Sunday 5 November 2017


"Today, is the first day of the rest of your life"

Plot

18 September seharusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi Tree (Jessica Rothe) karena pada tanggal tersebut adalah tanggal ulang tahunnya. Namun Tree tentu tidak menyangka bila pada hari itu pula, Tree akan mengalami kejadian yang paling aneh juga paling panjang dalam hidupnya.






Review


Saya lupa quote persis dari film Source Code, yang intinya apa yang akan anda lakukan bila mengetahui ini adalah detik-detik terakhirmu. Ya, film Source Code jelas muncul dalam benak kala menonton di menit-menit awal film ini. Konsep mengenai nyawa yang terjebak dalam time loop dan harus terpaksa mengulangi hari-hari yang sama diangkat oleh Christopher Landon dalam film teranyarnya ini. Yang beda hanyalah kali ini time loop tersebut bernuansa gore ala dengan genre seperti film slasher ala tahun 80’an. Lalu, bila kalian pecinta anime, film ini akan mengingatkan kalian pada anime paling popular tahun lalu, yaitu RE;Zero, dimana karakter utama nya akan kembali ke awal ketika dirinya terbunuh.


Tidak ada rantai kematian disini, well¸ sebenarnya masih ada, namun jelas dengan jalan yang berbeda. Disini target sang pembunuh hanyalah satu, namun seperti yang saya bilang, Landon mengambil ide cerita mengenai tme loop sebagai pembeda Happy Death Day dengan film-film slasher yang harus diakui genre tersebut telah memasuki masa usang karena terlalu seringnya konsep yang sama dipakai berulang-ulang kali. Sebagai penonton yang tidak terlalu banyak mengetahui film ini, konsep tersebut jelas memberikan penyegaran serta menyuntikkan injeksi akan antusias saya yang sebelumnya tidak terlalu berharap banyak akan film ini. Yang saya nantikan hanyalah satu, adegan gore sebanyak mungkin, banjir darah dan sebagai bonus, wanita seksi diiringi adegan seksi yang memanjakan mata. Intinya, Happy Death Day jelas melampaui ekspektasi rendah saya.


Time loop disini tentunya digunakan Landon sebagai wadah untuk pengembangan karakter utamanya, yang disini adalah gadis remaja berkelakuan seenaknya bernama Tree. Awalnya Tree memiliki sikap yang buruk, seperti bebas bercinta dengan pria-pria, bahkan rela menjadi simpanan gurunya, serta tidak menghargai orang lain. Namun dengan adanya kejadian aneh yang menimpa dirinya, Tree secara perlahan mulai mengerti dan mengambil intisari akan kehidupan. Baginya, hari esok sangatlah mahal harganya. Dari segi ini, Landon berhasil. Pendewasaan diri yang terjadi pada Tree tidak terasa dipaksakan, bahkan dirinya harus beberapa kali merasakan kematian terlebih dahulu, baru ia bisa mengerti bila dirinya telah jauh terpuruk dan berlebihan dalam  meratapi dukanya, terlebih backstory dalam diri Tree lumayan tipis. Saya pun yang awalnya tidak terlalu begitu perduli dengan Tree, bahkan cenderung membencinya, secara perlahan mulai mendukung dan berharap supaya Tree mampu melewati hari terburuk dalam hidupnya dan berhasil bertemu dengan hari esok. Bahkan saya pun cukup dihinggapi rasa haru kala Tree benar-benar menjadi seseorang yang berbeda pada satu kesempatan di time loop nya. Terutama ketika ia berbincang dengan ayahnya. Mungkin memang terbilang klise, namun tidak masalah bila hal klise itu benar-benar digarap dengan benar. Jessica Rothe sebagai Tree awalnya saya ragukan kapabilitas aktingnya, namun ternyata aktingnya surprisingly good. Sebagai Tree, Rothe tampil meyakinkan dalam menghadirkan dua kepribadian Tree, pertama sebagai Tree yang annoying-bitch, kedua sebagai Tree yang memiliki hati malaikat. Rothe pun kembali mengejutkan saya ketika ia begitu tampil efektif kala ia menampilkan sisi komedinya. Ekspresinya saat mendengar secara langsung dari pembunuhnya langsung mengenai alasan apa yang membuat sang pembunuh begitu membenci Tree berhasil meledakkan tawa saya.


Oh, ya, berbicara mengenai komedi, Happy Death Day juga memiliki hal itu., dan mungkin lebih tepatnya adalah dark comedy Ada suatu kesempatan, Landon memanfaatkan konsep time loop nya untuk kepentingan komedik, dan itu cukup berhasil. Melihat usaha Tree yang mencoba beberapa kali untuk mencari tahu siapa pembunuhnya yang sebenarnya tentu memberikan hiburan tersendiri, tanpa menyadari bila kita menertawakan penderitaan Tree itu sendiri. Harus diakui memang, tone comedy nya lumayan kental dan cukup menghilangkan kesan seram akan film ini. Namun tampaknya itu telah disengaja oleh Landon yang ia anggap sebagai pembeda dengan film bergenre serupa, dan saya juga tidak terlalu bermasalah dengan ringannya tone film ini. Rating PG-13 juga mungkin akan mengecewakan penonton yang mengharapkan adanya banjir darah pada Happy Death Day.


Sayangnya, Landon terlalu berambisi dalam menyajikan twist nya. Memang, twist yang ada cukup efektif, walau saya yakin sebagian besar penonton pasti bisa menebak siapa sebenarnya pelaku yang membunuh Tree. Namun twist itu mengorbankan momen terbaik dalam film ini. Ya, momen saat Tree untuk pertama kali nya menjadi good girl harus dikorbankan dan seolah hilang maknanya saat Landon ternyata masih memiliki jawaban tersembunyi untuk penonton. Tidak hanya itu mengorbankan momen tersebut, juga Landon terasa mengulur-ulur waktu dalam menuntaskan Happy Death Day. Entah mungkin ada dua kali saya mengira Happy Death Day sebaiknya berakhir, namun ternyata tetap masih ada lanjutannya. Tetapi tetap saja, Happy Death Day merupakan salah satu film horror yang menyenangkan tahun ini. 

7/10

1 comment:

  1. sama.... kesel pas timeloop good girlnya jadi ga ada artinya...wkawkakwa

    ReplyDelete

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!