Thursday 8 December 2016



"Huh? What was that? I should kill everyone and escape? Sorry. The voices. Ahaha, I'm kidding! Jeez! That's not what they really said."- Harley Quinn

Plot


Selepas kematian Superman, Amanda Waller (Viola Davis) mengajukan sebuah proposal atau rencana gila dimana ia ingin membentuk sebuah tim yang berisikan penuh dengan penjahat kelas atas dengan kemampuan masing-masing yang luar biasa. Hal ini diajukan oleh Amanda supaya pemerintah mampu mengantisipasi akan datangnya sosok seperti Superman yang mungkin akan mengancam keberadaan sebuah negara. Misi yang diberi nama Task Force X ini sengaja dibentuk dengan anggota-anggota begundal hebat dikarenakan selain kemampuan tiap anggota, namun juga betapa mudahnya pemerintah akan mencuci tangan apabila ada kesalahan yang dilakukan oleh tiap anggota Task Force X atau selanjutnya dipanggil Suicide Squad. Anggota Suicide Squad terdiri dari Floyd Lawton atau Deadshot (Will Smith) yang memiliki kemampuan menembak luar biasa sehingga kemampuannya itu sering digunakan untuk membunuh sesuai dengan permintaan. Harley Quinn (Margot Robbie) yang merupakan mantan psikiater yang mulai terganggu kejiwaannya akibat rasa cinta nya yang dimanfaatkan oleh Joker (Jared Leto), Boomerang (Jai Courtney) perampok sadis yang mengandalkan senjata boomerang di setiap aksinya, lalu ada juga El Diablo (Jay Hernandes) pemuda penuh tato yang memiliki kemampuan pyrokinesis yang hebat, arwah Enchantress (Cara Delevingne) yang merasuki arkeologis June Moone yang memiliki kemampuan ilmu hitam membahayakan, dan terakhir Killer Croc (Adewale Akinnuoye-Agbaje). Diketuai oleh Rick Flag (Joel Kinnaman) dan pasukannya serta seorang wanita samurai yang bernama Katana (Karen Fukuhara) yang bertugas untuk melindungi Flag apabila ada salah satu anggota Suicide Squad yang membelot. Tidak hanya itu, masing-masing anggota juga telah ditanamkan chip di kepala mereka yang mampu meledakkan isi kepala.








