Sunday 8 December 2019


"You're the first person in this process who's spoken to me like a human"- Charlie

Plot

Pernikahan Charlie (Adam Driver) dan Nicole (Scarlett Johansson) tengah berada di ujung tanduk sebab Nicole menggugat cerai Charlie. Awalnya, masing-masing ingin menyelesaikan secara damai. Namun perlahan, konflik antara mereka makin lama makin rumit sehingga keduanya melibatkan pengacara untuk mendapatkan jalan keluar. Permasalahan pun kian melebar, termasuk perebutan hak asuh Henry (Azhy Robertson), putra semata wayang Charlie dan Nicole. Nicole tentunya ingin Henry tinggal bersamanya di Los Angeles, namun masalahnya, Charlie pun memiliki keinginan yang sama dan ingin mengasuh Henry di New York. Charlie keberatan jika harus bolak balik New York-Los Angeles terus-terusan karena disamping banyaknya biaya yang harus dikeluarkan, namun pekerjaannya sebagai sutradara teater pun ikut terganggu.



Review

Pada adegan pembuka, Marriage Story menyapa kita dengan voice over yang masing-masing merupakan testimoni dari Charlie dan Nicole. Diawali dengan Charlie menggambarkan sosok Nicole yang didominasi akan pujian nya terhadap Nicole, begitu pun sebaliknya. Nicole digambarkan oleh Charlie sebagai kepribadian yang mampu membuat orang nyaman di dekatnya, pendengar yang baik, aktris berbakat, tidak egois dan jago menari. Sedangkan Nicole menyukai Charlie yang berani untuk tidak mendengar pendapat orang lain demi cita-citanya, sangat menjaga kerapian, mandiri dan suka menjadi seorang ayah. Dari dua voice over yang terdengar, tampak bila Charlie dan Nicole seperti pasangan yang mencintai dan begitu mengenal satu sama lain, hingga ketika voice over selesai dan Noah Baumbach menghadirkan fakta kepada penonton jika keduanya tengah menghadapi proses perpisahan. Kurang dari 10 menit, Baumbach telah mengikat atensi saya untuk terus mengikuti kisahnya hingga akhir. 

Kita pun menangkap jika yang menginginkan perceraian adalah Nicole. Maka dari itu, narasi di awal akan bergerak dengan menelusuri motif dibalik keputusan Nicole tersebut dan sepenuhnya diambil dari sudut pandang Nicole. Namun sebelum menuju kesana, Baumbach memilih untuk membangun kedekatan penonton dengan Nicole. Kita diajak untuk mengenalnya, bagaimana interaksi antara dia dengan Charlie, Henry serta ibu dan adik nya, hingga ke pekerjaannya. Dari baris dialog, belum terlalu frontal karena Baumbach sengaja untuk menyebarkan keping-kepingnya terlebih dahulu sebelum kita akhirnya mendapatkan jawaban kala Nicole curhat dengan calon pengacara nya, Nora  Fanshaw (Laura Dern). Dan dari obrolan inilah, saya yang awalnya hanya berekspektasi Marriage Story sebagai film drama perceraian kebanyakan, mendapatkan suguhan adegan emosional yang mampu membuat saya terkesima. Dan percayalah, adegan seperti ini akan menyapamu berkali-kali dalam Marriage Story. 

Yang membuat Marriage Story begitu fantastis adalah kepekaan rasa dari Baumbach dalam membangun konfliknya serta keberhasilannya Baumbach untuk membuat penonton tidak sepenuhnya untuk mendukung salah satu karakter. Baumbach tidak buru-buru dalam menjalankan narasinya. Pembagian screentime antara Charlie dan Nicole saya rasa juga sudah adil, karena Marriage Story sepenuhnya memang diambil dari POV dua karakter ini. Kita diajak untuk melihat perjalanan kedua karakter untuk mencoba menyelesaikan permasalahan diantara mereka, yang nantinya secara perlahan semakin melemahkan dan harapan untuk bisa kembali bersama juga ikut menipis. Dari Charlie dan Nicole sendiri menghadapi konflik ini dengan berbeda, dimana Nicole lebih terlihat fragile dan lemah, berbanding terbalik dengan Charlie yang lebih kalem serta santai. 

