani. Sono juga tanpa malu-malu menghadirkan adegan-adegan seks nya, sehingga bukan lah pilihan yang bijak jika Anda ingin menyaksikan film ini dengan keluarga Anda. Eksplorasi mengenai dunia PSK ikut pula menjadi sasaran Sono, dimana disini muncul "opini" menarik dari nya yang tersampaikan lewat barisan dialog dari Izumi ataupun Mitsuko.

Mendekati akhir, instensitas semakin meninggi, hingga nanti kita pun mendapati fakta yang miris dan menyakitkan, setidaknya untuk saya. Tidak sadar, rasa marah saya rasakan ketika mengetahui twist sehingga mendistraksi saya sepenuhnya jika twist ini sedikit terasa dipaksakan. Rasanya terlalu kebetulan jika adegan tersebut semuanya telah direncanakan. Guilty of Romance sebenarnya bisa menutup konklusi nya dengan powerful, meninggalkan kesan yang dalam karena cerita nya telah solid, namun Sono lebih memilih untuk sedikit pelit ketimbang menceritakan kejadian yang sesungguhnya.

SPOILER

Pada pertengahan cerita, telah terungkap jika mayat yang ditemukan oleh detektif Kazuko adalah Mitsuko. Dan Sono pun mengindikasikan bila Izumi adalah pelaku dari pembunuhan tersebut. Setelah mengetahui fakta bila suaminya, Yukio Kikuchi ternyata tidak lain hanyalah seorang pria brengsek yang sering "jajan" di luar dan wanita panggilan yang kerap menemani Yukio adalah tidak lain tidak bukan adalah Mitsuko, rasanya mudah dimengerti jika Izumi ingin sekali membunuh Mitsuko. Turtu dibantu juga oleh ibu Mitsuko, Shizu Ozawa (Hisako Okata) akibat dorongan rasa benci atas kelakuan putri semata wayangnya. Yang mengganggu adalah siapa yang melakukan mutilasi? Kenapa harus repot-repot melibatkan manekin untuk menyembunyikan tubuh Mitsuko? Tersibak fakta juga jika Mitsuko jatuh cinta pada ayahnya sendiri. Motif Mitsuko melakukan aktivitas menjual dirinya saja bagai sebuah pelarian dari rasa kesedihan atas kematian sang ayah.

Spoiler End

Sebagai Izumi, Megumi Kagurazaka bermain total dimana ia harus dituntut untuk melakukan adegan seks frontal serta sering beradegan telanjang. Ia beperan cukup baik dalam memerankan seorang istri yang setia, polos dan suci. Penonton mudah menyukai karakter nya karena pesona likeable nya. Momen terbaik nya kala ia berbicara sendiri di depan kaca (dengan total nudity), bertransformasi dari wanita yang kaku bagaikan robot hingga dirinya menjadi wanita yang lebih ekspresif. Makoto Togashi juga bermain cemerlang dalam memerankan Mitsuko yang bermuka dua serta manipulatif. Namun the show stealer jatuh pada aktris senior, Hisako Okata. Dengan screentime yang singkat, ia berhasil memberikan kesan mendalam akibat atmosfir horror yang ia pancarkan. Adegan perbincangan di meja makan menjadi momen terbaik dalam film ini sebagian besar berkat kuatnya akting nyonya Okata.

Guilty of Romance ditutup dengan cukup dragging, karena untuk saya, tidak perlu Sono menyajikan sebuah aftermath untuk satu karakter setelah momen menegangkan yang telah terjadi sebelumnya. Andai film ini ditutup tidak lama dari momen tersebut, rasanya Guilty of Romance jauh lebih baik. Secara keseluruhan, Guilty of Romance memang tidak terlalu spesial, namun berkat dasar cerita nya yang berani serta penyutradaraan Sono yang unik, tentu saja saya tertarik untuk mencoba film Sono lainnya.

7,75/10

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!