Sunday 17 November 2019

"A king has no friends. Only followers and foe"- Sir John Falstaff

Plot

Hal (Timothee Chalamet), pangeran berjiwa bebas serta pewaris sah akan tahta kerajaan Inggris, harus segera mengisi kursi raja setelah wafatnya sang ayah, King Henry IV (Ben Mendelsohn), akibat penyakit. Didorong oleh rasa benci dan hubungan tidak baik dengan ayahnya, Hal berkeinginan untuk menjadi raja yang berkuasa atas idealisme nya sendiri, serta membuktikan jika ia adalah raja yang jauh lebih baik ketimbang ayahnya. Niat dari Hal ini bukan hal yang mudah dipertahankan mengingat kekacauan dan konflik yang ditinggalkan oleh sang ayah bersama kerajaan yang lain.




Review

Umurnya belum genap 24 tahun, namun aktor muda Timothy Chalamet telah memiliki pengalaman berakting yang tidak bisa diremehkan. Chalamet merupakan salah satu aktor muda saat ini yang diyakini akan memiliki masa depan yang cemerlang sebagai aktor. Sebelum 2 tahun lalu ia mengangkat nama lewat Call Me by Your Name, yang pula mengantarkan dirinya mendapatkan nominasi Oscar pertama untuknya, Chalamet telah mencuri perhatian melalui penampilan mengesankan di film Miss Stevens dan Lady Bird. Tidak berlebihan jika banyak menganggap dirinya adalah sebagai aktor muda terbaik saat ini dan digadang-gadang sebagai the next Leonardo Dicaprio.

Dalam The King, Chalamet kembali menunjukkan performa yang prima sebagai raja muda yang masih hijau dalam menangani seluk beluk mengenai kerajaan. Tentu bukan sembarang aktor untuk bisa memerankan seorang raja. Perlu kharisma dan kewibawaan tingkat tinggi untuk bisa meyakinkan penonton jika ia layak untuk menjadi seorang raja, dan Chalamet memiliki ini. Tanpa tahta menghiasi kepalanya, telah terpancar kharisma seorang pria yang patut disegani dari Chalamet. Terlihat kala dalam satu adegan ketika ia satu layar dengan adik dari Hal, Thomas (Dean-Charles Chapman), penonton sudah bisa merasakan jika Hal lebih layak menjadi raja ketimbang Thomas. Dalam menunjukkan kemampuan akting, tatapan mata senantiasa ia jadikan wadah untuk berbicara kepada penonton sebagai gambaran suasana hati yang sedang dirasakan karakter nya. 

Kematangan akting dari Chalamet berperan cukup besar untuk bisa membuat saya betah senantiasa mengikuti film keluaran dari Netflix ini. Jujur, film bertemakan kerajaan bukanlah selera saya. Apalagi The King memiliki tempo lambat dengan minim intensitas ketegangan, sebelum nantinya pasukan Inggris yang diketuai Hal sebagai King Henry V menginjakkan kaki di wilayah Prancis untuk berperang. Untungnya, naskah garapan Joel Edgerton dan David Michod, yang juga duduk di kursi sutradara, cukup solid.

Ada konflik yang tersaji di dalam kerajaan, dari isu siapa yang sebaiknya menjadi pengganti King Henry IV, serta tidak berpengalamannya Hal ketika ia telah menduduki kursi raja. Keinginan Hal sebenarnya hanya satu, yaitu ia tidak ingin mencontoh cara berkuasa sang ayah. Karena itu sebisa mungkin ia menjauhi konflik dan memprioritaskan kedamaian. Namun tentunya keinginan ini tidak bertahan lama ketika ia didesak oleh beberapa situasi yang mempertaruhkan harga diri kerajaan Inggris. Tidak hanya itu, kapabilitas Hal sebagai raja pun juga ikut dipertaruhkan. Setidaknya satu jam pertama, narasi cerita dipenuhi akan konflik apakah nantinya Hal tetap ingin menjadi raja sesuai keinginannya atau ia harus menunjukkan "kekejaman" layaknya raja sebelumnya untuk membuktikan jika ia pantas untuk menjadi raja.

Walau memang sekali lagi temponya berjalan lambat, tetapi narasi ini telah menjadi fondasi yang cukup kuat untuk menjembatani pada adegan perperangan yang menjadi klimaksnya. Perperangan yang terjadi sebenarnya tidak lah menunjukkan hal yang baru, bahkan bisa dibilang bagaikan copy paste dari Battle of Bastard nya Game of Thrones, dengan mengandalkan teror claustrophobic untuk membuat penonton menahan nafas. Glorifikasi dikesampingkan dimana Michod lebih memilih menyajikan perang nya serealistis mungkin lengkap dengan lumpur tanah yang menambah kesan sesak akibat ruang untuk bergerak begitu sempit. Pilihan yang patut diapresiasi karena mampu menggambarkan neraka akan perperangan. Namun perang antara Inggris dan Prancis ini cukup terasa menegangkan dikarenakan adanya narasi yang solid sebelumnya. Pada perang inilah terlihat apakah Hal layak menjadi raja atau tidak. Dari perang ini pula lah, keputusan Hal untuk mengangkat temannya sebelum menjadi raja yang merupakan mantan prajurit pemabuk dan hobi merampok, John Falstaff (Joel Edgerton) sebagai taktikal perang adalah keputusan yang keliru atau tidak. 

Joel Edgerton sendiri bermain memukau dengan memerankan seorang mentor sekaligus teman bagi Hal. Karakter nya senantiasa menjadi moral compass untuk tetap membimbing Hal supaya dirinya tidak kehilangan jati diri sebenarnya. Namun yang menjadi scene stealer sendiri adalah Robert Pattinson yang berperan sebagai pangeran Prancis eksentrik, Dauphin. Akting yang ia tampilkan disini semakin menambah keyakinan saya jika nanti ia tidak akan mengecewakan kala ia memerankan Bruce Wayne di film The Batman mendatang. 

Michod pun menutup kisah The King dengan menampilkan fakta menghenyak, yang semakin menguatkan jika Hal tidak akan bisa menjadi raja yang sesungguhnya jika ia tidak memiliki orang terpercaya di dekatnya. Walau keakuratan sejarah dari film ini patut dipertanyakan, namun tak tertampik jika The King merupakan sajian film historical drama yang cukup menghibur berkat narasinya yang solid serta penampilan memukau para aktor nya. Kredit lebih juga patut diberikan untuk sinematografer, Adam Arkapaw, dalam kemampuannya menghadirkan gambar demi gambar yang memanjakan mata.

7,75/10

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!