Wednesday, 12 February 2014



I just wanted to say that I didn't know Thresh, I only spoke to him once. He could have killed me, but instead he showed me mercy. That's a debt I'll never be able to repay. I did know Rue. She wasn't just my ally, she was my friend. I see her in the flowers that grow in the meadow by my house. I hear her in the Mockingjay song. I see her in my sister Prim. She was too young, too gentle and I couldn't save her. I'm sorry.- Katniss Everdeen

Plot


Walau dengan beruntungnya dapat bertahan hidup dari Hunger Games, tidak membuat kehidupan Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) dan Peeta Lemark (Josh Hutcherson) dalam kenyamanan. Trauma, teror, ketakutan terus menghantui mereka. Dengan ditambahnya intimidasi yang di datangkan Presiden Snow (Donald Sutherland) terhadap Katniss yang khawatir akan adanya revolusi besar-besaran dari tiap Distrik untuk menurunkan Capitol yang dipimpin olehnya. Setiap Distrik menganggap Katniss adalah sosok harapan, sosok yang bisa memberikan kekuatan untuk melawan segala ketidak adilan yang dilakukan Capitol.  Untuk itulah, bersama Plutarch Heavensbee (Philip Seymour Hoffman), Presiden Snow mengadakan Quarter Quell sebagai peringatan kemerdekaan setiap 25 tahun sekali untuk menghancurkan Katniss. Quarter Quell sendiri kembali ‘mengundang’ para pemenang The Hunger Games berasal dari tiap Distrik dari tahun pertama The Hunger Games diadakan. Tidak hanya musuh-musuhnya yang telah berpengalaman dan tentunya berbahaya, musuh Katniss dan Peeta juga adalah Presiden Snow beserta bawahan-bawahannya.