Namun dibalik terlihat lemahnya Nicole, nyatanya ia lebih bijak, fokus dan taktikal dalam mengurus perceraiannya. Dari baris dialog saja, kita mengetahui jika Nicole sudah beberapa kali mengunjungi kantor untuk mendapatkan pengacara, sebelum akhirnya ia menunjuk Nora sebagai pengacara resminya. Berkat ini pula Nicole sudah beberapa langkah di depan dibandingkan dengan Charlie yang tanpa sadar semakin ditekan oleh situasi. Minim pengetahuan tentang perceraian dan kenaifannya dalam menghadapi situasi mengakibatkan ia tertinggal jauh.

Iya, naif. Sebab Charlie masih menganggap Nicole tidak akan full power dalam melawannya. Charlie masih berpikir jika pintu untuk menyelesaikan permasalahan dengan calon mantan istri bisa dilakukan tanpa harus melibatkan pengacara, serta tanpa harus berakhir dengan saling menyakiti. Fakta ini juga mengindikasikan jika Charlie belum kenal betul dengan istrinya, yang turut pula didukung dengan curhatan Nicole sebelumnya. Pada momen ini, rasanya mudah bagi penonton untuk mendukung Nicole. Terlebih lagi juga akan terkuak fakta baru bila Charlie juga bukanlah suami yang baik-baik amat karena satu dosa yang telah dilakukan.

Menit per menit durasi film berjalan, Baumbach akan menghadirkan beberapa fakta untuk mendukung narasi. Yang membuat Marriage Story hebat lagi adalah kenyataan jika film ini cukup informatif bagi penonton yang sama sekali tidak tahu bagaimana proses perceraian serta peliknya urusan dalam mengambil hak asuh anak. Sudah rahasia umum jika fakta bukanlah hal yang konkrit dalam peradilan, namun saya tidak menduga juga jika satu statement yang terucap, bahkan sudah terlupakan mungkin saja, bisa menjadi motif yang kuat untuk menekan lawan. Ketika Charlie berusaha untuk mendapatkan pengacara pun kita disuguhkan dengan fakta serta situasi yang menarik. Dan Baumbach  dengan cermatnya menghadirkan dialog-dialog seringan mungkin untuk meminimalisir tersesatnya penonton. Sering kali juga terdapat humor menggelitik yang terselip di tengah situasi serius, seperti momen di persidangan atau ucapan dari Nicole kala Nora memeluknya pertama kali. Hal ini yang membuat Marriage Story tidaklah terlalu depresif untuk diikuti seperti Revolutionary Road atau Blue Valentine. 

Kala Adam Driver hampir mendominasi jalan cerita di pertengahan, di saat itu juga penonton mulai menyaksikan karakter Charlie semakin terlihat kehabisan jalan. Karakternya yang pada awalnya tenang, mulai menunjukkan kekhawatiran, dan pada satu titik pun kita akhirnya melihat keputus asaan yang ia rasakan. Ingat ketika saya sebelumnya bilang bila Baumbach mampu membuat penonton tidak sepenuhnya untuk mendukung salah satu karakter saja? Iya, pada momen inilah, kita bisa bersimpati pada karakter Charlie. Toh, terlepas dari kekurangannya, ia tetap adalah seorang ayah yang menyayangi putra nya. Dan melihat perjuangannya untuk mendapatkan hak asuh penuh, hingga nantinya bersedia keluar uang banyak demi mendapatkan pengacara yang mampu melawan Nora, Charlie berhasil menjadi lawan sepadan Nicole dalam hal merebut simpati penonton. 

