Sunday 13 October 2019


"You didn't have to wait your whole life to do something special"

Plot

Berhasil mengakhiri masa perbudakan dalam sekapan Jack (Michael Bowen) dan gang nya, tidak berarti Jesse Pinkman (Aaron Paul) bisa hidup dengan tenang. Kini ia harus menjalani kehidupannya sebagai buronan. Dengan fakta tersebut, Jesse pun ingin memulai kehidupannya baru dan meninggalkan semua masa lalunya. 



Review

Bila Anda telah membaca tulisan saya mengenai Breaking Bad, Anda pasti tahu jika saya sangat mencintai tv series satu ini, melebihi Game of Thrones sekalipun. Tentu saja, ketika Netflix menghadirkan film lanjutan kisah Breaking Bad berjudul El Camino, dengan membawa Vince Gilligan yang notabenenya adalah kreator tv series itu sebagai sutradara sekaligus penulis naskah, bohong sekali jika saya tidak merasakan kebahagiaan. Terlebih, dari trailer nya yang meyakinkan serta masih kental akan aura "Breaking Bad" nya, El Camino tampak menjanjikan. 

Bila "Granite State" dan "Felina" bagaikan epilog dari kisah perjalanan the kingpin, The Heisenberg, Walter White (Bryan Cranston), maka 2 jam dari durasi El Camino adalah sepenuhnya kisah epilog untuk Jesse. Tentu nya sebagai penggemar Breaking Bad, kita sangat ingin mengetahui nasib Jesse setelah kurang lebih 2 tahun harus menjalani hidup layaknya budak dalam genggaman Uncle Jack. Kisah Jesse pun menarik diikuti karena untuk pertama kalinya, ia harus beraksi seorang diri, setelah sebelumnya ia selalu bersama Walter ataupun Mike Ehrmantraut (Jonathan Banks) sebagai partner in crime nya. 

Untuk Anda yang belum sama sekali menyentuh Breaking Bad, sebaiknya tidak usah repot-repot untuk mencoba El Camino. Sekali lagi, penceritaan El Camino diambil tidak lama setelah Jesse meloloskan diri. Maka ceritanya tentu sangat berkaitan dengan Breaking Bad. El Camino ini bagi saya adalah sebuah bentuk surat cinta untuk para penggemar atau bisa juga merupakan salam perpisahan untuk salah satu karakter paling dicintai dalam serial ini. Fokus penceritaan hanya satu, yaitu kisah bagaimana Jesse memulai kembali setelah semua yang telah terjadi. Disajikan dengan ciri khas Vince Gilligan, yaitu slow burning dengan menggulirkan kisahnya dengan perlahan namun terus berkembang, mengembangkan serta mengeksplorasi karakter dan sedikit bumbu black comedy nya yang masih saja ampuh untuk menjadi ice breaking di kala momen yang tersaji intensitas nya meninggi. 

Harus diakui memang, keputusan Vince Gilligan untuk menerapkan pola yang sama seperti pada tv series nya ke dalam El Camino adalah langkah perjudian. Memang, pola tersebut akan bekerja jika di terapkan pada sistem tv series yang memiliki puluhan episode. Namun untuk media film yang memiliki durasi terbatas, tentu saja pergerakan narasi perlahan ini tidak selalu berhasil. Dalam El Camino, untuk sebuah kisah buronan internasional, memang harus diakui terasa cukup sunyi dan kalem. Mungkin hanya ada dua-tiga kali intensitas film meningkat, namun tidak sampai ke taraf maksimal. Gilligan lebih memilih memfokuskan cerita pada pendalaman karakter Jesse setelah kembali bisa menghirup udara bebas.

Petunjuk akan seperti apa El Camino sebenarnya telah terpapar dalam perbincangan singkat melalui adegan flashback antara Mike dan Jesse. Sudah terlalu terlambat untuk memperbaiki semua yang lalu, yang tersisa untuk Jesse adalah memulai semuanya dari awal kembali. Maka bila ekspektasi Anda untuk menantikan perjalanan heroik dari Jesse maka saya sarankan untuk segera mempertimbangkan kembali, karena El Camino sepenuhnya adalah usaha Jesse untuk kembali memulai semuanya. Dan ini saya rasa adalah pilihan yang ideal untuk Gilligan dalam upayanya memberikan akhir yang cocok untuk Jesse.