Review


Selaku sutradara serta penulis naskah, David Ayer tentu menanggung beban berat di pundaknya akan karya nya yang terbaru ini.  Tidak hanya Suicide Squad dipenuhi dengan karakter villain yang memiliki penggemarnya tersendiri, fakta bahwa film yang dipayungi oleh DC lainnya pada tahun ini juga yaitu Batman V Superman: Dawn of Justice berakhir mengecewakan juga membuat antisipasi akan Suicide Squad semakin tinggi serta diharapkan mampu memberikan angin segar terhadap universe yang telah dirancang oleh Warner Bros untuk superhero keluaran DC Comic, dimana sejauh ini film-film yang merupakan bagian dari universe tersebut belum lah memuaskan para kritikus film.  Tentunya apabila Suicide Squad setidaknya cukup memuaskan, maka Warner Bros tentu boleh sedikit beroptimis akan rencana Justice League mereka. Namun sayangnya proses produksi yang cukup berantakan dimana Warner Bros hampir merombak ulang hasil Suicide Squad yang membuat David Ayer kecapekan level maksimal tampak merupakan sebuah tease bahwa karya sutradara yang turut menggawangi Fury itu akan berakhir kegagalan. Dan hasilnya cercaan demi cercaan kembali menghampiri karya terbaru mereka yang satu ini. Ya, Suicide Squad meneruskan tongkat estafet hasil presentasi yang buruk dari Man of Steel serta Batman V Superman: Dawn of Justice.
Harapan penonton seperti saya pada umumnya hanya lah ingin melihat bagaimana para berandalan kelas kakap ini beraksi ketika didapuk sebuah misi yang menyelamatkan dunia, yang notabenenya sangat berlawanan dengan apa yang mereka lakukan sebagai penjahat. Di atas kertas konsep yang diusung Suicide Squad ini sangat brilian dan mungkin saja kesuksesan Marvel dengan Deadpool nya akan juga dinikmati oleh Suicide Squad. Namun sayang, harapan tinggal harapan. Masalah utama yang terdapat di Suicide Squad adalah tampaknya David Ayer kurang memahami setiap karakter-karakter yang ada di Suicide Squad sehingga ketika David Ayer dengan “lancang” nya menyuntikkan dosis moral ala superhero kepada para kriminal-kriminal ini, hal ini menurut saya cukup fatal imbasnya sehingga penonton yang mengharapkan perbedaan dari film yang lain mengingat para karakter utama nya adalah penjahat-penjahat yang menakutkan malah mendapatkan sajian good guy vs bad guy pada umumnya. Terdapat berbagai kebingungan dari sang sutradara dalam meng-handle karakter-karakter dalam film ini. Akibatnya hanya Deadshot serta Harley Quinn yang mampu mencuri atensi dari penonton.  Walau mendapatkan sedikit suntikan backstory, namun karakter Diablo dan Katana belum cukup mampu untuk membuat para penonton antusias akan kehadiran mereka, meski Diablo mendapatkan highlight nya tersendiri di third act. Boomerang dan Croc? Mereka hanya penghias layar kaca saja.  Terutama untuk karakter Boomerang, hal ini cukup disayangkan mengingat ketika trailer kedua Suicide Squad mengudara di Youtube, Boomerang menjadi karakter yang cukup dinantikan kehadirannya. Chemistry antar tiap anggota juga kosong sehingga saya hanya kebingungan ketika El Diablo menganggap Suicide Squad merupakan rumah baginya dan para anggotanya adalah teman-teman mereka, dikarenakan menit-menit sebelumnya kita tidak diperlihatkan kedekatan El Diablo dengan tiap anggota.
Will Smith dan Harley Quinn jelas menjadi angin segar di Suicide Squad.  Sebagai Deadshot, Will Smith tanpa kesulitan membawakan peran penjahat namun likeable berkat kharismanya yang luar biasa.  Tidak kesulitan juga ketika ia memainkan porsi drama serta adegan action yang berimbang.  Adegan ketika Deadshot menembakkan peluru demi peluru ke musuh di aksi pertama nya merupakan adegan favorit saya di film ini.  Margot Robbie pun jelas mudah menarik perhatian dari penonton, terutama para penonton pria.  Namun jelas salah bila kalian mengira Margot Robbie hanya menampilkan kemolekan tubuhnya saja untuk karakter Harley Quinn.  Penuh dengan ucapan sarkastik serta eksentrik, kehadiran Harley Quinn selalu memberikan warna di setiap penampilannya. Cast yang lainnya juga tidak mengecewakan seperti Joel Kinnaman dan Jay Hernandez.
Adegan aksi yang ada di Suicide Squad pun tampak biasa saja.  Hal yang cukup mengejutkan dimana David Ayer mampu membuat saya deg-degan kala menyaksikan End of Watch yang juga merupakan karyanya (saya belum menyaksikan Fury).  Adegan aksi yang terakhir pun cukup mengecewakan dimana main villain yang tampak begitu powerfull di awal-awal hingga mendekati akhir malah terlihat sangat lemah dan tampak bodoh.  Tidak ada sama sekali momen yang membuat saya merasa hopeless dan mengira kalau para “pahlawan” ini akan mengalami kekalahan.
Apakah Suicide Squad sama sekali tidak memiliki nilai positif? Tentunya ada. Satu jam pertama dimana para karakter diperkenalkan merupakan bagian terbaik dari Suicide Squad.  Tidak hanya mampu menjadi awal yang menjanjikan, Suicide Squad juga menghadirkan dua karakter pahlawan Justice League yaitu Batman serta The Flash yang tentu hal ini menjadi sub plot yang akan penting di film-film DC lainnya.  Di bagian terbaik ini, tentu juga diimbangi dengan sosok intimidatif dari Amanda Waller yang diperankan dengan cemerlang oleh Viola Davis.
Apakah ada yang terlupa? Ya, ya, i know, “how about The Joker?”, right? Saya tidak bilang peran Joker yang diemban oleh Jared Leto buruk, namun tentunya untuk karakter ikonik seperti Joker, apa yang dipresentasikan oleh Jared Leto hanya jatuh sebagai penjahat biasa saja.  Ya, kita telah melihat penjahat lainnya di dalam diri Joker-nya Leto. #TeamLeto bisa saja berdalih bila screentime yang dimiliki Joker hanya beberapa menit saja, tetapi ingatkah kalian ketika keraguan banyak penonton dimana Heath Ledger memerankan The Joker di The Dark Knight (2008) seketika sirna kala adegan pengucapan dialog “I believe, whatever doesn’t kill you simply makes you, stranger” dan melepaskan topeng di awal film? Ya paling tidak dengan kegagalan Jared Leto sebagai Joker ini setidaknya mampu membungkam fanboy-fanboy Heath Ledger yang berpendapat bila karakter The Joker yang ia perankan menjadi ikonik seperti sekarang hanya berkat Ledger.  Screenplay serta pengarahan dari sang sutradara jelas turut membantu setiap karakter yang diperankan. Well, you got a lesson now.
Walau penilaian-penilaian dari kritikus bagi saya sedikit berlebihan, namun memang harus diakui hasil akhir Suicide Squad merupakan satu lagi contoh bila ekspektasi yang tinggi akan mengakibatkan sebuah kekecewaan yang tinggi pula dalam dunia perfilman. Bagi saya, Suicide Squad tetaplah sajian yang asik dan menghibur, walau memang harapan saya akan perbedaan dimana karakter penjahat kelas kakap diberikan tugas menyelamatkan dunia tidak saya dapatkan.  Terlalu generik untuk film yang unik.

6,5/10

Categories: , ,

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!