Tuesday 3 October 2017


"Shit, motherfucker. I am.. harm's way"- Darius Kincaid

Plot

Akibat kegagalannya dalam melindungi klien yang dilindunginya, seorang bodyguard kelas atas, Michael Bryce (Ryan Reynolds) harus menerima kenyataan bila ia harus mengalami kemunduran dalam karirnya. Kesempatan untuk menaikkan kembali reputasinya sebagai bodyguard terbuka lebar saat mantan kekasihnya, Amelia (Elodie Yung) yang merupakan agen interpol meminta Michael untuk melindungi pembunuh bayaran, Darius Kincaid (Samuel L. Jackson). Nyawa Darius sangatlah berharga karena ia meruapakan satu-satunya saksi hidup akan kekejaman yang dilakukan mantan presiden Belarusia, Vladislav Dukhovich (Gary Oldman). Kehadirannya di pengadilan tentu dibutuhkan di saat semua tuduhan yang ditujukan kepada Dukhovich tidak diiringi dengan bukti yang kuat.






Review

Netflix tengah mendapatkan permasalahan besar pada tahun ini. Semua itu tidak terlepas dari blunder mereka dalam meremake salah satu manga paling populer dari Jepang yaitu Death Note. Keputusan bodoh mereka (atau mungkin juga pernyataan tersebut bisa dialamatkan kepada Adam Wingard) untuk tidak setia pada sumber aslinya, membuat Netflix harus mendapatkan cemoohan para fans di seluruh dunia, hingga sang sutradara Wingard juga tidak bisa menghindari akan brutalnya fans yaag tentu saja kecewa akan hasil akhir adaptasi Death Note tersebut, menghina bahkan mengancam akan membunuh Wingard, sampai-sampai Wingard terpaksa menghapus akun twitter nya. Saya sendiri pun juga tidak bisa menahan rasa kecewa dan tidak habis pikir mengapa Netflix begitu lancangnya menghadirkan bencana dalam bentuk sebuah film adaptasi yang disadur dari karya yang begitu dicintai oleh para penggemarnya. Rasa skeptisme pun mungkin akan selalu hadir terhadap film-film yang diproduksi Netflix selanjutnya, termasuk film The Hitman's Bodyguard ini (walau sebenarnya Death Note dirilis setelah The Hitman's Bodyguard, namun saya lebih duluan menonton Death Note). 

Apa yang kalian ekspektasikan di dalam benak saat mengetahui bila Ryan Reynolds dan Samuel L. Jackson berkolaborasi dalam satu film? Tentu saja banyolan-banyolan dinamis, kasar nan kocak di antara mereka. Dan ditambah pula background pekerjaan yang dilakukan dua karakter yang mereka permainkan begitu berbeda, maka terciptalah love hate relationship antara Michael dan Darius. Karakter satu nya merupakan pelindung, dan yang satunya lagi adalah pemburu. Bisa ditebak bila Michael sering mengalami konflik dengan Darius yang sering mendapatkan perintah untuk membunuh orang yang sedang dilindungi oleh Michael. Ketidak akuran diantara mereka berdua pun telah tampak saat keduanya tampil dalam satu frame untuk pertama kali nya. Dari momen tersebut, sang sutradara, Patrick Hughes, memberikan gambaran awal kepada penonton akan seperti apa petualangan yang dialami oleh dua karakter yang pada dasarnya saling membenci ini.

Hughes menyadari betul kapabilitas dua aktor utamanya. Tentu pekerjaan menjadi jauh lebih gampang untuk menampilkan film berjenis buddy cop bila memiliki dua aktor yang memiliki kekuatan dalam hal delivery pada setiap dialog nya. Setelah sukses memerankan Deadpool tahun lalu, karakter cerewet dan juga sering kali melontarkan komedi sarkas melekat erat pada diri Ryan Reynolds, yang menjadikan dirinya adalah pasangan yang tepat untuk seorang Samuel L. Jackson yang telah memerankan karakter badass motherfucker semenjak mengangkat namanya di film klasik milik Quentin Tarantino, Pulp Fiction. Dan bisa ditebak, perjalanan mereka untuk menghadiri persidangan di Amsterdam pun dipenuhi dengan adu mulut antar keduanya yang memiliki banyak sekali perbedaan. Jackson yang kerap kali melontarkan kata-kata kasar yang sering kali mengundang gelak tawa penonton serta sering bertindak seenaknya yang tidak jarang merepotkan Michael, dan di sisi lain Reynolds yang dengan setianya menanggapi setiap umpatan-umpatan dari Jackson dengan tidak kalah komikal serta cenderung sarkastik . Interaksi mereka pun berperan besar dalam mempengaruhi enjoyment penonton untuk mengikuti The Hitman's Bodyguard, sehingga mudah sekali untuk mendukung juga menyukai hubungan mereka berdua. Banyak sekali momen komedi di antara mereka berdua tercipta yang terkadang tidak bisa kita antisipasi kehadirannya, seperti saat Michael terpental keluar dari mobil saat ingin menyatakan cinta pada sang mantan. 

