Friday 27 April 2018


"In time, you will know what it's like to lose. To feel so desperately that you're right. Yet to fail all the same. Dread it. Run from it. Destiny still arrives"- Thanos

Plot

Thanos (Josh Brolin) akhirnya mulai bergerak dan menginvasi planet demi planet untuk mendapatkan lima Infinity Stones. Kehadiran Thanos ke planet bumi tinggal menunggu waktu saja karena salah satu infinity stones ada pada di kepala Vision (Paul Bettany). The Avengers yang sebelumnya hiatus bertahun-tahun, harus beraksi kembali untuk menghentikan Thanos mendapatkan kelima infinity stones, karena bila Thanos memiliki kelima batu tersebut, maka keinginan Thanos untuk menghancurkan setengah populasi alam semesta bisa ia lakukan hanya dengan menjentikkan jari saja.



Review

18 film dalam kurun waktu lebih kurang 1 dekade. Build up yang panjang, dengan pengenalan masing-masing karakter, semuanya dilakukan demi film ini. Kesabaran dari pihak Marvel tersebut tentunya memberikan dampak yang luar biasa positif. Setiap penonton memiliki favorit superheronya masing-masing, atau bahkan karakter sampingan belaka, yang artinya telah tercipta ikatan batin yang dalam antara penonton dan karakter di layar. Saya yang bukanlah penggemar dari Marvel saja masih bisa merasakan rasa emosional kala menginjakkan kaki ke dalam teater bioskop. Ada rasa tidak percaya karena sesaat lagi saya akan menyaksikan salah satu film yang paling dinantikan sepanjang sejarah perfilman ini, apalagi ditambah soundtrack Time nya Hans Zimmer yang saya dengarkan saat memasuki bioskop, menjadikan momen memasuki teater bioskop tadi malam menjadi momen yang paling susah dilupakan untuk saya.

Sempat ada rasa khawatir saat mengetahui akan pernyataan dari Russo Brothers bila kadar humor yang ada Infinity War akan lebih kental dibandingkan Civil War ataupun Winter Soldier. Namun tampaknya, bila pun pernyataan itu benar keluar dari Russo Brothers, itu hanyalah salah satu dari strategi marketing dari pihak Marvel untuk menipu penontonnya, karena kekhawatiran itu seketika lenyap dari semenjak opening dibuka. Tidak hanya beratmosfirkan rasa keputusasaan yang kental akan pembantaian yang ada, namun juga Russo Brothers tidak segan-segan "menghilangkan" salah satu karakter paling disukai dalam MCU. Dan juga menjadi momen perkenalan yang sebenarnya akan sosok Thanos. Sebuah opening yang seolah-olah menegaskan jika film Infinity War akan kental dengan sebuah rasa depresi dan juga roller coaster emosi yang tidak akan kita temukan di film-film MCU sebelumnya. Masih ada humor ala Marvel, tapi tidak seperti yang dilakukan Taika Waititi, Russo Brothers sadar akan timing sehingga humornya tidak lah merusak tone akan filmnya.

Ada dua hal yang paling saya tunggu dari Infinity War. Yang pertama, ingin melihat bagaimana Russo brothers yang kini dibantu oleh Christopher Marcus dan Stephen McFeely di kursi penulis naskah membagi-bagi kisahnya diantara karakter yang begitu banyak. Bisa dibilang, Infinity War terbagi 4 sesi. Pertama, kelompok Iron Man yang menunggu di planet Titan, perjuangan di bumi yang dipimpin Captain America untuk menjaga Mind Stone atau lebih tepatnya Vision yang menjadi incaran Thanos. Kemudian kita pun melihat usaha Thor, Rocket dan Groot untuk menciptakan senjata demi melawan Thanos dan tentunya kita melihat perjalanan Thanos dalam menyebar teror kepada alam semesta dengan terus mencari 5 infinity stones. Bukan hal yang mudah memang membagi-bagi cerita dengan memiliki konflik masing-masing. Dragging pun cukup terasa kala film memasuki pertengahan, walau tidak terasa terlalu mengganggu. Untungnya, kembali lagi berkat penokohan yang telah kokoh buah hasil kesabaran selama 1 dekade, tidak ada rasa bosan sedikitpun mengikuti kisah masing-masing karakter. Sehingga kita menuju ke askep kedua yang paling saya nantikan, yaitu interaksi pertama kali antar karakter maupun reuni antar anggota The Avengers. Yang paling saya nantikan tentu saja pertemuan antara para The Guardians dengan tokoh-tokoh The Avengers lainnya, juga tidak lupa reuni antara Steve Rogers dan Tony Stark. Bila membicarakan favorit, mungkin interaksi antara Thor dan para Guardians lah yang paling memorable untuk saya. Dan berbicara tentang Thor, saya tidak menyangka akan tiba suatu hari saya akan menyukai karakter ini. Beginilah seharusnya Thor ditampilkan. Dengan semua kehilangan yang telah Thor rasakan, mudah sekali bila kita menganggap bila Thor memiliki penderitaan paling mendalam di antara para tokoh The Avengers lainnya. Namun Thor tetaplah Thor, dirinya tidak ingin terlihat menderita. Namun namanya juga manusia yang punya hati, rasa kehilangan yang telah begitu banyak yang ia alami akhirnya juga tak terbendung. Percakapan Thor dan Rocket merupakan momen yang hampir membuat saya meneteskan air mata. Terlebih lagi akting prima dari Chris Hemsworth yang membuktikan bila aktor satu ini semakin matang saja dalam berakting. Hasilnya, Thor berhasil menjadi karakter dari tim Avengers yang paling mencuri perhatian disini berkat pendekatan humanis yang diambil,sehingga ketika momen kebangkitannya yang telah begitu saya nantikan, mampu membuat saya tepuk tangan sendiri di dalam bioskop (sial, penonton-penonton tadi malam pada jaim semua!!). Dipenuhi banyak karakter tentu saja mengakibatkan porsi antar karakter tidak seimbang, seperti Captain America yang tidak terlalu berkesan kehadirannya, Black Panther yang kembali mengecewakan untuk saya, ataupun Black Widow yang kembali tenggelam. Namun jangan khawatir, mereka semua tetaplah memiliki momen-momen tersendiri. Seperti pertemuan pertama antara Groot dan Captain America yang berhasil meledakkan tawa setiap penonton.

