Saturday 7 December 2019

"Motherhood is a mental illness"- Ramona

Plot

Sebagai stripper yang baru bekerja di club Moves, Destiny (Constance Wu) kesulitan untuk mendapatkan penghasilan yang memuaskan. Sadar jika kemampuannya dalam "menghibur" perlu ditingkatkan, Destiny pun mencoba mendekati Ramona (Jennifer Lopez), stripper kelas atas yang juga bekerja di tempat yang sama layaknya Destiny. Ramona dengan senang hati menerima Destiny sebagai muridnya, dan perlahan hubungan mereka pun semakin dekat sehingga mereka berdua pun berteman. 



Review

Diangkat dari artikel New York Magazine karya dari Jessica Pressler bulan Desember 2015, Hustlers bisa saja hanya menjadi film yang mengeksploitasi tubuh-tubuh indah para aktris yang terlibat dikarenakan tema film nya sendiri begitu kental dengan dunia malam serta pastinya, striptease itu sendiri. Namun di tangan Lorone Scafaria, Hustlers memiliki cerita yang lebih dari sekedar 4 stripper yang melakukan tindakan kriminal demi pendapatan lebih. Kental dengan unsur kekeluargaan, persahabatan serta usaha untuk bertahan hidup, Hustlers bisa saja menjadi film bertemakan kriminal yang emosional dan mampu memberikan perspektif lain untuk para pekerja malam yang sering mendapatkan stigma negatif ini. Ada usaha menuju kesana, namun sayangnya, Scafaria terlarut menyajikan hidup glamor dan perilaku foya-foya para karakter nya, ketimbang mengambil opsi untuk memperdalam interaksi, atau kehidupan intim para karakter kala tidak sedang beraksi di pole dance atau merayu para pria yang akan menjadi korban.

Scafaria menyajikan Hustlers dengan gaya non linear, dimana kala film berjalan sepuluh menit, kita sudah mendapati sosok Destiny tengah diwawancarai oleh jurnalis, Elizabeth (Julia Stiles). Meski Anda bukan penonton yang telah mengetahui kisah dari film ini diangkat, Anda sudah bisa menangkap dari obrolan antara Destiny dan Elizabeth jika nantinya Destiny dan Ramona akan melakukan tindakan di luar hukum. Serta dari obrolan ini juga lah, tertangkap jika akan ada konflik yang terjadi antara Destiny dan Ramona.

Penonton perlu merasakan kedekatan dengan Destiny serta pertemanannya dengan Ramona, sehingga ketika konflik mulai bermuara yang menyebabkan keretakan hubungan pertemanan antar keduanya, penonton akan menyayangkan kenyataan itu dan berharap sebisa mungkin keduanya tetap berteman, dan Scafaria jelas menyadari ini. Karena itu lah, ketimbang untuk menggerakkan Hustlers langsung masuk ke aspek kriminal nya, Scafaria lebih memilih untuk membangun kedekatan tersebut dengan menghadirkan hari-hari dimana Ramona mengajari Destiny bagaimana menari erotis di atas panggung serta menghibur para klien dengan lebih sensual. Tidak hanya itu, Destiny pun diperkenalkan dengan teman-teman Ramona serta memberikan informasi lebih dalam perihal Wall Street guys yang kerap kali menjadi pelanggan Moves. Bagaimana untuk setiap kelas nantinya mendapatkan perlakuan yang berbeda, dan untuk para bos-bos Wall Street jelas akan mendapatkan treatment khusus. Mereka dibiarkan bertindak sesuka hati tanpa harus khawatir akan konsekuensi selama uang terus dikeluarkan. 

Mungkin Anda sebagai perempuan akan merasakan ketidaknyamanan melihat bagaimana berkuasa nya para pria disini dengan kekuasaan yang dimiliki, namun jangan khawatir, karena malah sebaliknya, mayoritas disini para pria ditampilkan layaknya pria hidung belang yang bodoh dan mudah tertipu akibat akal mereka yang telah tergoda akan keindahan tubuh perempuan. Scafaria pun sempat menyinggung harga diri para laki-laki yang masih merasa malu untuk melaporkan kejahatan yang dilakukan Ramona dkk hanya karena tidak ingin dilihat lemah setelah menjadi korban para wanita. Iya, dengan filmnya yang kental akan pekerjaan yang bagi saya menjatuhkan harga diri wanita, disini Scafaria bermurah hati untuk memperlakukan para stripper terlihat lebih cerdas juga kuat.