Tidak usah dipertanyakan lagi bagaimana nyamannya Reynolds dan Jackson dalam memerankan karakter mereka masing-masing. Reynolds pintar dalam memerankan kekikukan seorang Michael, lalu tidak lupa juga delivery nya yang selalu on target, kemudian ada Jackson yang senantiasa sebagai karakter badass motherfucker yang kita cintai selama ini. Karakter Jackson disini sedikit berbeda karena selain ia harus tampil garang, Jackson juga harus menampilkan seorang pria yang lembut dan lemah terhadap sang istri, Sonia yang diperankan Salma Hayek. Hasrat ingin melihat Jackson mengambil peran yang berbeda seperti biasanya tentu ada, namun bila ia selalu berhasil memerankan peran seperti ini terus menerus, rasanya sulit juga untuk menolaknya. Salma Hayek sendiri berhasil menjadi scene stealer di antara dominasi Reynolds-Jackson.  Hayek tetap menampilkan wanita yang seksi, namun keseksian itu hadir bukan akibat dari eksploitasi tubuh nya, namun dari setiap umpatan yang ia keluarkan yang menjadikan dirinya adalah seolah-olah Darius dalam bentuk perempuan.


Tik tok antara Michael dan Darius tentu saja menghibur, namun Hughes rupanya tidak ingin menjadikan interaksi mereka hanya sekadar hiburan semata, karena Hughes dan Tom O'Connor yang bertugas dalam menulis naskah, menyelipkan backstory untuk Michael-Darius sebagai bentuk character development untuk mereka berdua. Seperti misal awal mula Darius menjadi pembunuh bayaran, hingga hubungan asmara mereka berdua yang menjadi motivasi utama untuk melakukan sebuah perjalanan yang mempertaruhkan nyawa. Hal ini tentu berperan besar dalam membangun keterikatan penonton dengan Michael-Darius sehingga penonton ingin nyawa mereka berdua selamat dan berhasil mencapai tujuan mereka berdua.

The Hitman's Bodyguard jelas adalah showcase nya Reynolds dan Jackson, sehingga tidak heran bila penonton sedikit terdistraksi dari ceritanya yang lumayan klise walau diiringi dengan sentuhan realisme dunia politik. Naskahnya memiliki potensi akan konspirasi, namun tidak dieksplor lebih jauh. Hughes mengerti seperti apa ekspektasi penonton yang akan menyaksikan filmnya. Ceritanya hanya dijadikan landasan akan semua aksi tembakan, ledakan juga kejar-kejaran yang terjadi tiap menitnya di dalam film ini. Oh, mengenai aksinya, Hughes menyadari kesalahannya saat menggarap The Expendables 3. Hughes menyajikan aksinya dengan brutal, ia tidak pelit dengan menampilkan kekerasan yang kerap kali diiringi muncratan darah, bahkan Hughes seakan ingin show off dengan menampilkan long take panjang pada adegan aksi yang terjadi di toko peralatan bangunan. Tidak lupa juga Hughes masih menyelipkan humor di adegan-adegan aksi nya.

Permasalahan The Hitman's Bodyguard memang terletak pada ceritanya, juga akibat terlalu di dominasinya Reynolds dan Jackson, seorang Gary Oldman pun tampak tersia-siakan saat karakter yang ia perankan begitu minim tampil di layar. Belum lagi karakter nya yang sedikit flat  dan mainstream untuk ukuran seorang pemimpin yang diktator. Kehadiran Elodie Young pun tampak menjadi pemanis belaka. Walau begitu, tetap saja The Hitman's Bodyguard merupakan kejutan yang menyenangkan tahun ini. Untung saja skeptis saya akan Netflix tidak sampai ke taraf yang berlebihan sehingga saya berkenan untuk mencoba film yang menemani saya di dini hari ini.

7,75/10

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!