Cerita Infinity War tidak lah spesial memang, namun rasanya itu bisa dimaafkan karena rasanya hanya sedikit yang berharap Infinity War memiliki cerita yang kompleks. Infinity War bagaikan selebrasi dari "perayaan" 10 tahun berjalannya MCU, jadi sudah selayaknya lah kita mengharapkan sebuah sajian aksi yang super menghibur. Dan itu lah yang persis kita dapatkan. Baik dari adegan aksi yang memiliki skala yang masif maupun minor sekalipun, disajikan dengan begitu luar biasa menghibur disini. Pertempuran di Wakanda terlihat spektakuler dimana kita mendapatkan pertempuran kolosal layaknya film The Lord of the Ring, kemudian pertarungan di planet Titan yang memperlihatkan kerja sama para superhero melawan Thanos. Susah rasanya untuk bilang tidak menghibur akan sajian semua itu, dan karena saya tidaklah pintar menjabarkan keunggulan mengenai suatu aksi berdasarkan kacamata dari teknis, saya hanya bisa menyatakan bila kalian cukup lihat saja dan buktikan sendiri.



Saya bukanlah pengikut komik superhero Amerika Serikat, sehingga saya tidak tahu bagaimana Thanos versi komik. Namun MCU memberikan contoh bagaimana seorang villain yang memiliki kekuatan yang overpowered. Sepanjang durasi film, saya bertanya-tanya bagaimana Thanos akan dikalahkan, dan MCU memberikan jawaban yang memberikan kepuasan luar biasa untuk saya (apalagi endingnya yang berhasil membuat saya menganga senang). Sering kali villain yang semacam ini memiliki akhir yang antiklimaks, dan X-Men Apocalypse merupakan bukti terbaik bagaimana buruknya mereka menangani supervillain mereka. Setiap kehadiran Thanos digambarkan bagaikan seorang legenda yang hanya ada di dalam mitos. Kesan spesial tidak pernah luntur setiap kali ia muncul di layar. Seperti Tony Stark, Thanos adalah mimpi buruk bagi para penonton karena tebaran ancaman setiap kali ia tampil. Terlebih lagi, Russo brothers masih sempat memberikan kedalaman terhadap Thanos. Kita diajak untuk mengetahui apa sebenarnya motivasi dasar dari Thanos ingin menghancurkan setengah alam semesta. Dan siapa yang menyangka, kita diberi kesempatan untuk melihat sisi sentimentil dari Thanos! Tidak salah jika kita menganggap jika Thanos adalah karakter utama dalam Infinity War, terlepas perannya sebagai antagonis.

Apakah ini adalah film superhero terbaik? Jelas tidak, karena bagi saya, Infinity War belumlah mencapai level klasik seperti Trilogy The Dark Knight. Namun saya lebih menganggap Infinity War adalah sebuah hasil sukses dari sebuah kesabaran yang begitu panjang. Mungkin tanpa itu semua, Infinity War tidaklah terlalu jauh berbeda dengan Justice League yang mengecewakan itu. Kedekatan penonton dengan antar karakter yang ada telah tercipta, sehingga kita perduli dengan keselamatan atau eksistensi mereka. Ditambah dengan kehadiran supervillain terbaik dalam sejarah MCU, serta adegan aksi demi aksi yang semuanya menghibur, Infinity War tentu adalah selebrasi 10 tahun akan perjalanan MCU yang menyenangkan dan spesial.

8,5/10

2 comments:

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!