Saturday 10 February 2018


"When you know death comes soon, you look around things more close"-Ngoc Lan Tran 

Plot

Kehidupan menjelang senja untuk Paul (Matt Damon) dan Audrey (Kirsten Wiig) tidak lah selancar yang mereka bayangkan. Dihimpit kesulitan finansial dan merasa tertekan dengan kehidupan yang terlampau biasa-biasa saja, memaksa Paul untuk memikirkan program "downsizing" demi mendapatkan kehidupan yang setidaknya jauh lebih ringan seperti bobot berat badan manusia ketika mereka telah dikecilkan dari ukuran semula mereka. Mengenai program Downsizing, Downsizing adalah program yang ditemukan oleh Dr. Jorgen Asbjornsen (Rolf Lasgaard) yang bisa mengecilkan tubuh manusia hingga hanya 5 inci saja. Program ini diniati Jorgen untuk mengatasi masalah over populasi di bumi yang kini menjadi permasalahan kehidupan manusia dalam menjaga eksistensi spesies mereka.




Review

Probema mengenai angka populasi yang terus bertambah di muka bumi tampaknya menjadi isu permasalahan yang benar-benar diperhatikan oleh dunia, terutama Amerika Serikat, mungkin. Karena dalam tahun 2017, setidaknya telah ada dua film yang mengangkat dengan permasalahan yang sama, yaitu What Happened to Monday dan satu lagi Downsizing yang muncul di akhir tahun di negara Amerika Serikat. Kedua film tersebut memiliki persamaan lainnya yaitu konsep dasar cerita yang begitu menggugah selera. Dalam What Happened to Monday, sang sutradara, Tommy Wirkola, menjadikan keparnoan dunia akan kelebihan angka populasi dengan mengambil keputusan ekstrim, yaitu tidak memperbolehkan warga dunia untuk memiliki lebih dari satu anak. Sedangkan Downsizing jauh lebih menarik dan absurd, dengan mengecilkan ukuran tubuh manusia untuk pula menekan segala kebutuhan manusia dan berharap sumber daya alam tetap terus ada hingga beberapa ratus tahun kedepan. Yang membuat Downsizing jauh lebih menarik atensi adalah ada nama Alexander Payne di kursi sutradara. Ya, Payne yang juga telah saya saksikan karyanya seperti The Descendants dan Sideways . 

Dua karya yang saya sebutkan di atas memiliki persamaan sekaligus juga signature atau keahlian sutradara, yaitu mengambil cerita akan kehidupan para pria yang tengah menginjak usia senja. Downsizing pun juga memiliki unsur tersebut. Bagaimana Paul yang ingin sekali menjalani kehidupan dengan tenang tanpa harus pusing tujuh keliling memikirkan keuangan yang terus menerus menjadi permasalahan, akhirnya mengambil keputusan yang paling ekstrim dalam hidupnya dengan mengecilkan tubuhnya dan berharap keputusan tersebut membawa dirinya serta sang istri, Audrey, mendapatkan apa yang mereka inginkan. Nama Payne yang sudah jelas menjadi jaminan, disokong pula beberapa aktor ternama yang terlibat (selain Damon dan Wiig, ada juga Christopher Waltz dan Jason Sudeikis), Downsizing sudah barang tentu dinantikan oleh penikmat film dan diharapkan memiliki hasil akhir memuskan. Namun sayangnya, langkah blunder dalam segala urusan marketing, promosi, terutama trailernya, malah membuat Downsizing menjadi hasil yang mengecewakan untuk sebagian besar penonton.

Saya tidak terlalu memiliki masalah dengan Downsizing karena saya cukup menikmati dan menyukainya. Teman-teman saya yang menonton bersama saya pun memiliki pendapat yang sama. Downsizing begitu menghibur bila ditilik dari komedi berkat Payne yang sadar akan timing, juga cara komedi yang betul-betul tidak disangka. Saya pun menyukai keputusan Payne yang turut dibantu Jim Taylor dalam urusan naskah begitu detil dalam menyiapkan segala urusan mengenai program "downsizing" nya. Ada mungkin dalam durasi kurang lebih 5 menit, Payne memperlihatkan bagaimana program "downsizing"-nya dilakukan secara perlahan namun berhasil memukau saya. Belum lagi twist kecil yang terjadi di pertengahan narasi yang tidak hanya membuat kita begitu bersimpati terhadap Paul, namun juga di sisi lain berhasil memecahkan gelak tawa penonton, setidaknya bagi saya dan teman-teman saya. 

Then, where it went goes wrong after promising build up story? Hal dasar dalam permasalahan setiap kali menonton, yaitu ekspektasi, terutama bagi mereka yang lebih dulu menyaksikan trailer dari film ini. Mungkin karena saya bukanlah tipe penonton yang tidak terlalu menyukai menonton trailer sebelum menonton, jadinya saya tidaklah terlalu dikecewakan oleh Downsizing, bahkan mungkin saya menyukai hasil akhir dari karya Payne ini. Namun, saat saya melihat beberapa review yang menyatakan kekecewaan mereka, sebagian besar mengungkapkan jika trailer dari Downsizing sangat menipu. Dan ketika saya melihat trailernya, yah, sulit juga untuk menyalahkan mereka karena pada trailernya, sama sekali tidak diungkapkan jika permasalahan yang ingin diangkat Payne dalam Downsizing ternyata begitu luas, serta tidak hanya berpusat pada konsep dasar.

