Saturday 31 December 2016


"Life isn't some cartoon musical where you sing a little song and all your insipid dreams magically come true. So let it go."- Chief Bogo

Plot


Memiliki impian ingin menjadi polisi kelinci yang pertama, tentu saja Judy Hopps (Ginnifer Goodwin) mendapatkan penolakan dari ayah dan ibunya. Namun keinginan Judy sudah sangat kuat. Walau harus kesusahan ketika menjalani pelatihan, namun dengan kerja kerasnya Judy mampu mewujudkan impiannya dan bertugas di Zootopia dimana pada kota tersebut memiliki berbagai jenis hewan yang hidup bersama. Namun masalah Judy belum selesai karena ketika dalam kepolisian pun, Judy masih dipandang sebelah mata oleh atasan serta rekan kerjanya. Hari pertama Judy pun hanya bertugas menjadi polisi yang mengatur parkir. Dalam tugas pertama itu pula ia bertemu dengan rubah bernama Nick Wilde (Jason Bateman), seekor rubah yang memiliki kemampuan berbicara yang apik. 







Review

Sulit memang menyaingi kedigdayaan Pixar dalam hal film animasi. Namun bukan berarti rumah produksi film animasi lainnya tidak memiliki usaha, dan tampaknya Disney kembali muncul sebagai saingan yang kuat untuk Pixar, setidaknya dalam tahun 2016 dimana dua film keluaran Disney, Zootopia dan Moana mendapatkan tanggapan yang sangat baik dalam segi kualitas maupun pendapatan pundi-pundi dollar nya. Karena saya belum menyaksikan Moana, maka pada kesempatan kali ini saya akan berbicara mengenai Zootopia yang pada awalnya sempat saya ragukan. Konsep di atas kertas Zootopia, dimana karakter utama ingin mendapatkan pengakuan dalam hal pekerjaan yang diimpikan nya bukanlah sesuatu yang fresh dan sudah banyak film animasi yang mengangkat tema serupa. Namun pepatah tua “Tonton dulu baru berkomentar” memang selalu benar adanya. Karena apa yang coba Zootopia narasikan jauh lebih luas dibanding hanya memperlihatkan karakter utama mendapatkan pengakuan.
Ya, saya tidak menyangka bila semenjak menit pertama Zootopia bergerak, tema diskrimasi lah yang diangkat. Atensi saya tentu telah direnggut karena saya selalu tertarik dengan permasalahan diskriminasi. Cerita teater yang diperankan oleh Judy pada awal film telah memberikan sebuah petunjuk bila walau film ini tetap dibingkai dengan misteri akan pencarian mamalia yang hilang, tema diskriminasi tetaplah yang akan menjadi fokus utama. Saya menyukai pilihan Byron Howard dan Rich Moore untuk lebih mengeksplorasi perihal diskriminasi tersebut disebabkan oleh memang permasalahan itu begitu dekat dengan penonton yang mungkin tergolong minoritas dalam kehidupan bermasyarakat, ketimbang menceritakan lebih akan aspek misteri atau kriminalnya.  Biarlah plot mengenai pencarian mamalia hilangnya dijadikan pondasi untuk sebuah masalah yang jauh lebih besar. Dan menurut saya penanganan cerita akan perbedaan jenis hewan ditangani dengan baik oleh Howard dan Moore yang juga ikut dalam penulisan naskah.
Walau memang dijadikan pondasi, namun bukan berarti kisah pencarian Judy dan Nick mamalia yang hilang menjadi tidak menarik. Misteri yang ditawarkan cukup untuk mengajak penonton menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi, tidak ketinggalan juga twist demi twist yang telah dipersiapkan guna membangun cerita.  Tidak hanya itu, kadar humor dan keseruan kala melakukan misi itu juga tidak menurun dosisnya yang membuat mata penonton tidak diizinkan untuk berpaling. Mengenai humor, Zootopia lebih menguatkannya akan pada interaksi tiap karakter, terkhusus untuk Judy dan Nick. Hal yang menarik akan kedua karakter utama jelas adalah fakta dimana mereka merupakan dua jenis hewan yang seharusnya bermusuhan dan memiliki rantai sejarah yang sulit dilupakan.  Bisa dilihat dimana ada suatu dialog yang dilontarkan ayah dan ibu Judy yang justru lebih mengkhawatirkan anaknya akan diganggu oleh rubah dibandingkan hewan-hewan yang jauh lebih berbahaya lainnya, Judy yang selalu waspada pada awalnya kala berdekatan dengan Nick, dan juga Nick yang menanggap remeh Judy karena, well, she’s just a rabbit. Namun lama kelamaan kedekatan mereka yang awalnya hanya keterpaksaan akan keadaan, menjadi pertemanan yang begitu dekat dan juga menjadi pembelajaran bagi masing-masing untuk lebih menerima perbedaan yang terjadi. Interaksi yang kuat serta dinamis antara Judy dan Nick mau tidak mau memaksa penonton untuk perduli dengan persahabatan mereka. Maka ketika persahabatan mereka terdapat sebuah konflik yang memaksa mereka berpisah, penonton pun juga ikut kehilangan dan saya pribadi pun sampai membatin “ayo dong baikan” sehingga ketika momen dibawah jembatan terjadi, penonton pun ikut merasa haru walau sebenarnya adegan tersebut klise. Sebagai karakter per individual pun Judy dan Nick sudah memiliki karakterisasi yang mumpuni. Judy adalah kelinci yang pantang menyerah, optimis, cerdas dan juga tekun, karakter wanita yang bersifat independen. Biasanya saya kurang begitu menyukai karakter yang begitu “putih”, tetapi Judy merupakan pengecualian. Begitu pula dengan Nick yang memiliki kemampuan bicara diatas rata-rata dan juga memiliki otak yang tidak kalah cerdasnya dengan Judy. Kudos untuk para dubber yang bekerja dengan baik, terutama Ginnifer Goodwin yang mampu membuat karakter Judy Hoops begitu manis dengan semua rasa optimisnya dan juga begitu mudah disukai kala menit pertama berjalan. Jason Bateman pun melakukan hal yang fantastis dalam mengisi suara Nick Wilde yang cerewet namun bukannya menjengkelkan malah berakhir lucu dan tetap menjadi karakter yang disukai.
Walau memang tidak menawarkan hal yang baru, tetapi tidak bisa dipungkiri Zootopia menawarkan tontonan yang begitu fun, menampilkan kedua karakter yang mengasyikkan juga jalinan cerita yang mampu membuat penonton tertarik untuk mengikuti hingga akhir. Tidak lupa juga momen-momen komedi nya yang efektif dalam mengajak tawa penonton (bagian Kungkang tetap yang terbaik). Dan ya, i love Shakira’s Try Everything.

8/10

Categories: , ,

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!