Monday 20 November 2017



"The fact is, we all started out as someone's little angle. And a place like this force us to become warriors or victims. Nothing in between can exist here."- Bottle

Plot

Life can change in a matter of seconds. Kutipan itu tepat untuk mendeskripsikan apa yang terjadi pada Jacob "Money" Harlon (Nikolaj Coster-Waldau), dimana kecelakaan yang ia alami mengharuskan dirinya untuk mendekam di penjara karena kejadian tersebut menewaskan temannya dan ia pun divonis bersalah karena sedang mengemudi dalam keadaan mabuk. Kehidupan penjara yang jelas saja sangat keras mengubah karakter Jacob. Tidak akan pernah terlintas dalam pikirannya bila ia akan terlibat perang antar geng serta dunia kriminalitas.




Review

B-movie kerap kali dipandang sebelah mata dalam soal penceritaan. Seringkali memang film-film berjenis ini mengorbankan cerita demi mempertontonkan apa saja yang diharapkan penonton, baik itu sajian aksi, gore, atau apapun berdasarkan genre filmnya. Ric Roman Waugh sepertinya ingin membantah hal itu dengan menghadirkan karyanya ini, Shot Caller. Sebuah film kriminal yang lebih memfokuskan pada narasi, character development untuk karakter utama dan menghemat gelaran aksi yang biasanya menjadi sajian utama untuk film genre kriminal. Keputusan yang berisiko, namun sang sutradara untungnya memiliki kapabilitas mumpuni untuk menghadirkan sinema yang lebih memfokuskan pada penceritaan, sehingga Shot Caller menjadi salah satu film underrated tahun ini yang layak untuk Anda saksikan.

Pergerakan narasi yang Roman Waugh lakukan dalam Shot Caller hampir sama seperti apa yang dilakukan oleh Tony Kaye di American History X. Terdapat 2 narasi berbeda dalam Shot Caller, yaitu pertama kehidupan Jacob a.k.a Money bebas dari hukuman penjara dan kedua masa-masa ia menjalani kehidupan dalam penjara. Tentu gaya narasi seperti ini memiliki tujuan tersendiri. Saya mengasumsikan dua narasi berbeda ini memiliki tujuan untuk pengembangan karakter pada Money, dan diajak untuk mengerti bagaimana kehidupan penjara yang berat mengubah pandangan hidup Money. Tempaan hidup yang kejam di dunia penjara memaksa Money untuk bisa beradaptasi, dan bahkan ia mampu melakukannya dengan baik berkat pemikirannya yang cerdas. Money yang awalnya ia seorang pialang saham biasa yang bahkan tidak bisa bermain basket serta kalah adu bodi dengan mudahnya akibat tubuhnya yang biasa-biasa saja, bertransformasi menjadi tahanan penjara yang berhasil mendapatkan hormat dari teman-teman antar gengnya. 

Sayangnya yang menjadi persoalan adalah, Roman Waugh masih minim dalam menampilkan kekejaman yang ada dalam dunia penjara. Masih ada memang perkelahian antar tahanan, ataupun juga kekerasan seksual juga tampil disini walaupun tidak disajikan secara eksplisit, namun bagi saya apa yang diperlihatkan dalam Shot Caller masih lah kurang. Karakter Money saja ketika baru memulai hidupnya di penjara hanya terlibat perkelahian kecil. Minimnya tampilan kekejaman yang terjadi pada Jacob dalam penjara tentu membuat saya bertanya-tanya bagaimana bisa Money memiliki nyali besar sehingga ia menjadi orang yang cukup berpengaruh di dalam ataupun di luar penjara. Bahkan teman satu penjaranya, Shotgun (Jon Bernthal) pun begitu menyegani Money saat Money telah bebas dari penjara. 

Keunggulan utama dalam Shot Caller adalah treatment sang sutradara terhadap Money. Ya, keputusan untuk menghadirkan dua narasi yang berbeda itu tentu berdampak besar pada karakter Money. Karakter Jacob sebelum mendapatkan nama panggilan Money hanyalah pria biasa, namun akibat tuntutan serta tidak ingin kehidupan nya sebagai tawanan menjadi mimpi buruk untuknya, Jacob harus bertahan dengan mengikuti segala peraturan tidak tertulis yang ada di dalam penjara. Namun, walau pun Money telah jauh berubah, hatinya tetaplah sama dan dalam pikiran serta relungnya, bayangan orang-orang terkasihlah yang senantiasa muncul. Money sadar untuk menjamin keselamatan anak dan istrinya, Money perlu melakukan hal yang besar dan dari tempaan yang berat dalam penjara, Money mampu menyelami hidup kriminalitas dan berhasil menjadi orang yang terpandang di dunia tersebut. Dari pengalaman itu pula lah, Money bisa bergerak mandiri dan lebih cepat peka apabila terjadi hal yang tidak beres. 

Nikolaj Coster-Waldo jelas menjadi bintangnya disini. Ia sukses memerankan dua tipe karakter yang berlawanan, dari seorang pria kantoran biasa hingga menjadi kriminal yang disegani. Nikolaj begitu meyakinkannya ketika ia mengintimidasi lawan bicaranya dengan hanya ucapan serta tatapan matanya yang tajam. Hebatnya juga ia bisa memerankan seorang ayah yang memendam kerinduan akan keluarganya. Sulit membayangkan bagaimana pada awal-awal seri Game of Thrones berjalan, aktor dari Denamrk ini yang memerankan Jamie Lannister senantiasa masuk dalam list aktor terburuk yang bermain dalam Game of Thrones. Tentu saja bila ia terus konsisten dalam berakting, karirnya di Hollywood akan terjamin.

Mengenai adegan aksinya, Roman Waugh memang menyajikannya sedikit, namun cukup efektif karena Roman Waugh sama sekali tidak pelit dalam memperlihatkan kekerasan dan juga darah. Sekali lagi, Shot Caller bukanlah film yang didalamnya terdapat sajian aksi yang tumpah ruah. Ini adalah film observasi mengenai karakter yang terjebak dalam kehidupan kriminal dan bagaimana ia mampu mengatasinya. Memang masih terdapat sedikit kelemahan bila ditilik dalam hal cerita, namun kelemahan itu sedikit tertutup kala Roman Waugh menghadirkan karakter keren bernama Jacob "Money" Harlon yang diperankan brilian oleh Nikolaj Coster-Waldo.

8/10

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!