Terdapat dua jenis narasi di film ini, yaitu present and past time. Bila narasi masa kini memperlihatkan Jesse untuk segera mendapatkan kehidupan baru nya sembari memulihkan luka masa lalu, maka flashback nya sendiri memiliki peranan untuk menanamkan simpati lebih dalam terhadap Jesse. Kita diperlihatkan sedikit kepingan momennya selagi menjalani kehidupannya sebagai tahanan Uncle Jack. Rasanya sedikit mustahil jika kita tidak merasakan rasa simpati terhadap beratnya kehidupan Jesse kala itu. Tidak ada harga diri sama sekali serta kerap mendapatkan perlakuan yang memalukan, memberikan tekanan mental yang kuat bagi Jesse, sehingga kondisi nya tidak jauh berbeda seperti veteran perang yang sehabis mengalami neraka hidup di dunia perang. Tidak hanya itu, flashback nya juga memberikan ruang bagi Gilligan untuk menghadirkan beberapa cameo karakter yang paling berpengaruh dalam hidup Jesse. Ya, termasuk karakter yang paling dinantikan hadir di dalam El Camino, and you know who.

Terdapat pula pada momen flashback nya, El Camino memberikan masa dimana Jesse menghabiskan waktu bersama Todd (Jesse Plemons), salah satu karakter yang memberikaan penderitaan besar baik fisik maupun batin kepada Jesse. Dan setelah melihat masa "hang out" mereka berdua, saya yakin Anda akan memiliki kepuasan kembali mengingat bagaimana nasib Todd berakhir dalam series nya. Perubahan fisik signifikan yang terjadi pada Jesse Plemons mungkin akan menjadi topik yang paling dibicarakan, ketimbang penampilan cemerlangnya dalam menampilkan Todd yang creepy, mampu tampil begitu dingin, bertindak seperti pria normal dan memiliki attitude baik, padahal ia merupakan orang yang begitu mudah menarik pelatuk untuk membunuh demi sebuah alasan yang remeh jika diambil sudut pandang orang normal. Jesse dan Todd memang seolah ditakdirkan menjadi rival, terlihat bagaimana Gilligan memberikan karakterisasi yang berlawanan pada satu aspek.

El Camino memang masih kental akan aroma Breaking Bad nya, lengkap dengan sajian sinematografi menawan layaknya series tersebut, namun meski begitu, El Camino tidak lah sekelam Breaking Bad. Minus adegan yang mampu membuat penonton merasakan ketegangan, serta mara bahaya yang mampu membuat Jesse tertangkap. Mungkin keputusan Gilligan ini akan membuat kecewa bagi siapa saja yang mengharapkan adegan seru nan memikat dalam film ini.

Aaron Paul, yang setelah Breaking Bad berakhir seolah kesulitan untuk mendapatkan peran yang tepat dalam media film, menunjukkan disini jika ia telah begitu mengenal karakter yang telah ia perankan selama 5-6 tahun. Meski versi Jesse disini berbeda, namun kesan familiar tetap terasa. Terlebih untuk mengobati kangen para penggemar untuk melihat Jesse versi awal mula Breaking Bad, tersaji pada sebuah adegan flashback kala film mendekati akhir. Lengkap pula kembali terucapnya kata ikonik milik Jesse, yang sempat absen sebelumnya.

El Camino memang bukan film yang sempurna. Bahkan ketidak puasan mungkin akan ada bahkan dari barisan penggemar setia Breaking Bad. Namun untuk saya, El Camino sudah menjalankan perannya dengan baik, yaitu untuk mengingat kembali mengapa para penggemar bisa jatuh cinta pada salah satu serial tv terbaik yang pernah ada tersebut, serta memberikan akhir yang layak untuk Jesse Pinkman, one of the most loveable character in tv series.  Tentunya saya kedepannya tidak ada lagi proyek spin off dalam melanjutkan kisah salah satu karakter Breaking Bad (Better Call Saul adalah sebuah prekuel), sebab semua kisah sempurna pastinya memiliki kisah akhir yang sempurna pula, dan bagi saya, El Camino memiliki itu. Jangan sampai titah sejarah sempurna Breaking Bad dihancurkan akibat keinginan serakah demi mendapatkan keuntungan. Enough is enough.

8/10


0 komentar:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!