Review

Setelah kesuksesan luar biasa The Hunger Games yang dirilis pada tahun 2012, hanya Tuhan lah yang mampu mencegah Lionsgate untuk tidak merilis sekuelnya. Ya, kesuksesan sekuel pertama sangat mengejutkan. Mungkin kalau sukses dalam komersil hal itu telah dapat ditebak, namun sukses dalam kualitas? Gw rasa sangat sedikit yang menebaknya. Gw juga cukup enjoy dengan sekuel pertama, dimana dalam film tersebut yang tidak hanya permainan bunuh-bunuhan dan love triangle nya yang ditonjolkan, namun ada juga unsur-unsur politik, kekuasaan absolut, sosial dan masih banyak yang di ceritakan dalam film tersebut. Film ini pangsa pasarnya adalah kaum remaja, namun memiliki unsur cerita seperti itu, sangat sedikit kan film kaum remaja yang kompleks seperti ini? Yah walau karena rating PG-13 membuat film tersebut kurang brutal dan menegangkan. Dengan beralihnya kursi sutradara kepada Francis Lawrence, dan screenplay kali ini diserahkan nahkodanya kepada Simon Beaufoy dan Michael Arndt, bagaimana dengan sekuelnya ini?
Anggap saja kalian telah menikmati es krim cone yang nikmatnya luar biasa, kemudian pada hidangan kedua kalian menikmati es krim cone yang telah ditambah dengan coklat dan vanilla yang menambah kenikmatan dari es krim tersebut. Ya, seperti itulah The Hunger Games: Catching Fire. Segala aspek positif dari film pertama ditambah kadar nya menjadi beberapa kali lipat kualitasnya. Dan juga ada beberapa aspek yang ditambahkan sehingga makin berkualitaslah film ini. Seperti dalam film pertama, film ini bukanlah film yang menonjolkan pertarungannya, karena paruh pertamanya kita akan dilihat hasil dari kemenangan Katniss dan Peeta. Dimana para penduduk distrik menaruh harapan besar terhadap Katniss dan mulai memiliki keberanian untuk menggoyang pemerintahan bertangan besar yang selama ini mengekang kebebasan mereka. Adegan pidato pertama Katniss dan Peeta pada saat melakukan tur kunjungan ke setiap distrik cukup menegangkan dan menggetarkan hati. Dan juga ide untuk mengajak kembali Katniss dan Peeta ke dalam permainan mematikan itu juga tidak memaksakan dan cukup beralasan. Intinya paruh pertama disusun berdasarkan drama yang lebih banyak dengan menitikberatkan pada dialog. Di paruh pertama inilah perkembangan cerita serta karakterisasi karakter utamanya, terutama tentu saja Katniss.
Love triangle nya masih menjadi bagian cerita dari franchise ini walau tidak menjadi sajian utamanya. Namun jangan khawatir, Francis Lawrence mengemasnya dengan berkualitas dan tidak murahan. Dimana Katniss masih menjalin kedekatan dengan Gale (Liam Hemsworth) serta terus melanjutkan sandiwara cinta palsu dengan Peeta.
Lalu bagaiamana dengan Hunger Games nya sendiri? Turnamen Hunger Games nya sendiri baru dimulai ketika paruh kedua mulai berjalan. Setelah mengambil alur yang lambat pada paruh pertama, barulah di paruh kedua ini Francis meningkatkan intensitas ceritanya. Ketegangan, keseruan dan ancaman nya sendiri di tambah dua kali lipat dari film pertama. Adegan kabut beracunnya bikin gw tegang! Ditambah dengan efek visual yang menghiasi turnamen tersebut mampu menyegarkan mata. 
Catching Fire memiliki karakter-karakter baru seperti Finnick Odair (Sam Claflin), Johanna Mason (Jena Malone) semakin membuat Catching Fire lebih berwarna serta menambah intensitas ceritanya sendiri. Walau pengembangan karakternya belum ada, tapi itu tidak masalah karena masih ada dua film lagi yang mungkin pengembangannya akan terjadi. Gw lumayan suka terhadap karakter Finnick disini. Finnick digambarkan sebagai sosok tangguh, namun merupakan pria penyayang. Semoga saja dia mendapatkan porsi cerita yang lebih luas dalam film ketiga nanti.
Lalu, bagaimana dengan sosok Katniss dan Peeta? Sosok Katniss yang merupakan salah satu fokus utama dalam film ini, mendapatkan porsi cerita dan pengembangan karakter yang meluas dan menarik. Sosok Katniss disini digambarkan sebagai wanita remaja yang kuat namun tetap saja dia hanyalah wanita biasa yang dianugerahi bakat akan menggunakan busur panah. Dia memang kuat, namun tetap lah dia akan merasakan ketakutan, rapuh, dan tertekan dengan harapan-harapan dari rakyat-rakyat dari setiap distrik yang besar terhadapnya. Katniss sendiri ingin melarikan diri bersama Gale ketimbang menjadi simbol harapan. Dan karakter Katniss ini mampu di perankan oleh Jennifer Lawrence dengan gemilang, sangat gemilang. She’s born to be Katniss.. Sangat sulit membayangkan kalo Katniss diperankan oleh aktris-aktris yang lain.
Penampilan Jennifer mampu membuat sosok Katniss disukai oleh penonton seakan tercipta sebuah ikatan Katniss dan penonton sehingga ekspresi Katniss yang di layar akan dirasakan penonton juga, penonton akan bersimpati terhadap nya ketika Katniss mengalami kesulitan karena Katniss bukanlah sosok yang terlalu superior dan ketika rasa putus asa mulai tersirat di muka Katniss, penonton pun otomatis menyemangatinya. Jennifer mampu membuat sosok Katniss sebagai heroine yang berkharisma.
Namun, karakter Katniss yang kompleks dan menarik ini serta penampilan kuat dari Jennifer Lawrence ini harus mengorbankan (lagi) karakter Peeta yang diperankan Josh Hutcherson. Sosok Peeta kembali tidak mengalami perkembangan karakter dan juga eksistensi Peeta juga seakan tenggelam bila disandingkan karakter Katniss, atau bahkan karakter Finnick yang lebih mencuri perhatian. Ketika turnamen di mulai pun Peeta juga tidak jarang menjadi penghambat bagi teman-teman seperjuangannya sehingga bagi gw karakter Peeta ini cukup sulit untuk disukai penonton. Akting Josh yang memerankan Peeta juga sama kaya sekuel pertama, gak spesial-spesial amat. Bukan salah dia sih, memang karakter Peeta ini sangat sulit untuk dibawakannya dengan optimal karena Peeta bukanlah karater yang kompleks seperti Katniss. Semoga aja di film ketiga karakter ini mengalami perkembangan karakter serta porsi cerita yang lebih besar sehingga Josh mampu mengeluarkan akting terbaiknya. Namun untung saja supporting role nya seperti Elizabeth Bank, Woody Harelson, Lenny Kravitz mampu menampilkan performa yang maksimal.
Oh ya, mengenai special effect nya, gw sangat menyukai special effectnya ketika Katniss memakai wedding dress putih dan ketika dia berputar, wedding dress nya mengeluarkan api dan merubah dress tersebut menjadi hitam. Tidak hanya itu kejutannya karena efek kejut nya adalah dress tersebut melambangkan burung Mockingjay.


 Catching Fire bukan gak ada kelemahan. Kelemahannya tetap ketika kontes The Hunger Games nya yang kurang brutal, padahal The Hunger Games nya sediri adalah edisi Quarter Quell dimana para pemenang The Hunger Games sebelumnya ikut berpartisipasi, pastinya kita sebagai penikmat fiilm mengharapkan kontes tersebut memberikan ketegangan yang optimal dan seru berlipat-lipat, dan juga super villainya yaitu Presiden Snow kurang menakutkan. Bukan, bukan, memang Presiden Snow memiliki kekuasaan yang superior, tapi entahlah, gw kurang merasakan kesan intimidatif dari sosoknya. Malah gw merasakan hal tersebut pada diri Phillip Seymour Hoffman sebagai Plutarch Heavensbee. Sungguh disayangkan kita tidak bisa melihat penampilannya lagi..
Overall, The Hunger Games: Catching Fire adalah sebuah peningkatan dari kualitas film pertamanya. Dengan karakter utama yang kompleks dan susunan cerita yang membuat Film ini berhasil memberikan standar baru untuk film yang sejenis, dan menyadarkan kita bahwa film remaja gak harus cinta yang menjadi pokok utamanya. Ditambah dengan akting cemerlang dari Jennifer Lawrence, The Hunger Games: Catching Fire adalah salah satu film terbaik tahun 2013.

8,3/10

Categories: ,

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!