Marriage Story secara mengejutkan berhasil mengaduk-aduk perasaan saya melihat konflik terjadi. Baumbach sukses memposisikan saya layaknya anak yang tengah menyaksikan ayah ibu nya bertengkar untuk mendapatkan saya. Kita ingin keduanya baik-baik saja, namun juga tidak bisa berbuat apa-apa kecuali untuk menemani mereka kala dibutuhkan. Ada 2 atau 3 kali momen yang mampu membuat saya meneteskan air mata. Seperti tentu saja ketika Nicole akhirnya mengungkapkan alasan mengapa ia memutuskan untuk berpisah dengan Charlie. Ekspresi hopeless dari Adam Driver pun sering membuat saya trenyuh melihat nasib Charlie. Namun pertahanan saya untuk tidak menangis akhirnya jebol juga tepatnya pada saat Henry dan Charlie membaca sesuatu. Air mata yang menyayangkan kondisi sehingga membawa pasangan ini hingga ke titik itu. 

Baumbach juga begitu pintar untuk menyampaikan maksud tanpa harus ada dialog, hanya cukup dengan visual saja. Ambil contoh gambar di atas, dimana Nicole dan Charlie di dalam kereta, keduanya saling menatap dengan posisi berseberangan, dan terletak tiang pegangan kereta di tengah-tengah mereka. Mengindikasikan bila sebenarnya ada sekat di antara mereka berdua, namun sekat itu pula yang menghalangi mereka untuk membicarakan perasaan masing-masing. Situasi pun kembali dihadirkan oleh Baumbach ketika mereka berdua memutuskan untuk berbicara. Dengan pengambilan gambar yang sama, namun tanpa sekat. Dan pada momen ini lah kita mendapati momen penguras emosi terbesar yang mampu memaksa saya merasa miris dan sedih dalam diam, dimana Baumbach menelanjangi rasa terpendam masing-masing dari Nicole maupun Charlie. Brilian.

Adam Driver dan Scarlett Johansson jelas bermain fenomenal disini. Bagi saya, ini adalah peran paling emosional dari ScarJo, lengkap dengan ditanggalkannya kesan seksi yang selalu melekat pada dirinya sehingga penonton lebih terfokus pada aktingnya. Johansson mampu menampilkan kerapuhan Nicole tampak begitu nyata dan tidak mendramatisir, serta diimbanginya juga dengan kesan strong mother tanpa kehilangan kehangatan. Lihat saja momen ketika ia mengikat tali sepatu Charlie di suatu kesempatan. Driver pun juga tidak kalah fenomenal nya, dengan penampilannya sebagai Charlie yang perlahan semakin tidak tahu harus bagaimana lagi. Driver begitu piawai dalam berbicara secara subtil melalui mimik muka sehingga penonton ikut merasakan, meski tanpa iringan dialog atau ekspresi menangis dsb. Dengan meyakinkannya pula ia mempresentasikan kejatuhan seorang Charlie akibat kalah atas kondisi secara perlahan. Kala ia menyanyikan lagu "Being Alive", disitu pula puncaknya Driver membuncahkan semua rasa kesedihan dan pahit walau tanpa harus dengan air mata mengalir. Malah sepertinya penonton lah yang mampu ia buat menangis (saya hampir aja nangis lagi).

Marriage Story begitu merefleksikan pada kenyataan, dibantu dengan tiada hitam dan putih pada karakternya. Keduanya memiliki kelebihan, dan tak terlepas dengan kekurangan juga. Baumbach pun mengakhiri film nya dengan tone yang cukup hangat namun kental akan ironi berkat iringan musik dari Randy Newman. Pada akhirnya, kehidupan harus tetap berlangsung, dan kita pun kembali untuk beradaptasi dalam fase kehidupan yang baru. Marriage Story tentu memiliki kekurangan, dan yang paling jelas adalah durasinya yang cukup panjang yaitu 136 menit, namun dalam pengalaman menonton pertama saya tidak terlalu memikirkan kekurangan film ini. Yang saya tahu, Marriage Story adalah salah satu film tentang perceraian terbaik, bersama dengan Revolutionary Road atau Blue Valentine.



8,75/10

0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!