Friday 31 March 2017


"When you lose your self-respect, you're done for."- Daniel Blake


Plot

Mengalami serangan jantung kala bekerja, dokter pun menganggap kondisi Daniel Blake (Dave Johns) tidak memiliki kemampuan lagi untuk bekerja sebagai pengrajin kayu. Sebab itu, Daniel mengusahakan untuk mendapatkan support allowance, namun secara mengejutkan nilai Daniel tidak memenuhi standarisasi penerima support allowance sehingga permohonannya pun ditolak dan Daniel diberi dua pilihan, mencari pekerjaan baru atau mengajukan banding ke pengadilan. Di tengah usahanya itu, Daniel bertemu dengan Katie (Harley Squires), young single mother yang memiliki dua anak.








Review

Semakin maju nya kehidupan, semakin terasa juga bila kehidupan sekarang mengantut akan hukum rimba. Yang kuat akan bertahan, yang lemah akan tersingkirkan, sehingga dengan kenyataan tersebut malah terasa berlebihan untuk mengharapkan keadilan. Setelah menonton film yang mendapatkan penghargaan Best British Films di BAFTA ini, saya merenung, betapa Kevin Loach mengangkat sebuah cerita yang begitu dekat dengan kehidupan di masyarakat. Sebuah film yang tidak mudah dinikmati kala melihat pria yang telah menginjak masa senjanya hidup kehilangan arah dan semakin dipersulit dengan adanya birokrasi yang ada. 

Tidak sulit memang menganggap bahwa I, Daniel Blake memperlihatkan duel antara David vs Goliath. Sosok Daniel yang hanya ingin mendapatkan hak nya malah dihalangi oleh peraturan-peraturan dari pihak authority. Cerita yang dibuat Paul Laverty memang seolah memperlihatkan pihak authority disini seperti antagonistnya. Terlihat dari beberapa kesempatan yang membuat penonton merasa jengkel dengan sebagian besar orang yang bekerja di bawah naungan lembaga otoriti. Seperti di awal saja, Daniel begitu banyak dicecar pertanyaan-pertanyaan yang terasa berputar-putar dan semakin menjauh dari penyakit yang diderita Daniel. Setelah itu diperlihatkan pula betapa kurang ramahnya dari supervisor hingga manajer Job Center Plus dalam melayani Daniel, bahkan manajer pun menegur salah satu karyawannya yang terlihat terlalu membantu Daniel dalam mengurusi formulir-formulir berkenaan support allowance. Mungkin akan ada beberapa pihak yang menganggap apa yang diperlihatkan Loach dan Laverty terasa berlebihan menempatkan mereka terkesan tidak punya hati, namun saya pernah berada di posisi Daniel ketika membuat surat-surat yang harus dibuat melewati bagian pemerintahan dan merasa apa yang ditunjukkan Loach dan Laverty tidak lah salah karena saat ini birokrasi yang ada memang terasa berbelit-belit dan cenderung menyusahkan. Dan bisa dibayangkan bagaimana sulitnya Daniel yang harus berurusan dengan internet padahal dirinya sendiri tidak memiliki kemampuan akan hal itu. Saya juga mencari info-info apakah kisah yang diangkat Loach ini benar-benar kejadian di British, dan saya mendapati memang banyak yang mengalami kejadian serupa seperti Daniel Blake.

Kita mungkin telah menebak bahwa pada akhirnya sosok Daniel akan melakukan sedikit pemberontakan terhadap pihak-pihak yang ia rasa telah mempermalukan dirinya. Namun sebelum ke sana, Loach mengeksplor karakter Daniel terlebih dahulu. Daniel adalah duda berumur hampir 60 tahun. Tentu dirinya merasakan kesepian, terlebih ketika dia harus kehilangan pekerjaan akibat kondisi yang ia alami. Saya suka dengan keputusan Loach untuk tidak serta merta memperlihatkan Daniel langsung melakukan perlawana. Daniel masih berusaha mengikuti peraturan yang ada. Dia mencoba mencari info atau mengisi formulir lewat internet walaupun ia gaptek, dia mencoba mencari pekerjaan dan mengikuti seminar yang tidak ingin ia ikuti hanya demi memenuhi persyaratan. Meski tidak ia jalani dengan sepenuh hati, Daniel menolak untuk menyerah dan tetap meyakini dia akan mendapatkan apa yang ia seharusnya berhak ia dapatkan. Dengan melihat usaha-usaha Daniel, disitu pula benih-benih dukungan dari penonton sedikit demi sedikit tertanam kepada Daniel. 

Di tengah usaha-usaha Daniel mendapatkan support allowance, terselip juga sub plot mengenai cerita Daniel yang membantu perjuangan seorang ibu muda bersama kedua anaknya di dalam lingkungan yang serba asing untuk dirinya. Mudah saja memahami mengapa Daniel bersedia membantu Katie ketika kita mengetahui sosok Daniel adalah seorang pria yang juga kesepian setelah kehilangan sang istri. Absennya kehadiran seorang anak di dalam kehidupannya membuat Daniel mudah memberikan perhatian ke setiap anak muda yang hidup di sekitarnya, termasuk Katie yang telah Daniel anggap bagai anaknya sendiri. Cerita sub plot Katie sendiri semakin mewarnai penceritaan I, Daniel Blake. Mudah sekali memberikan simpati melihat Katie yang susah payah menghidupi kedua anaknya, bahkan dirinya menahan lapar hanya supaya bisa menyajikan makanan di meja untuk kedua anaknya. Momen di food bank hampir mengucurkan air mata saya merasakan penderitaan yang dialami Katie. Kabarnya Paul Laverty pernah menyaksikan kejadian yang serupa sehingga menginspirasinya untuk menuangkan cerita tersebut ke dalam I, Daniel Blake. Performa brilian ditunjukkan Harley Squires yang berhasil memperlihatkan sosok Katie yang tampak tegar di luar, namun rapuh dengan himpitan-himpitan realita yang ada. Squires juga tidak tenggelam ketika harus satu layar dengan Dave Johns yang juga cemerlang sebagai laki-laki kesepian, dan memperlihatkan rasa marah nan kecewa lewat ekspresi diamnya.

Walau penceritaan I, Daniel Blake tertata rapi dan terasa kuat, tetap saja ini bukan film yang bisa dinikmati penonton mainstream disebabkan keputusan Loach yang menyajikan I, Daniel Blake begitu perlahan cenderung lamban dalam menggerakkan narasinya. Setiap konflik yang ada pun tidak diberikan dramatisasi sehingga impact yang tersampaikan ke sebagian penonton tak begitu terasa. 

Sebuah perubahan akan selalu menelan korban, seperti tragedi 1998 yang harus menelan beberapa korban demi menggulingkan rezim Pak Soeharto. Meski I, Daniel Blake bukanlah film biografi, tetapi jelas sekali bila Loach ingin menjadikan karyanya ini sebagai bentuk kritik atau protes untuk ketatnya birokrasi yang dijalankan pemerintah British sehingga banyak pria-pria yang mengalami kondisi seperti Daniel Blake tidak menerima keadilan akibat hal tersebut. Perjalanan 140 menit yang disajikan sunyi namun terasa powerful, depressing didukung performa kuat dari Dave Johns dan Harley Squires.

8/10

Categories: , ,

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!