Mengenai relasi Destiny-Ramona yang menjadi salah satu fokus utama, walau saya tidak terlalu terikat lebih dalam, namun setidaknya saya menyukai hubungan keduanya. Ramona terlihat bak seorang kakak bagi Destiny, yang notabenenya memiliki masa lalu menyedihkan yang erat dengan kesepian. Destiny sendiri hanya tinggal bersama nenek nya seorang diri, dan nantinya pula ia akan memiliki putri dari hubungan yang tidak bertahan lama. Di berbagai kesempatan, Destiny sering mengungkapkan jika ia ingin menghasilkan uang sebanyak-banyak nya untuk bisa mandiri tanpa harus bergantung dengan orang lain. Keinginan ini juga yang diharapkan Scafaria yang juga menulis naskah untuk film ini supaya penonton memahami kala Destiny lebih memilih untuk tidak menghubungi Ramona walaupun kondisi Destiny tengah menjalani masa yang sulit. 

Pada saat ini lah, Destiny akhirnya kembali bertemu dengan Ramona. Berkat akting kaya rasa serta kuatnya chemistry antara Wu-Lopez, saya merasakan kehangatan kala Destiny memeluk erat Ramona. Dengan bertemu nya mereka berdua, Hustlers pun memasuki babak baruk dan disinilah elemen kriminal nya begitu kental terasa. Dan siapa sangka juga, kala film mulai menghadirkan praktek terbaru yang dijalani oleh Ramona bersama Destiny, serta dua teman mereka lainnya, Annabelle (Lili Reinhart) dan Mercedez (Keke Palmer), Hustlers justru menghadirkan beberapa momen komedik yang efektif mengundang tawa. 

Sumber tawa tidak jauh dari reaksi karakter nya sebab para pria yang teler akibat minuman yang dimasukkan obat campuran ketamine dan ekstasi. Ambil contoh ketika mereka melakukan metode ini untuk pertama kali, dimana kepanikan terjadi di salah satu room karena sang korban tidak sadar diri. Serta yang terbaik tentu saja saat Destiny tengah berkendara ke rumah sakit untuk mengantarkan korban yang pingsan. Kepanikan-kepanikan yang terjadi ini bagaikan reminder untuk penonton bila Destiny dan lainnya sejatinya masih amatir untuk melakukan tindakan kriminal, menandakan jika mereka terpaksa untuk melakukan metode kriminal nya.

Hustlers terlihat menjanjikan sebelum nantinya film bergerak menuju akhir, setidaknya setelah  momen perayaan natal yang dirayakan bersama. Dari sini Hustlers malah bergerak sedikit terburu-buru dalam menyajikan tiap kepingan-kepingan kejadiannya. Perpindahan tiap momen pun kurang mulus serta yang paling terasa adalah metode yang dilakukan oleh mereka tiba-tiba saja menemui kendala. Aspek ini akan berpengaruh besar terhadap mulai retaknya hubungan persahabatan antara Destiny dan Ramona. Terlebih lagi ketika Ramona mulai membawa anggota-anggota baru untuk menjalani bisnis kotornya. Destiny pun tidak menyukai kedekatan Ramona dengan salah satu anggota baru nya. Entah rasa tidak suka tersebut didorong karena kekhawatiran Destiny akibat kecerobohan karakter tersebut, atau sederhana karena rasa cemberu melihat teman dekatnya menemukan teman yang lain. 

Dan pada third act nya ini juga, keputusan Scafaria yang sebelumnya lebih memilih memperlihatkan kehidupan glamor para karakter nya memberikan dampak yang tak diinginkan. Pendekatan ini mengakibatkan keempat karakter utama jatuhnya sedikit unlikeable. Maksud saya, bagaimana mungkin penonton bisa bersimpati kala mereka berempat saja sudah melakukan tindakan kriminal dan mereka lebih memilih melakukan pesta serta foya-foya atas hasil yang mereka dapati? Karenanya, ketika kesulitan hidup kembali menghampiri Destiny dan metode kriminal yang mereka ambil mulai mendapatkan perhatian dari pihak berwajib, saya kesulitan untuk bersimpati pada tiap karakternya, termasuk Destiny. Bahkan pada saat ia ditinggal pergi selamanya oleh satu karakter, saya hanya membatin "okay, that's sad". Hanya itu. Hal ini tidak lepas karena minim nya screen time yang dihabiskan para karakter dengan orang-orang terkasih mereka. Bahkan sebenarnya Scafaria bisa mengeksplor lebih jauh atas penyesalan Destiny atas kejadian tragis yang menimpa korban terakhir nya, ketimbang hanya disebabkan keduanya sempat bercerita tentang anak mereka masing-masing. 

Walau Hustlers mungkin tidak terlalu berkesan, namun yang jelas, Hustlers akan selalu diingat sebagai film yang akhirnya berhasil memanfaatkan sebaik-baiknya talenta dari Jennifer Lopez. Meskipun Constanze Wu bermain prima sebagai sumber hati akan film ini, namun jelas J-Lo adalah scene stealer. Kharisma primadona nya begitu bersinar, bahkan kala ia berpakaian casual saja, kharisma tersebut tidak lah luntur. Totalitas nya dalam menjalani latihan pole dance terlihat hasil nya kala ia memamerkannya di adegan paling seksi dalam film ini. Tidak hanya seksi, namun juga terlihat elegan serta berkelas. 

7,25/10

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!