Memang, berbagai isu atau kritik sosial dihadirkan Payne dalam Downsizing. Ketimpangan orang kaya-miskin (atau lebih tepatnya orang terpinggirkan) yang mendapatkan pelayanan yang berbeda, bencana-bencana global, hingga bahkan kisah bertahan hidup dan menghindari kepunahan ala Nabi Nuh pun diikutsertakan oleh Payne. Apakah keputusan tersebut salah? Tidak, jika memang di dalam trailer sedikit saja disebutkan akan ambisi penceritaan dari Payne juga Taylor ini. Tetapi tampaknya sebagian besar penonton yang menyaksikan Downsizing, setidaknya di wilayah Amerika Serikat sana yang memiliki jadwal tayang Downsizing berdekatan dengan hari Natal, tidak mengharapkan akan penceritaan yang cukup berat nan kompleks ini. Bahkan saya juga satu pendapat bagi mereka yang merasa jika di narasi terakhir, Downsizing seolah sedikit menjauh dari konsep dasarnya. Tentu Payne memiliki maksud tersendiri, tetapi narasi tersebut datang dengan secara tiba-tiba dan penonton, termasuk saya pun, tidak bersiap-siap akan permasalahan tersebut. 

Apakah keputusan yang bisa dibilang ambisius dari Payne tersebut keliru? Tidak juga. Saya mungkin lebih menyalahkan pada pihak yang bertanggung jawab dalam menyajikan trailer nya yang seolah-olah terlalu menutup rapat akan penceritaan secara luasnya. Boleh saja menyimpan sesuatu yang dirasa merupakan salah satu elemen penting dalam film, namun, hal itu tidak berlaku jika elemen cerita tersebut telah menjauh dari konsep dasarnya. Penonton yang melihat trailernya lebih dulu sebelum memutuskan akhirnya menonton film ini tentu mengekspektasikan bagaimana Payne memperluas cerita dengan tetap berdasarkan dasar cerita nya. Mungkin akan lebih baik jika saja Payne lebih mengeksplor cemburu sosial di antara kaum manusia berukuran normal dan kecil. Bahkan hal itu sempat tersentuh dalam dialog Paul beserta kolega dengan salah seorang pelanggan di bar.

Di tengah berbagai permasalahan yang dimiliki Downsizing, ada satu cahaya yang tampaknya memuaskan semua penonton, yaitu penampilan mengejutkan dari Hong Chau yang berhasil mendapatkan nominasi Golden Globe untuk kategori Best Performance Actress in a Supporting Role. Hong Chau yang memerankan karakter Ngoc Lan Tran tampil begitu natural, serta logat Thailand (atau Vietnam, saya tidak bisa membedakan, maaf) nya yang begitu kental sembari tetap melontarkan kalimat bahasa Inggris dan juga kepolosannya tentu mudah sekali untuk mencuri perhatian penonton. Dan yang lebih hebat lagi, dirinya tetap bersinar benderang walaupun ia tengah dikelilingi aktor-aktor berpengalaman yang telah begitu banyak mendapatkan penghargaan, bahkan Christopher Waltz yang telah meraih 2 Oscar sejauh ini saja tidak sanggup mengalahkan star power dari Hong Chau. Relasi antara Ngoc Lan Tran dengan Paul pun disajikan begitu manis oleh Payne. Terasa begitu natural saat Payne membangun hubungan ini secara perlahan, dari Paul yang memiliki background sebagai terapis dalam merawat kaki Ngoc Lan Tran, hingga Paul membantu Ngoc Lan Tran dalam menjalankan tugas bersih-bersih setiap rumah (Momen ketika Lan Tran menyuruh-nyuruh Paul ketika bekerja mungkin adalah salah satu momen terbaik dalam film ini. Rakyat Vietnam tentu setuju dengan saya). Tidak sulit untuk mendukung kisah percintaan yang terjadi di antara mereka.

Sayang sekali memang keinginan ambisius Payne malah menjadi boomerang untuk Downsizing akibat trailer nya yang cukup misleading. Bila saja trailernya disajikan dengan sedikit terbuka, tidak terfokus pada program "downsizing" saja, mungkin tidak terlalu banyak penonton yang merasa kecewa karena merasa dibohongi setelah melihat secara keseluruhan Downsizing. Tetapi bagi saya, ini tetaplah film yang menghibur dan tidak membosankan walau durasinya menyentuh 2 jam lebih. Untuk kalian yang baru mendengar film ini, saran saya jangan menonton trailernya dulu. Tonton filmnya dahulu, lalu jika kalian penasaran seperti apa trailernya, saksikan setelah menonton filmnya. You'll be glad if you did.

7,25/10

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!